Our Promise 2 - Unknown

7 4 0
                                    

Aku mengernyit melihat keadaan kantin yang lumayan lengang. Tumben banget. Biasanya sesaknya mengalahkan pasar tradisional walau siswa di GHS tidak lebih dari 500 orang sih.

Aku berjalan menghampiri stan yang menjual bakso lalu memesan satu mangkok dengan segelas es teh manis. Setelah selesai, aku memilih duduk di pojokan saja.

Walau makan sendiri begini, aku tetep senang kok. Nggak ada yang gangguin gitu. Soalnya Mayla dan Kara ada tugas yang belum mereka selesaikan sementara Tana sedang sakit dan beristirahat di asrama. Kualat sih, ngejelekin Barsha mulu.

"Sea, sendiri aja?"

Aku mendongak. Berdecak dalam hati saat melihat Rein, si Ketos yang sudah aku tolak itu berdiri di belakangku.

"Ah, iya. Kara sama Mayla ada urusan soalnya. Kalau Tana sakit."

Aku tersenyum paksa untuk menunjukan rasa sopan. Walau bagaimanapun Rein itu adalah Ketua Osis Galaxy High School yang pemilihannya harus melewati beberapa tes untuk membuktikan bahwa dia orang yang tepat. Tidak ada yang namanya pemungutan suara. Selain itu dia juga pemegang IQ tertinggi kedua di GHS.

Ya ... kalau diperhatikan, Rein memang sempurna untuk dijadikan pacar. Dia ganteng. Tinggi. Jenius. Dan cool. Tapi tetap saja, tidak ada yang bisa mengalahkan Barsha di hatiku.

Cowok itu mengangguk sambil ber-oh. Aku menggerutu dalam hati saat dia malah duduk di sampingku. Hei! Nggak cukup apa udah gue tolak kemarin?

"Kamu nggak mesen?" Aku mencoba bertanya karena dia cuma duduk tanpa melakukan apa-apa.

Rein tampak menggeleng. "Nggak nafsu saya. Kesel sama siswa angkatan baru yang bandelnya kelewatan. Mana cewek lagi. Heran, kenapa banyak anak nakal yang bisa masuk GHS. Kenapa juga IQ mereka harus tinggi?" cerocos Rein.

Aku tertawa garing. Oh iya, Rein kan Ketos. Pasti dia tau dong sama Barsha. Apa aku tanya aja ya? Mmmm, tanya aja deh. Biar menegaskan bahwa aku memang bener-bener nggak suka dia.

"Kamu tau Barsha, nggak? Barsha Alsava Bathara?" Aku mengangkat alis.

Rein tampak memandangku bingung. "Barsha? Siswa baru yang paling tinggi itu?"

Aku mengangguk cepat. "Iya! Kamu kenal?"

Rein mengangguk. "Iya, saya kenal. Memang kenapa?"

"By the way, dia masuk kelas apa?"

"Sepuluh IPS lima."

Aku manggut-manggut sambil ber-oh. Jadi IPS lima. Wah, aku bakalan selalu ke gedung ekskul nih. Soalnya kan untuk ke sana aku harus ngelewatin gedung IPS dulu. Hihihi.

"Kenapa kamu nanya? Kamu kenal sama dia?"

Aku menatap Rein dengan senyuman misterius. "Kenal dong!"

Tapi Rein hanya mengangguk saja. Sepertinya tidak ada rasa cemburu di sana.

"Mmm, begini...." Aku menatap Rein dengan alis terangkat bingung. Dia terlihat tak nyaman saat berbicara.

"Kamu mau bilang apa?" tanyaku karena Rein tak kunjung melanjutkan perkataannya.

"Tentang saya yang nembak kamu itu--"

Apa nih? Dia marah kah sama aku? Atau malu? Atau mau nembak lagi? Nggak bisa! Aku cintanya sama Barsha!

"Saya sebenarnya nggak serius. Saya lagi main truth or dare. Terus saya ditantang untuk nembak kamu di depan umum." Rein menatapku seperti merasa bersalah. "Maafin saya ya, kalau membuat kamu nggak nyaman?"

Aku mengerjap. Oooh, begitu ternyata. Jadi Rein nembak aku karena tantangan. Kalau tau begini, kenapa juga aku merasa nggak enakan pas nolak dia saat itu? Huh, buat kesel aja nih temen-temennya!

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang