4. TETANGGA, DAN SEPI

218 154 8
                                    

Bel pulang telah berbunyi, semua siswa berhamburan menuju area parkir karena sudah tidak sabar ingin merasakan surga dunia yang menanti kepulauan mereka, tapi berbeda dengan anggota BLAZE yang di minta untuk kumpul di markas padahal mereka juga ingin merasakan empuknya kasur yang telah menanti di rumah mereka, tetapi mereka tidak bisa membantah perintah Ketua yang menyuruh untuk kumpul saat itu juga.

Sementara di tempat lain Shania dan Freya tengah membersihkan kelas karena hari ini adalah jadwal piket mereka berdua.

"Shan, lo pulang naik apa?"

"Nggak tau, taksi mungkin," jawab Shania seadanya.

"Ohh, gitu."

Setelah acara bersih-bersih mereka selesai, keduanya berjalan menuju area parkir.

"Shan jemputan gue udah ada tuh, lo nggak mau bareng?" tawar Freya namun Shania menolak nya dengan halus.

"Nggk usah deh Frey, kita kan beda arah jadi mending gue naik taksi atau angkutan umum aja." Shania tersenyum meyakinkan Freya yang terlihat sedikit khawatir karena mengingat ini sudah sore juga sudah lumayan sepi.

"Benaran gakpapa?"

"Iya Frey, lo duluan aja."

"Yaudah deh, gue duluan ya, kalo ada apa-apa telfon gue," pamit Freya lalu naik ke dalam mobilnya sambil melambaikan tangannya pada Shania kemudian Shania juga melakukan hal yang sama sambil terus menatap ke arah mobil Freya yang semakin lama semakin jauh lalu hilang dari pandangannya.

Shania melangkahkan kakinya menuju halte, menunggu angkatan umum, tapi sudah hampir 30 menit dia berdiri satu pun tidak ada yang lewat, karena hari sudah semakin sore, dia memutuskan untuk berjalan kaki padahal jarak sekolah dengan rumahnya lumayan jauh, tapi apa bole buat Shania tidak punya siapa-siapa yang akan ia minta untuk menjemputnya.

Setelah berjalan cukup jauh shania merasakan pegal pada kakinya "Pegal banget kaki gue, mana masih jauh lagi."

Saat sedang capeknya berjalan, terdengar suara motor besar menggelar di telingga Shania, suara ramai dan bisingnya knalpot motor besar itu mengalihkan pandangan gadis cantik itu ke arah kanan untuk melihat siapa mereka.

"Itu kan blaze, gawat mereka jangan sampai liat gue," khawatir Shania lalu menutup wajahnya menggunakan tas. Shania masih ingat kejadian tadi siang di saat ia tak sengaja menabrak wakil dari geng itu juga berbicara sedikit kurang ajar padanya.

Berharap mereka tidak melihatnya dan lewat begitu saja, ternyata salah, motor-motor itu singgah tepat di sampingnya, dengan suara satu orang yang kemudian terdengar "Eh, lo bukannya yang tadi siang nabrak Elzio?" tebak Aziel karena merasa tidak asing dengan gadis yang tengah berjalan sendirian itu.

"Nggak, bukan, lo salah liat!" elaknya

"Yaelah kita-kita hafal muka lo, jadi nggk usah ngelak." Vano sedikit terkekeh melihat gadis yang masih betah dengan tas di depan wajahnya itu.

"Gue nggak kenal kalian, kayaknya ini pertemuan pertama kita deh," Shania masih saja dengan pendiriannya.

"Lo Shania kan?" tanya Sean.

"Bukan!" elaknya lagi kemudian menoleh ke arah lain sambil terus menutup mukanya.

Elzio yang dari tadi hanya diam merasa kesal sendiri dengan sikap cewek yang sok jual mahal itu, karena sudah tidak tahan Elzio menarik tas yang berada di depan wajah Shaniaa dan menjauhkan nya dari gadis itu.

Shania yang kaget dengan tindakan tiba-tiba Elzio sedikit terperanjat lalu menatapnya tajam "Apaan sih kasar banget."

"Nggk usah sok-sok nutup muka gitu, lo nggak cantik, lo juga bukan tipe gue maupun teman-teman gue!" kata Elzio pedas.

Elzio And ShaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang