3. AWAL MULA

249 164 15
                                    

"Kelas yuk, gue males lama-lama di kantin," ajak Aziel pada teman-temannya.

"Ayo, gue juga males!"

"Ngikut aja lo bocil," ucap Aziel lalu menoyor kepala Azka pelan.

"Iisshh jangan main toyor-toyor gitu, gue nggak suka! dan gue juga bukan bocil!" ngambek Azka dengan bibir yang maju beberapa senti.

"Ngambek mulu lo Zka, udah kayak cewek aja."

"Apa sih, gue nggak ngambek."

"Terus?"

"Marah!" lanjut Azka to the point.

"Ser- "

"Udah Zil nggak usah di lanjut, ntar Azka ngambek beneran emang lo mau ngebujuk dia? nggak kan?"
potong Sean yang lelah sendiri melihat perdebatan keduanya.

Elzio yang berjalan paling depan tiba-tiba berhenti karena ada yang menabraknya lalu terdengar suara kesakitan seseorang.

"Aaww, Sakit banget anjirrr!" teriak kesakitan dari seorang gadis.

Mereka yang berjalan di belakang Elzio juga ikut berhenti dan melihat ke arah sumber suara.

"Wihh ada cecan," semangat Gavin ketika melihat orang yang baru saja menabrak sahabatnya.

"Ya ampun Shania, bego banget sih lo, kenapa harus dia yang lo tabrak? Kenapa bukan tembok aja sih," umpatnya dalam hati ketika melihat siapa yang baru saja di tabraknya.

"Nggak punya mata?" tanya Elzio datar.

Dia berdiri sambil menahan sakit, lalu menatap Elzio dengan sedikit keberanian, namun dia tak kunjung menjawab pertanyaan Elzio barusan, dirinya malah mengagumi ketampanan Elzio dari jarak yang sangat dekat berbeda ketika dari kejauhan dia terlihat biasa saja baginya.

"Nggak bisa ngomong?" tanya Elzio lagi.

Shania sedikit terperanjat lalu menjawab pertanyaan Elzio "Gue punya mata, dan gue juga bisa ngomong, kalo nggak bisa ngomong gue nggak mungkin teriak kesakitan saat jatoh barusan," jelasnya kesal.

"Oh," kata Elzio lalu melanjutkan langkahnya di ikuti teman-temannya dari belakang.

"Oh doang?" Shania melongo di tempatnya mendengar jawaban yang sesingkat itu padahal dia sudah berbicara panjang lebar tapi... Ah memikirkan itu membuatnya tambah kesal.

Shania melihat sekeliling koridor, "Untung sepi, kalo nggak gue udah jadi pusat perhatian dari tadi."

Dia kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas XII IPA 2, tetapi baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba dia di kagetkan dengan suara melengking seseorang dari arah belakang "SHANIA, TUNGGUIN," teriak Freya dari kejauhan.

"Ya ampun Shania lo kenapa ninggalin kita gitu aja? lo tau gara-gara lo pergi gitu aja gue terpaksa harus habisin bakso lo karena paksaan dari mereka, terus gue juga yang bayar."

"Ya iyalah lo yang bayar secara kan lo yang makan," Shania menepuk jidatnya pelan, karena tidak habis pikir dengan tingkah temannya yang satu ini.

"Iya juga ya," Freya ikut menepuk jidatnya.

Amara, Shena, dan Luna geleng-geleng kepala sendiri melihat tingkah Freya "Punya temen gini amat," Ucap mereka secara bersamaan, lalu kembali berjalan di ikuti Shania dan Freya di belakang.

***

Sementara di kelas XII IPS 1 terlihat para inti blaze baru saja memasuki kelas.

"Cari tahu latar belakangnya." perintah Elzio entah kepada siapa.

Mereka semua saling tatap karena merasa heran dengan perkataan Elzio barusan.

"Siapa El?" Sean bertanya karena tidak paham maksud Elzio.

Elzio menatap Sean datar "Cewek tadi."

"Yang nabrak lo?" tanya Sean lagi, lalu Elzio memgangukkan kepalanya.

"Emang cuman ketua yang paham dengan perkataan El," bisik Gavin pada Vano, lalu Vano menganggukkan kepalanya tanda ia juga setuju dengan apa yang di bilang Gavin barusan.

"Kenapa El, lo suka sama cewek tadi?" Aziel bertanya karena penasaran.

"Nggak."

"Teruss?"

"Dia udah buat mood gue tambah hancur, Dan gue pastikan dia gak bakalan tenang setelah ini!" Katanya lalu tersenyum miring.

Lalu Elzio mengalihkan pandangannya melihat ke arah Azka yang dari tadi hanya diam tanpa niat berbicara.

"Zka"

"Iya El, kenapa?"

"Lo yang kenapa?" heran Elzio karena melihat keringat yang terus menetes di wajahnya seakan sedang menahan sesuatu.

"Gakpapa."

"Aziel lagi?"

"Nggak tau," balasnya lalu kembali menunduk.

Aziel yang mendengar namanya di sebut melirik ke arah Azka yang dari tadi memang hanya diam tidak seperti biasanya.

"Zka, lo masih ngambek?" tanya Aziel khawatir ketika melihat wajah Azka yang penuh dengan keringat.

"Nggak."

"Terus, lo kenapa keringatan gitu?" heran Gavin.

"El, lo udah selesai?" tanya Azka mengabaikan pertanyaan Gavin.

"Apa?" heran Elzio.

"Ngomong," katanya lagi sambil menahan sesuatu yang sedikit lagi akan keluar.

"Udah," Jawab Elzio sambil mengangkat satu alisnya.

"Sean, lo?"

"Gue kenapa?" tunjuk Sean pada dirinya sendiri.

"Lo udah selesai ngomong?" Azka semakin tidak tahan ingin segera menuntaskan panggilan rimbanya.

"Udah."

Karena Azka sangat menghargai ketua juga wakil ketua blaze itu, dia rela menunggu sampai mereka selesai bicara. Setelah mendengar perkataan terakhir Sean, Azka segera berlari keluar kelas lalu berteriak, "GUE MAU BERAK!"

Mereka seketika terdiam, mencerna kata-kata terakhir Azka, setelah sadar Aziel, Gavin dan Vano terbahak sambil memegangi perut mereka sangking lucunya.

"Anjing, gue kira kenapa sampai keringatan gitu, ternyata nahan berak," tawa Aziel terpingkal-pingkal karena tingkah bodoh Azka.

"Gue ngiranya dia sakit anjirr," kata Gavin ikut tertawa.

"Gue nggak bisa berkata-kata lagi, sumpah tuh anak ngakak banget," Vano ikut tertawa bersama aziel dan Gavin.

Sementara Sean dan Elzio hanya geleng-geleng kepala lalu tersenyum, Sean tersenyum lebar sedangkan Elzio Tersenyum Tipis.

Elzio And ShaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang