Shania yang masih terlelap di atas kasur king sizenya mengerjapkan matanya karena terusik dengan kerasnya bunyi jam weker yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Dengan terpaksa dia bangun dan saat melihat jam betapa kagetnya dia karena sekarang sudah menujukkan pukul 8:05 itu tandanya bahwa dia sudah sangat terlambat pergi ke sekolah. Tanpa berlama-lama lagi dia langsung menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa.
"Siapa sih yang ngubah jam gue, perasaan gue ngaturnya jam 06:30 tapi kenapa udah keganti jadi 08:05, jadinya kan gue telat." gerutunya.
Setelah selesai dengan ritual mandinya dia ingin segera memakai seragam tapi saat membuka lemari yang dia dapati hanya kekosongan saja.
"Seragam sama baju-baju gue yang lain di mana anjirr, gak mungkin kan ada yang maling," celetuknya.
Karena kesal dia menuruni tangga pergi ke lantai satu menemui ibunya yang sedang asik membuat kue.
"MAMA" teriak Shania sambil menuruni anak tangga satu persatu.
"Apasih Zel ribut banget, masih pagi loh ini."
"Seragam sama baju-baju Grizel mana mah, kok semuanya gak ada, apa ada maling yah mah semalem?" tanya Shania sambil berpikir.
"Ada-ada aja kamu Zel, nggak mungkin lah ada yang maling rumah kita," kata Sintia sambil geleng-geleng kepala.
"Kalau bukan maling yang ambil terus baju-baju Grizel ke mana semua mah?"
"Itu tadi ada yang minta sumbangan untuk korban banjir nak, karena gak ada yang mau di sumbangin yaudah mama sumbangin aja baju kamu!"
Shania menatap tak percaya ibunya yang seenaknya menyumbangkan bajunya tanpa bilang dulu ke dia, "Yah tapi gak semuanya loh ma, kalau satu atau dua kan masih bisa di maklumin, lah ini semuanya di sumbangin sampai baju sekolah aku juga mama sumbangin."
"Nanti kamu beli lagi sayang," kata Sintia yang membuat Shania makin tidak habis pikir dengan wanita paruh baya yang sedang asik dengan aktivitasnya itu.
"Astagfirullah mama, aku hari ini mau nganter tugas, masak gak sekolah sih," gerutu Shania.
"Yakan mama nggak tau sayang."
"Mama sih gak tanya-tanya dulu," kesal Shania kemudian menjulurkan tangannya pada Sintia.
"Iihh, bukan salim ma, aku tuh minta uang buat beli seragam."
"Oh, bilang dong sayang," Sintia mengeluarkan uang berwarna merah tiga lembar kepada Shania.
"Makasih ma, aku pergi dulu ya, assalamu'alaikum mama sayang," ucapnya sambil mengecup pipi Sintia lalu pergi meninggalkan kediamannya.
__"Gimana om, berhasil?"
"Semua berjalan lancar sesuai keinginan kamu. Om pikir itu tidak akan berhasil tapi nyatanya hasilnya di luar ekspetasi om."
"Maksudnya gimana om?"
"Dia keluar dari geng sialannya itu!"
"Serius om, Kok bisa, emang om ngomong apa sampai dia sejauh itu?"
Pria tua itu berjalan mendekati sang ponakan lalu kemudian membisikkan sesuatu lalu mereka tertawa bersamaan.
"Kamu tau, pagi ini bakal ada kejutan!"
"Kejutan?"
"Yes" Setelah mengatakan itu pria paruh baya itu meninggalkan ruangan sambil tersenyum menyeringai.
Di sisi lain Elzio bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi dengan santainya padahal jam sudah menunjukkan pukul 08:10 tetapi laki-laki itu tidak memperdulikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elzio And Shania
Ficção AdolescenteElzio Ryder Mahagra, panggil saja dia Zio. siswa paling berpengaruh di SMA Starlight High School, cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Wakil ketua BLAZE yang di takuti seantero sekolah. BLAZE adalah geng motor yang di pimpin oleh...