Our Promise 1 - Angkatan Baru

13 4 0
                                    

"Sea, beneran kamu nolak Rein? Si Ketos?"

Aku memutar bola mata malas. Sudah berapa kali ya aku mendengar pertanyaan itu? Dan sekarang malah mendengar lagi dari gadis berponi di depanku ini. Mayla namanya. Dia udah jadi sahabat aku dari awal masuk SMA.

"Iya.... Emang kenapa sih?! Aku bosan tau nggak, denger pertanyaan yang sama terus!" sewotku menatapnya datar.

Mayla mencebik. "Lagian beritanya heboh banget tau nggak. Rein itu ganteng loh. Banget malah! Kok bisa kamu tolak?" tanyanya menggebu-gebu.

Aku mendelik. "Pandangan orang beda-beda kali! Ganteng bagi kamu, belum tentu bagi aku ganteng," ketusku.

Mayla terperangah. "Ya ampun Seaaa. Ganteng versi kamu itu gimana, sih?! Rein itu kegantengannya udah diakuin oleh seluruh anak GHS loh!"

Aku memutar bola mata. Malas banget menghadapi orang seperti Mayla ini.

"Udahlah May. Percuma kamu ngomel-ngomel gitu ke Sea. Dia mah masih setia sama crush-nya yang entah gimana kabarnya di sana."

Tiba-tiba saja Tana muncul dari balik pintu. Sahabatku sedari SMP itu tampaknya dari kantin. Terlihat dari tangannya yang menenteng beberapa tusuk bakso bakar.

"Adek kelasnya di SMP itu?!" Mayla mengangkat alisnya. Lalu sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi menyebalkan. "Ya ampun Sea... Sea.... Apa sih yang kamu harapin dari dia? Kenal kamu aja enggak. Mana tau dia udah punya cewek di sana!" cerocosnya.

Uhhh! Menyebalkan sekali! Ingin banget kusumpal mulutnya menggunakan sepatuku.

Walaupun perkataan Mayla banyak benarnya, tapi tetap saja aku merasa tidak terima. Siapa sih yang suka orang yang kita sukai dijelek-jelekan seperti itu.

"Tauk tuh, Sea. Jangan terlalu berharap tau nggak!" Tana ikut menimpali. Semakin membuatku kesal saja.

Mayla tampak mengangguk membenarkan ucapan Tana. Kedua sahabatku ini kalau sudah berkolaborasi menjatuhkan orang memang sudah juaranya.

"Lagian pas aku liat fotonya, malah kalah jauh dari Rein. Kok kamu bisa sesuka itu sih, sama dia?" tanya Mayla.

"Lah, memang suka sama orang harus liat kegantengannya dulu?!"

Oke, mereka yang memulai perang. Jadi aku harus membalasnya juga. Aku sangat-sangat tidak terima crush-ku dijelekkin seperti ini.

"Enggak juga sih. Tapi harus!" Mayla tidak mau kalah ternyata.

Aku berdecih. "Lagian ya, foto yang kamu liat itu blur. Mana kamu tau dia ganteng apa enggak!" ujarku kesal.

Mayla mengerinyit tak terima. "Tana juga bilang dia nggak ganteng kok!"

Aku mengangkat alis. Lalu menatap Tana yang menyengir menatapku.

Dalam hati aku berdecih. Padahal dia sendiri yang bilang kalau cowok yang aku sukai itu ganteng. Soalnya Tana yang pertama kali aku beri tahu siapa cowok yang aku sukai.

"Sea! Sea!"

Aku yang tadi ingin membuka mulut untuk mengata-ngatai Tana langsung urung saat melihat Kara yang muncul dari balik pintu dengan napas terengah-engah. Aku rasa dia tadi baru saja berlari-lari.

"Kenapa, Kara? Kok keliatannya kek tergesa-gesa gitu," tanya Tana.

Terlihat Kara menunjuk-nunjuk ke arah belakangnya. Tepatnya ke arah lapangan sih. "Itu ... ada ... siapa?"

"Aduh, aku lupa lagi namanya!" Kara menggerutu sendiri.

Aku dan juga kedua sahabatku terlihat gregetan ingin mendengar apa yang akan Kara sampaikan hingga membuatnya lari-lari seperti itu.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang