Our Promise 6 - Latihan

4 1 0
                                    

Setelah bercanda ria dan makan-makan di taman, aku dan ketiga sahabatku berbaring-baring tak jelas. Bosan menyerang saat makanan yang tersedia sudah habis. Padahal baru setengah jam kami berkumpul. Tapi yang namanya udah lama nggak ketemu makanan enak, ya nggak bakal bisa berhenti makan.

Saat ini aku berbaring sambil melihat pada daun-daun pohon ketapang. Kara terlihat memainkan handphone. Sementara Tana juga Mayla menebak-nebak bentuk awan yang ada di langit. Walau tak jarang mereka beradu argumen saat pendapat mereka berbeda.

"Itu bentuknya kayak kuda, ya! Bukan kambing," ujar Mayla menatap sebal ke arah Tana.

"Nggak ya! Itu bentuk kambing. Mata kamu tuh yang buta hewan!" balas Tana tak mau kalah.

Aku mendengus geli mendengar pertengkaran tidak penting mereka.

Saat lagi santai-santainya berbaring, aku langsung kaget ketika melihat Barsha berdiri di ujung kakiku. Mata kelamnya menatap tepat ke arahku. Karena berpikir ini hanya mimpi, aku sempat termenung dengan tatapan yang tak beralih dari wajahnya.

"Kak, Bu Sella nyuruh kita siapin penampilan untuk ultah sekolah dari sekarang."

Barulah saat mendengarnya aku mengerjap kaget dan refleks langsung duduk tegap. Ternyata ketiga temanku juga sama terkejutnya denganku.

"Hah?" beoku.

Barsha tampak mengernyit. "Bu Sella nyuruh kita latihan," perjelasnya.

"O-oh. I-iya." Aku cepat-cepat berdiri.

Sebelum mengikuti Barsha yang berjalan duluan, aku melihat teman-temanku terlebih dahulu. Mereka tampak bereaksi berbeda-beda. Ekspresi terperangah tampak dari wajah Tana dan Mayla. Sementara Kara menatapku dengan kerjapan cepat.

"Guys, aku latihan dulu, ya. Dadah!" pamitku sambil memberikan kiss bye. Setelahnya aku berlari menyusul Barsha dengan senyuman lebar.

"Gepet terus, Se!"

Aku mendengus saat mendengar ledekan Kara. Tadi saja gadis itu tidak percaya.

Saat ini aku berjalan berdampingan dengan Barsha menuju gedung ekskul. Sebenarnya sih nggak bisa juga dibilang berjalan berdampingan, soalnya jarakku dengan Barsha lebih kurang 2 meter. Aku nggak berani mendekat, dianya nggak berinisiatif mendekat. Ya udah, jauh-jauhan aja deh.

Saat memasuki ruang musik, Barsha membukakan pintu dan menyuruhku untuk masuk duluan. Melihat itu, pipiku merona karena malu. Aku mengangguk sambil tersenyum kikuk saat melewati Barsha.

Kami memutuskan untuk duduk di sofa. Dengan Barsha yang berada di paling ujung kanan dan aku di paling ujung kirinya.

Suasana hening karena aku belum berani membuka pembicaraan. Sementara Barsha yang notaben-nya cowok pendiam malah memilih bermain handphone.

Lah, terus kalau diam-diaman begini kenapa juga dia ngajak gue latihan? Aku menggaruk kepala bingung.

"Karena gue baru ada di sini, biasanya sekolah ngadain ultah kayak gimana, Kak?" Barsha membuka topik. Tapi tangannya masih tetap menggeser-geser layar handphone.

"Eee, aku juga kurang tau karena aku di sini baru masuk tahun kedua. Tapi, menurut Kakak kelas, biasanya sih ngadain lomba-lomba gitu. Untuk menghidupkan acaranya, ya penampilan musik memang andalan. Tapi GHS selalunya ngundang artis dari luar," jelasku panjang.

Barsha manggut-manggut. "Jadi ini first penampilan dari ekskul musik?"

Aku mengangguk. "Iya. Biasanya kami cuma dikirim pas ada lomba aja. Bukan untuk acara kek gini."

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang