Keesokan harinya Elzio memilih untuk tidak masuk sekolah dulu karena lebam pada wajahnya belum juga sembuh, Elzio hanya tidak ingin teman-temannya khawatir dan bertanya-tanya tentang luka yang ada pada wajahnya.
LO PEMBUNUH!
Perkataan Regil kemarin sore mampu membuat seorang Elzio rapuh, juga merasa jika yang di katakan Regil itu benar, seandainya malam itu dia tidak menurunkan gadis itu di gang yang penuh dengan preman, kejadian mengerikan yang menimpa adik dari sahabatnya itu tidak akan pernah terjadi.
MAMA NYESEL PERNAH LAHIRAN ANAK PEMBAWA SIAL SEPERTI KAMU!
Lagi, Elzio teringat dengan perkataan ibunya yang sangat menyakitkan untuk seorang anak sepertinya yang masih belum bisa menanggung beban sendirian dan butuh seorang ibu untuk berkeluh kesah, tapi apa yang dia dapatkan malah sebaliknya, Elzio benar-benar hancur dan merasa jika dirinya adalah orang yang paling menyedihkan di dunia.
Elzio bangun dan menuruni kasurnya berjalan menuju kamar mandi tetapi belum beberapa langkah dia berjalan tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit.
"Arrgghhh"
Elzio memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit sampai membuat Elzio tidak mampu untuk berjalan, dia terus memenganginya sambil sesekali memukulnya agar sakitnya hilang, tetapi bukannya hilang sakitnya malah semakin bertambah dan itu membuat Elzio semakin tidak tahan dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya.
"Aarrrgghhhh" Erangnya dengan begitu keras. Di tengah kesakitannya dia merasa ada yang kurang, yah Elzio tidak melihat seorang pun yang datang membantunya menghilangkan rasa sakit yang sangat luar biasa ini, dia kemudian berusaha berdiri mengambil obat yang selalu jadi penenang saat dia kesakitan.
Di tempat lain Shania berjalan memasuki gerbang sekolah dengan senyuman yang tidak pernah luntur seperti biasanya, dari kejauhan dia melihat di parkiran sudah ada empat orang laki-laki seakan sedang menunggu seseorang lalu dia menghampiri mereka.
"Kalian nungguin siapa?" Tanya Shania tho the point.
Mereka yang tadinya asik dengan dunianya masing-masing di buat kaget oleh pertanyaan tiba-tiba Shania.
"Eh Astagfirullah Shan, lo buat jantung gue hampir copot," Lebay Gavin sambil memegangi dadanya.
"Lagi nungguin tuan putri", ucap Vano lengkap dengan senyumannya.
"Nungguin bidadari yang sangat cantik pagi ini", timpal Aziel.
"Nggak, kita lagi nungguin queen lebih tepatnya" elak Azka membenarkan perkataan teman-temannya mengenai orang yang di tunggu sedari tadi.
Mendengar jawaban-jawaban dari mereka, Shania merasa penasaran siapa orang yang di maksud ke empat inti Blaze itu, namun dia memilih untuk tidak mau bertanya dan mengabaikan rasa penasarannya.
"Oh gitu, yaudah gue duluan ya, babay," Shania melanjutkan langkahnya, tetapi belum jauh dia berjalan suara Gavin menghentikan langkahnya.
"Lo mau ke mana Shan? ya ampun kita-kita nungguin lo dari tadi masak lo main ninggalin gitu aja."
Shania membalikkan badannya menghadap keempat cowok itu dengan wajah yang penuh dengan keheranan juga tanda tanya "Kalian nungguin gue? tadi kan katanya lagi nungguin tuan putri, bidadari, atau queen-queen itu!"
"Iya Shan kita nungguin lo, dan tuan putri, bidadari, atau queen yang kita maksud itu adalah lo," ucap Vano yang membuat Shania terdiam tak percaya.
"Haha, gak usah lawak deh pagi-pagi."
"Siapa yang lawak?" tanya mereka bersamaan.
"Ya kalian lah, masak gue?"
"Shan, kita gak lawak kok, lo emang udah jadi tanggung jawab kita mulai sekarang," kata Aziel lalu melangkah mendekati Shania, "Yaudah, kita kelas sekarang, ntar lagi kan bel masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio And Shania
Teen FictionElzio Ryder Mahagra, panggil saja dia Zio. siswa paling berpengaruh di SMA Starlight High School, cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Wakil ketua BLAZE yang di takuti seantero sekolah. BLAZE adalah geng motor yang di pimpin oleh...