Keputusan

3 1 0
                                    

Setelah melalui pertimbangan panjang, Brahma memutuskan untuk mengundurkan diri dan pensiun dini dari kepolisian. Bukan tanpa alasan ia membuat keputusan itu. Ia memiliki banyak pertimbangan yang membuatnya mengambil keputusan ini. Melalui perkataan Amba, ia menyadari semua kesalahannya. Dirinya menjadi manusia yang serakah, melakukan apapun demi uang dan jabatan yang tinggi, sampai ia lupa tujuan awal Brahma menjadi polisi.

Pria paruh baya itu mengingat masa mudanya. Ia ingat tujuan awal dia menjadi polisi adalah untuk menegakkan keadilan, mengungkapkan kebenaran, dan menangkap semua orang yang bersalah. Tapi ternyata warna putih di dalam dirinya justru ternodai dengan noda hitam dan membekas. Noda itu tidak akan hilang jika tidak dibersihkan. Namun bagaimana cara membersihkannya? Semuanya sudah menjamur. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Sebab, ia tidak mampu mengatasinya.

Brahma telah tiba di hadapan atasannya. Ia menyerahkan surat pengunduran dirinya beserta piagam penghargaan yang ia terima beberapa waktu lalu.

"Kamu yakin sama keputusan ini?" tanya sang atasan. Brahma pun mengiyakan.

"Tapi kenapa? Rangga yang asli sudah kamu tangkap, masyarakat juga ngga komplain," tanya sang atasan.

"Justru karena Rangga, saya jadi sadar, yang kita lakukan selama ini salah," sahut Brahma. Sang atasan itu tampak tak mengerti.

"Terlepas dia memiliki kepribadian ganda, tindakan Rangga jelas salah, karena main hakim sendiri," ujar pria paruh baya itu. "Tapi tujuannya valid, memberantas kejahatan dan memberi hukuman yang setimpal,"

"Dia melakukan sesuatu yang kita tidak bisa lakukan," lanjutnya. "Oh, salah, bukan tidak bisa, tapi tidak bersedia melakukannya,"

"Bagi kita, memberantas kejahatan adalah profesi. Sedangkan untuknya, memberantas kejahatan adalah harga mati,"

Sang atasan terdiam mendengarnya. Ia tidak ingin berkomentar apapun.

"Masyarakat selama ini menganggap bahwa polisi hanya bekerja jika ada uang, dan itu benar. Banyak dari kita yang tidak mendengarkan keluhan masyarakat secara serius,"

"Itu sebabnya mereka memilih untuk memviralkannya di sosmed. Karena hanya dengan cara itu polisi mau tidak mau harus bekerja,"

"Semua ini bukan salah Rangga, ia terlahir karena Heisen adalah salah satu korban,"

"Seandainya kita bekerja dengan baik dan benar, Rangga tidak akan pernah ada. Masyarakat juga akan menghormati kita,"

"Tapi, saya tidak sanggup untuk melakukan perubahan itu sendiri. Semua itu harus dari akarnya,"

Sang atasan tidak bergeming. Ia malas menjawabnya karena kesal. Sebab, semua yang dikatakan Brahma adalah benar. Banyak sekali petugas kepolisian yang seperti itu meskipun tidak semuanya. Ia juga merasa kesal karena tidak bisa menjawabnya.

"Anda bilang masyarakat juga ngga komplain?" Brahma tersenyum sinis.

"Bapak harus banyak baca berita, di berbagai kota demo besar-besaran, menuntut agar Heisen dibebaskan,"

"Sedangkan kita, apa yang kita lakukan? Membubarkan paksa dengan melemparkan gas air mata dan memukuli pendemo,"

"Tekad saya sudah bulat untuk berhenti dari pekerjaan ini, terima kasih," ucap Brahma. Ia lantas memberi hormat sebelum meninggalkan ruangan itu.

Setelah keluar ruangan, Brahma berpamitan kepada semua petugas. Amba juga berada di sana. Brahma memeluk pria tua itu. Pria yang berusia sekitar enam puluhan itu merasa tidak enak hati.

"Apa bapak tersinggung sama ucapan saya beberapa hari yang lalu?" tanya Amba yang merasa bersalah. Brahma pun tersenyum sembari menepuk pundak Amba.

"Engga," jawab Brahma. "Saya justru berterima kasih sama kamu,"

7 IdentitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang