Our Promise 35 - Broken Heart

2 1 0
                                    

Cowok dengan jersey bernomor punggung delapan itu berlari sambil mendribble bola. Dia bergerak lincah menghindari lawan yang mau merebut bola darinya. Saat merasakan posisinya sudah aman, dengan cepat dia berlari mendekati ring basket lawan dan melakulan shooting.

Yap! Dengan mulus bola memasuki ring basket.

Bibirnya menampilkan senyum tipis. Puas dengan hasil yang didapatkannya.

"Gue perhatiin, hari ini lo semangat banget, Sak. Kenapa? Ada yang lo senengin, ya?"

Saka terkekeh kecil mendengar perkataan dari Awan, lawan mainnya tadi. "Ya, mungkin begitu," balasnya yang memancing kerutan di dahi Awan.

"Dih. Emang apaan yang buat lo se seneng itu?" Awan mengikuti Saka yang kini berjalan mendekati tribun.

Saka menoleh ke arah Awan sekilas. "Coba lo tebak?" katanya sambil membungkuk untuk mengambil dua botol aqua yang terletak di bangku tribun.

Awan memasang tampang berpikir. Tak lama bola matanya membesar saat teringat sesuatu. "Ah! Lo udah nembak Sea!" tebaknya dengan suara keras. Mengingat gadis yang disukai Saka itu beberapa hari yang lalu baru saja pindah ke sekolah mereka.

Mendengar tebakan Awan yang hampir benar, Saka tertawa kecil. Dia melemparkan sebotol aqua pada cowok itu yang langsung sigap ditangkapnya. "Nggak nembak, sih. Cuma nyatain perasaan aja," balas Saka lalu meneguk air dari botol aqua yang tadi diambilnya.

Awan berdecak kagum sambil geleng-geleng. "Wah ... wah .... Terus, tanggapan Sea kayak gimana?"

Saka mengangkat bahu. "Ya gitu. Dia kayaknya masih kaget."

"Ya iyalah! Lo yang dulunya menjauh sekarang malah bilang suka sama dia. Kalau gue jadi Sea, ya pasti bakal kaget juga."

Saka tertawa kecil saja mendengar penuturan Awan.

Dia mengambil handphone lalu melihat jam. Sudah jam 21.35, itu artinya dia harus pulang.

"Lo pulang?" tanya Saka pada Awan yang dibalas dengan gelengan oleh cowok itu.

"Nanti aja. Lo mau pulang, ya?"

Saka mengangguk. Dia berjalan menuju loker untuk mengambil baju ganti.

"Gue duluan," Saka melambai pada Awan setelah selesai mengganti bajunya. Dia berjalan menuju pintu ke luar. Pemandangan malam yang berada di tengah perkotaan langsung menyapanya.

Saka menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan senyuman. Ah ... suasana ini membuatnya tenang. Ditambah lagi hari ini mood-nya sangat baik

Kaki yang dibaluti sepatu converse itu melangkah ringan menyusuri trotoar. Angin malam berhasil membuat rambut lurusnya berantakan.

Langkahnya melambat saat melihat ada kerumunan yang berlokasi di seberang jalan. Suara musik yang diputar dapat ditangkap oleh telinganya. Tak sadar mulutnya menampilkan senyum tipis.

Mungkin ... dari sanalah awalnya Saka menyukai sosok Sea.

Tiga tahun lalu, Saka saat itu pulang berjalan kaki dari club basket. Tidak sama seperti hari ini, Saka saat itu pulang dengan wajah ditekuk. Dia lelah, tapi malah ayahnya tidak bisa menjemput saat itu. Dengan terpaksa dia pulang berjalan kaki.

Tapi, sama seperti hari ini, Saka saat itu juga melihat kerumunan orang-orang yang bersorak-sorak bahagia. Karena penasaran, dia pergi menyeberangi jalan untuk melihat apa yang menyebabkan orang-orang berkerumun seperti itu.

Semakin dekat, dia dapat mendengar musik yang diputar. Kata permisi berkali-kali dia ucapkan saat menerobos kerumunan itu. Ketika sampai di depan, saat itulah Saka dapat melihat beberapa orang yang menampilkan bakat dance-nya.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang