8. MAAF

177 127 1
                                    

Malam itu Elzio memberhentikan motornya di taman kota. Sudah hampir satu jam ia mengendarai motornya tanpa arah dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia bingung harus ke mana lagi. Balik ke markas? gak mungkin karena Elzio tidak sanggup melihat wajam Shania, dia Sangat-sangat menyesal atas perbuatannya, seharusnya hari itu dia tidak perlu meladeni gadis itu dan menghiraukan nya saja. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Elzio turun dari motornya dan duduk di kursi taman.

Gue udah jahat banget ya Sean? Sampai lo sekecewa itu ke gue? gue juga gak sadar dengan apa yang gue lakuin Sean, gue seakan melupakan tentang semua peryataan lo waktu itu, gue bahkan nggak ngehargain perjuangan lo yang berusaha jagain dia. Gue pikir waktu itu gakpapa karena dia bukan Sila adek kandung lo. Batinnya lalu mulai membaringkan tubuhnya di kursi panjang taman.

Malam ini Elzio memutuskan untuk tidur di taman saja.

Sementara di markas teman-temannya belum juga tidur begitupun dengan Shania yang asik melihat Aziel dan Azka memainkan game di ponsel masing-masing sambil sesekali melirik ke arah Gavin dan Vano yang senyum-senyum sendiri melihat ponsel mereka.

Azka yang sadar ke mana arah pandang Shania juga melihat ke sana "BUCIN TEROSS."

"YANG JOMBLO MAH NYIMAK AJA," sambung Aziel juga melihat ke arah Vano Dan Gavin.

"Makanya cari cewek biar gak jomblo," ledek Gavin pada Azka dan Aziel. Sedangkan Vano hanya menghiraukan nya saja.

"Elah pacar gonta-ganti aja bangga lo," Aziel melempar buku ke arah Gavin yang langsung di tangkap cowok itu.

"Yaiyalah bangga, dari pada lo jomblo karatan, Haha," gavin tertawa melihat wajah Aziel yang merah.

Aziel berdiri ingin menghampiri Gavin.

"Iihh nggak usah, gue gak mau liat keributan," kata Shania menahan lengan Aziel lalu menyuruhnya duduk kembali.

Dengan terpaksa Aziel duduk sambil menatap tajam Gavin "Awas lo."

"YESS GUE MENANG," Teriak Azka yang langsung membuat Aziel menatapnya kesal kemudian dia melirik ke arah Gavin lagi.

"Ini semua gara-gara lo Vin, lo sengaja kan buat alihin gue kayak tadi supaya gue kalah, iya kan?" Tanya Aziel.

Gavin akan menjawab tapi tidak sempat karena mendengar suara Vano.

"Whatt?!"

"Kenapa Van?" tanya mereka bersamaan.

"Gakpapa."

"Anjing lo, gak jelas banget," Kesal Aziel, lalu memutuskan untuk ke kamar saja dari pada harus meladeni teman-temannya yang gak jelas. Di markas memang ada kamar khusus untuk anggota inti, tapi Elzio Dan Sean memiliki kamar pribadi dan yang lain tidak mempermasalahkannya.

"Tuh kan Vin gara-gara lo Aziel ngambek."

"Enak aja, gue gak ngapa-ngapain dia Zka," ucap Gavin membela diri karena Azka menuduhnya.

"Apa sih, kalian dari tadi ribut mulu, udah kayak kucing sama anjing aja tau nggak," Kesal Shania pada mereka karena dari saat dia turun sehabis ganti baju tadi, Aziel, Azka, dan Gavin terus saja adu bacot.

"Gue kucing nya," kata Azka cemberut.

"Jadi gue anjing, gitu?" Gavin menatap tajam Azka.

"Iya, lo emang anjing," Azka segera berlari ke kamar setelah mengatakan itu karena takut kena bogem.

Shania dan Vano tertawa melihat wajah kesal Gavin.

***

Ponsel Elzio berdering cukup keras sehingga membangunkan nya, segera dia mengambil ponsel yang ada di sakunya melihat ternyata Vano lah yang menelfonnya lalu dia segera mengangkut telpon itu dan mendekatkan ponsel ke telinganya.

Elzio And ShaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang