Elzio menatap bingung orang-orang yang sedang mengelilingi ranjangnya dengan tatapan yang berbeda-beda, bahkan di sampingnya dia melihat ada cowok dengan rambut merah yang sudah meneteskan air mata, juga di sebelahnya ada seorang perempuan cantik dengan raut wajah yang sangat khawatir juga senang secara bersamaan.
"Benar banget kata dokter Ryan, ternyata lo bangun lebih awal dari yang kita duga, gue ngiranya lo gak bakal bangun selama seminggu kayak Sean waktu itu, tapi alhamdulillah karena sekarang lo udah gak nutup mata lagi El, gue senang banget," tutur Gavin sambil menepuk bahu Elzio pelan.
Malam ini adalah malam pertama Elzio di rumah sakit, kata dokter dia akan koma beberapa hari dan tanpa di duga malam ini dia bangun dengan keadaan yang baik-baik saja tapi... Sedikit mengecewakan karena ingatannya hilang.
"Bukan cuman lo Vin, tapi kita juga senang" cetus Azka.
"Sorry Zka, gue lupa kalau ada kalian."
"Benar-benar ya lo Vin"
Elzio yang dari tadi hanya menyimak kemudian bertanya dalam hati. El, nama gue El?.
"Kenapa Zio, kepala lo masih sakit?" Tanya Shania yang melihat keanehan di wajah cowok itu. Elzio yang di tanya hanya menggelengkan kepadanya pelan.
"Makasih udah bertahan!" ucap Sean sambil tersenyum tipis.
"Makasih juga karena udah kuat!" sambung Vano.
"Maaf." cetus Aziel tiba-tiba.
Mendengar perkataan singkat dari Aziel membuat mereka semua menatapnya prihatin.
"El, gue minta maaf udah buat lo kayak gini, gue siap kok kalau lo mau mukul gue." kata Aziel sambil menundukkan kepalanya merasa sangat bersalah pada Elzio. Shania yang berada di sampingnya menepuk-nepuk punggungnya untuk menenangkannya.
"Lo nggak berubah walaupun sedang sakit, dingin banget!" celetuk Gavin lalu diangguki Azka.
Sementara orang yang dari tadi di ajak bicara hanya tetap diam, menatap bingung mereka, "Kita teman?" tanya Elzio dengan suara baritonnya.
Mendengar pertanyaan singkat itu membuat mereka semua saling pandang.
"Iyalah, pake nanya lagi lo" ujar Gavin.
"Sejak kapan?"
"Sejak gue masih dalam perut emak gue," Gavin memutar bola matanya malas sebab pertanyaan yang tidak masuk akal dari Elzio.
"Lo jangan bercanda deh El," celetuk Aziel.
"Masak lo lupa kalau kita teman lo?" sambung Azka lalu mendekati Elzio yang kebingungan.
"Jadi kita benaran temanan?" tanya Elzio lagi.
"Iya, kita teman!" ujar Sean.
"Gue siapa?"
"Lo Elzio, Wakil geng motor terkenal di jakarta." Jawab Azka dengan semangat empat lima.
"Geng motor? Gue anggota geng motor?"
"Iya El, geng kita udah ada sekitar lima tahun yang lalu saat kita masih duduk di bangku kelas satu SMP, lo ingat? Waktu itu lo yang usulkan namanya." ucap Gavin berharap Elzio benar-benar mengingat momen bahagia kala itu.
"Nama?"
"Nama geng kita," jawab Vano.
"Apa?"
"BLAZE, lo bilang kalau kita harus seperti api yang tidak pernah padam jika bukan karena air," jelas Sean.
Elzio terdiam tanpa mengatakan satu kata pun, Jadi, gue yang buat nama geng mereka? Kenapa gue nggak ingat apa-apa sama sekali? apa gue sepenting itu? Terus, kenapa gue wakil? Batinnya dengan berbagai pertanyaan. Saat sedang asik dengan pikirannya pandangannya tiba-tiba terarah pada satu-satunya cewek yang di ada di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio And Shania
Подростковая литератураElzio Ryder Mahagra, panggil saja dia Zio. siswa paling berpengaruh di SMA Starlight High School, cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Wakil ketua BLAZE yang di takuti seantero sekolah. BLAZE adalah geng motor yang di pimpin oleh...