Prolog

21 5 7
                                    

Aku keluar dari toilet setelah membersihkan tanganku. Saat berjalan ingin kembali ke kelas. Aku melihatnya, melihat cowok tinggi dengan wajah dingin yang sedang celingak-celinguk seperti mencari seseorang.

Aku membesarkan pupil saat cowok itu menatap ke arahku. Dan sekarang berlari menghampiriku setelah melihat kiri-kanan sebentar.

Aku menahan napas saat kami saling berhadapan sekarang. Kenapa dia menghampiriku?

"Kakak kelas sebelas, kan?"

Jantungku berdetak cepat saat mendengar suaranya yang ... Ah, pokoknya berat tapi nggak berat banget. Pokoknya gitulah!

Aku yang tersadar mengangguk pelan. "Iya." Aku benar-benar tidak tahu kenapa untuk mengeluarkan suara saja sangat susah sekarang ini.

Dan ... Dia tersenyum! Ya ampun! Senyumnya itu loh, manis banget. Kontras dengan wajahnya yang dingin banget.

"Bagus. Gue boleh minta tolong nggak, Kak?" tanyanya.

Aku mengerjap. "Minta tolong?"

Dia mengangguk. Tangannya bergerak merogoh saku celana dan mengambil selembar kertas yang dilipat-lipat di sana. Saat dia membuka kertas itu, aku dapat melihat beberapa soal matematika di sana.

"Gini, gue lagi ulangan. Tapi gue nggak tau jawabannya. Bisa tolong tunjukkin nggak, Kak?"

Dia bertanya seraya mengangkat kedua alisnya. Tidak ada sama sekali rasa ketakutan akan ketahuan di sana.

Aku bingung sebenarnya. Soalnya ini Galaxy High School. Sekolah yang hanya menerima siswa ber-IQ tinggi denga jumlah dibatasi. Lalu, bagaimana cara cowok ini masuk, ya?

"Kak?"

Aku mengerjap saat dia memanggilku lagi. Aku menatapnya gugup lalu mengangguk dua kali. "Eh, boleh-boleh."

Dia kembali tersenyum. "Duduk di sana ya?" Tunjuknya pada bangku yang berada tidak jauh dari tempat kami berdiri.

Aku mengangguk. Dia berjalan di depanku menuju bangku itu. Lalu, kami duduk berdua pada bangku yang panjangnya hanya satu meter itu.

Dia memberikan kertas itu padaku. Aku melihat-lihat sebentar untuk mengetahui jawabannya.

"Ada bawa pulpen?" Aku bertanya tanpa melihat dia. Aku nggak berani! Aku gugup!

"Ada." Dia kembali merogoh saku dan memberikan pulpen itu padaku.

Beberapa menit aku berkutat dengan soal matematika itu. Akhirnya selesai juga. Aku menghela napas. Aku coba untuk menatap cowok itu, tapi berlangsung sejenak saja karena dia ternyata memperhatikan aku juga! OH MY GOD!

"Udah?" Dia bertanya.

Aku mengangguk dan menyodorkan pulpen dan kertas yang sudah berisi jawaban padanya.

Dia tersenyum lagi saat melihat hasil jawaban yang aku tulis. Saat dia menatapku, aku cepat-cepat menunduk. "Thanks ya, Kak," ujarnya.

Aku mengangguk seraya tersenyum kecil. Melihat sekilas agar terkesan nggak malu-maluin banget.

"Gue balik kelas dulu." Dia berdiri dan berjalan pelan meninggalkanku.

Aku menatapnya seraya tersenyum malu-malu. Walau bibirku melengkung ke atas, rasanya mataku memanas karena terharu.

Akhirnya ... setelah empat tahun aku mengaguminya, aku bisa berbicara dengannya sekarang. Dia ... Barsha Alsava Bathara. Sosok yang aku kagumi dari kelas delapan.

-Prolog End-

Ditulis : 23 Februari 2023
Dipublis : 19 Mei 2024

Hai, aku Mawar. Penulis lama yang baru comeback wkwkwk.

Aku harap kalian suka sama prolog-nya.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang