Freen POVMentari sudah menyambut pagi langit hitam telah pergi pagi ini cuacanya cerah ,secerah hati ku
hmm ya aku sangat senang tapi aku malu untuk mengatakannyasemalam....
itu cukup panas ....
Aku bingung bagaimana aku harus memulai kata , sungguh jantung ku sangat berdebar kencang bila mengingat apa yang becca lakukan pada ku memikirkannya saja sudah membuat ku bergairah
malam itu setelah aku menyuruh becca keluar dari kamar ku sebenarnya sebagian dari diriku tidak terima atas ke kemunafikan hati ku mulut ku terus mengeluarkan kata yang menyakiti orang yang aku sayangi tapi hati ku pun sakit telah sengaja mengabaikannya ,ego ku memaksa ku untuk tetap diam dan membiarkannya saja tapi jiwa ini seolah memberontak memaksaku untuk menemui becca
aku pun menyingkirkan ego ku dan mencoba untuk memahami becca, aku pergi ke kamarnya saat aku membuka pintu aku melihat becca sedang meneguk minuman beralkohol ,matanya berkaca-kaca ia menatap ku dengan sendu aku sontak menyingkirkan botol minuman itu dari tangannya
ini gila kenapa becca jadi begini untuk pertama kalinya aku melihat adikku mabuk aku jadi merasa bersalah karena tidak mempedulikannya belakangan ini
~•~
Flashback
" Becky apa yang kau lakukan kau gila kenapa kau mabuk " ucap ku pada becca
" oii p'freen kau kah itu " ucapnya
" he..he..aku..aku gila " ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri dia malah tertawa
" kau benar aku sudah gila karena aku menyukai mu hahaha benar aku memang gila " ucap becca
mendengar itu jantung ku berdegup kencang saat dia mencoba mencium ku aku mendorongnya logika ku berkata ini tidak benar
" becky jangan lakukan ini " ucap ku
" diamlah p'freen " becca membentak ku lalu memegang kedua lenganku
aku terkejut sepertinya becca sudah dalam pengaruh alkohol saat ini aku hanya diam dalam rengkuhannya aku tak bisa berpikir jernih sentuhannya merobohkan dinding pertahanan ku
" dengar..! sepertinya aku mencintaimu p'freen bolehkah aku mencium mu hhmm bolehkah sekali ini saja " ucapnya dengan nada sensual
kata " aku mencintaimu p'freen " yang keluar dari bibirnya selalu bergema di telinga ku sepertinya aku telah kalah dinding pembatas yang aku bangun dengan mudah ia robohkan aku tak mampu menolaknya lagi aku menerima ciuman mesra dari becca saat lidahnya menyapu lidah ku aku hanya bisa pasrah bagaimana pun logika ku menolaknya tetap saja tubuh ini berkhianat tubuh ku menegang terangsang oleh setiap sentuhan lembut dari tangan nya yang dingin, dia mengecup leher ku lalu perlahan menghisapnya dengan lembut pikiran ku melayang akal sehatku hilang entah kemana