Our Promise 36 - Avoid

4 1 0
                                    

Dari mulai bab ini udah ganti POV ya...

Kali ini baik Sea atau tokoh yang lain semuanya pake sudut pandang orang ketiga😁😁

Happy reading!

---

Tidak seperti biasanya, Sea hari ini pergi sekolah sendiri menggunakan motor matic-nya. Hari masih sangat pagi. Jalanan saat ini juga masih terlihat sepi. Jadi dia bisa leluasa untuk membawa motornya.

Kaca helm yang terbuka dapat menampilkan wajah gadis itu yang sedang berbinar cerah. Suasana hatinya selalu bagus jika menghirup udara pagi yang masih segar. Matahari masih malu-malu menampakkan diri. Di tambah lagi jalan menuju Mega Buana melewati hamparan jalanan yang jarang penduduk. Sehingga dapat terlihat banyak pohon-pohon hijau dan tinggi di setiap kiri dan kanannya.

Jelas saja, ini jalan yang sama jika mau pergi ke rumah Barsha. Hanya saja jika ingin pergi ke rumah cowok itu, dia harus belok kiri saat sampai di pertigaan.

Sea sudah melewati pertigaan itu. Sebenarnya Sea ingin menjemput Barsha dan pergi bersama dengan cowok itu. Tapi ... sampai saat ini Barsha tidak ada mengiriminya pesan atau dalam hal lainnya.

Sea berpikir ... apakah Barsha benar-benar marah? Jadi, lebih baik dia menemui cowok itu di sekolah saja.

Saat asik-asiknya menikmati perjalanannya menuju sekolah menggunakan motor, Sea malah mendapati seorang cowok yang beberapa hari ini mulai mengganggu hari-harinya.

Saka, saat ini cowok itu tampak sedang kebingungan sambil memandangi motornya. Sea mengira sesuatu sedang terjadi pada motor cowok itu.

Sebenarnya Sea ingin menghindar dari Saka, tapi di saat seperti ini tidak mungkin dirinya mengabaikan cowok yang sedang dalam kesulitan itu. Berpura-pura untuk tidak melihat pun percuma karena tidak ada jalan lain menuju SMA Mega Buana selain jalan ini.

Sea menghela pelan. Dia menambah kecepatan motor lalu berhenti setelah sampai di dekat cowok itu. "Ada apa, Sak?" tanyanya.

Cowok itu menoleh cepat dan tampak terkejut melihat kehadirannya. "Eh, Sea. Ini ... ban motor gue bocor. Mana nggak ada tukang tambal lagi di sekitaran sini," keluhnya sambil menggaruk kepala kebingungan.

"Kok bisa bocor? Di rumah nggak di cek dulu?" tanya Sea lagi.

Cowok itu berdecak resah. "Nggak tau gue, Se. Datang-datang aja ban-nya bocor. Mana udah setengah jalan lagi."

Sea menghela pelan. Dia melihat ke sekitar. Ya ... di sini memang sama sekali tidak terlihat tukang tambal ban. Jika Saka nekat mendorong motornya pun, maka bisa dipastikan cowok itu akan telat sampai ke sekolah. Jarak ke sekolah masih lumayan jauh, walaupun waktu masih dalam suasana pagi, tetap saja berjalan ke sekolah sambil mendorong motor akan memakan waktu yang lama.

"Titipin motor kamu ke rumah yang itu gih," ujar Sea sambil mengedikkan dagu pada rumah penduduk yang berjarak 50 meter dari tempat mereka berdiri.

"Ha?" Tapi cowok itu malah menampilkan tampang bingung.

"Titipin motor kamu ke sana. Terus kamu perginya sama aku." Sea memperjelas.

Saka yang mendengarnya menjadi terdiam beberapa saat. Dia tidak menyangka Sea mau mengajaknya pergi bersama. Tidak lama setelah itu Saka menampilkan senyum lebar. Dia mengangguk semangat. "Oke. Tunggu bentar." Saka menaikkan standar motornya lalu mulai mendorong ke arah rumah penduduk tersebut. Sea mengikuti dari belakang.

Sea memperhatikan Saka yang mendorong motornya memasuki halaman rumah penduduk tersebut. Cowok itu mengetuk pintu sambil sesekali berseru memanggil penghuni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang