Our Promise 8 - Love Too?

5 1 0
                                    

Tidak terasa, dua minggu telah berlalu. Besok, ulang tahun GHS akan dilaksanakan. Karena sibuk mempersiapkan acara, hari ini kegiatan belajar-mengajar ditiadakan. Seluruh siswa GHS bergotong-royong membersihkan lapangan dan menghiasnya semeriah mungkin.

Sementara aku, saat ini sedang berada di ruang musik bersama Barsha. Kami sedang latihan untuk yang terakhir kali sebelum besok akan menampilkannya di depan anak-anak dan seluruh karyawan GHS.

Jujur saja aku gugup. Meskipun tampil di depan umum adalah makanan sehari-hariku saat masih duduk di bangku SMP, tapi tetap saja ini penampilan pertamaku di GHS. Apalagi ditemani oleh Barsha, yang notabene-nya orang yang aku sukai. Rasanya gugup itu menjadi double.

"Wajah Kakak kok keliatannya tegang banget, sih?"

Barsha menghentikan permainan gitarnya dan fokus menatapku. Saat ini kami lagi duduk berhadapan loh. Pikiranku yang tertuju pada hari besok dan juga posisi kami saat ini tentu saja membuatku terlihat tegang.

Namun tak urung, aku tetap mencoba tertawa walau terdengar seperti dipaksakan. "Ah, itu ... aku gugup aja mikiran hari besok," jawabku lalu tertawa garing lagi.

Barsha mendengus geli. "Kakak tenang aja. Kita udah berkerja keras latihan untuk penampilan besok. Semuanya bakal baik-baik aja, kok."

Cowok dengan wajah dingin itu menampilkan senyumannya. Membuat hatiku berdetak sangat cepat, tapi juga merasa lega di waktu yang bersamaan. Rasanya semua beban-bebanku terangkat melihat senyuman itu.

Barsha tidak memiliki lesung pipi sehingga membuat senyumannya tidak manis. Rambutnya juga tidak sekeren idol Kpop yang panjang dan berponi sehingga menimbulkan keinginan untuk mengacaknya. Wajahnya juga tidak seganteng cowok-cowok populer GHS seperti Rein, Ansel atau Aris.

Tapi, terlepas dari semua hal itu, bagiku dia tetap sumber cahayaku. Bagiku dia tetap salah satu penyebab aku tersenyum bahagia. Bagiku dia tetap penyebab air mata terharuku keluar.

"Sekarang malah bengong."

"Hah?" Aku mengerjap. Entah apa yang lucu dari ekspresiku, tapi setelahnya Barsha tertawa sedang. Tawa yang menjadi ciri khas dari seorang Barsha. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Setelahnya, aku menyusul tertawa kecil.

***

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ulang tahun GHS dilaksanakan dengan mengadakan dua sesi acara pada siang dan malam.

Untuk siang hari, acara di isi dengan kegiatan berbagai macam lomba. Dari lomba lompat karung, lari, tebak kata, tarik tambang, senam, sampai lomba paling nyeleneh yaitu mencari koin di dalam tepung menggunakan mulut.

Beberapa siswa GHS tampak tertawa lepas saat melihat wajah dan mulut peserta yang mengikuti lomba itu penuh dengan tepung.

Selain itu, juga di adakan pertandingan basket antar kelas. Lomba ini banyak diminati oleh para cowok. Termasuk Barsha. Cowok itu ikut bermain untuk mewakili kelasnya.

Ketika kelas cowok itu mulai memasuki lapangan, aku sudah duduk manis di tribun paling depan. Tepat di samping Rein, karena tanpa bantuan Ketua Osis GHS itu, aku tidak akan bisa duduk di tempat paling strategis ini.

Pandanganku terus tertuju pada Barsha. Ketika cowok itu berlari dan berhasil mencatak poin, dengan semangat aku bediri dan bertepuk tangan. Tanpa peduli tatapan aneh beberapa siswa GHS yang tertuju untukku.

"Kamu suka ya, sama Barsha?"

"Hah?" Dengan cepat aku menoleh ketika mendengar pertanyaan Rein. "A-apaan, sih! Enggak lah," kilahku lalu lanjut bertepuk tangan.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang