1. Prolog

392 41 7
                                    

Debuman keras suara musik dan berisiknya orang-orang yang berteriak dan bernyanyi memekakkan telinga gadis berusia 27 tahun yang diseret paksa oleh ayah tirinya. Dia hanya bisa menangis saat pria yang menikahi ibunya 20 tahun lalu itu bilang akan menjualnya.

"Sudah cukup aku menghidupimu dan ibumu yang penyakitan itu puluhan tahun. Sekarang kau harus membalas budi. Kau harus menghasilkan uang untuk melunasi hutangku."

Naya menggeleng. "Tidak!" bentaknya. "Kenapa aku? Aku tidak mau!"

"Semua hutangku adalah karenamu dan ibumu sialan!"

"Tidak, Ayah. Ku mohon..."

Meskipun berontak dan menangis, Naya tetap dibawa ke sebuah ruangan yang lebih sepi. Beberapa orang menyambut kedatangan mereka dengan tatapan remeh. Naya hanya tak mengerti maksud tatapannya. Bukankah harusnya mereka kasihan melihat Nays yang diseret dan menangis?

"Tuan Smith. Ku bawakan anak gadisku. Sekarang berikan uangku."

Pria paruh baya itu berbicara dengan seorang pria lainnya yang dipanggil Tuan Smith. Naya menatapnya, meminta belas kasih pada Tuan Smith.

"Well, Kim. Tidak ku sangka kau benar-benar melakukannya. Bukankah iblis akan tertawa melihat kebejatanmu? Kau rela anakmu jadi wanita penghibur demi beberapa puluh juta?"

Ayah Naya terkekeh pelan. "Anak ini sebenarnya tidak ada harganya. Kau beli 50 juta aku sudah bersyukur."

Naya hanya bisa menggeleng. Tidak menyangka jika pria yang sudah seperti ayahnya sendiri itu benar-benar tega padanya. Naya sampai tak bisa berkata-kata.

Tuan Smith tertawa lepas. "Aku benci ucapanmu itu, tapi baiklah. Karena aku butuh, ku ambil anakmu. Ku tambah sepuluh juta karena anakmu perawan."

Setelah Tuan Smith mengatakan itu, dua pria bertubuh besar berganti memegangi lengan Naya. Naya menatapnya bergantian. Hampir-hampir menangis lagi.

Seorang wanita datang membawakan sebuah koper dan meletakkan di meja. Tuan Smith kemudian membukanya. Naya melihat beberapa bendel uang yang kemudian diberikan pada ayahnya.

"Senang berbisnis denganmu Kim. Aku akan menjaga baik-baik anakmu. Kau tenang saja. Kau bisa meninggalkannya."

Ayah Naya berbalik, menatap Nayeon dengan tatapan sedih. "Maafkan Ayah. Tolong terima saja takdirmu."

Naya terdiam dengan tatapan kosong seketika. Ayahnya benar-benar menjualnya.

Nayara Emilly, seorang gadis yang benar-benar malang sekarang.

***

Saat Naya terbangun, dia pikir semua hanyalah mimpi. Sayangnya tidak. Itu nyata. Naya terbangun di sebuah mess. Satu kamar berisi tiga orang. Naya hanya sendiri di kamar itu.

Naya bangun, menatap sekeliling kamar. Seharusnya dia tidak sendiri karena kamar ini nampak berpenghuni. Tapi setelah Naya ingat-ingat, sejak semalam dimana dia dibawa ke sini, dia tidak bertemu dengan siapapun.

Gadis itu duduk meringkuk, meletakkan dagunya di atas lututnya sendiri, memeluk kakinya.

Terima saja takdirnya? Tidak, enak saja. Dia tidak bisa menerimanya begitu saja.

Gadis itu bangkit, mencoba membuka pintu tetapi tak bisa terbuka. Tapi tak kehilangan akal, dia melihat keluar melalui jendela. Oh, dia ada di lantai tiga ternyata. Di bawah adalah halaman dengan rumput hijau dan sepi. Tak ada penjagaan sama sekali.

Naya menyambung seprei dengan selimut. Berencana menggunakan benda itu untuk turun dari lantai tiga. Harapannya, semoga bisa.

Naya mengikat sambungan seprei ke kaki ranjang. Kebetulan letaknya ada di dekat jendela. Sialnya sambungan itu tak sampai ke tanah.

The Wolf BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang