Our Promise 14 - New Habits

5 1 0
                                    

Ada kebiasaan baru untukku dan juga mungkin untuk Barsha di sana. Setiap malam sebelum tidur kami selalu menyempatkan untuk melakukan video call.

Sudah beberapa bulan kebiasaan ini terus berlangsung. Kami membahas apa saja. Bercerita kegiatan di sekolah masing-masing. Dan kadang juga belajar bersama walau berbeda materi. Terkadang Mayla juga ikut nimbrung. Walau awalnya aku was-was karena Mayla bilang dia ingin merebut Barsha dariku, tapi akhirnya aku bisa santai juga. Apalagi Mayla selalu membuka topik kalau aku dan Barsha habis bahan pembicaraan. Jadinya kan, waktu video call-an kami semakin panjang. Hehe.

Malam ini aku melakukan video call juga. Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang selalu menampilkan Barsha berada di dalam kamar atau di balkon, saat ini cowok itu tampak sedang berada di luar. Tubuhnya yang dibaluti hoodie hitam juga rambut yang dibuat berponi memenuhi layar handphone-ku.

Aku tersenyum saat teringat pada ulang tahun GHS beberapa bulan lalu. Gaya rambut itu sama seperti yang Barsha tampilkan sekarang.

"Lagi di mana, sih?" Aku bertanya saat merasakan tempat yang Barsha lewati itu-itu saja.

"Di dekat cafe. Tadi ngumpul sama temen-temen," jawabnya.

"Terus mereka udah pulang?"

Barsha menggeleng. Membuat dahiku berkerut bingung. "Terus kenapa kamu di luar?"

"Gue mau vc-an sama kakak. Kalau di dekat mereka pasti ganggu," jawabnya enteng.

Aku menganga. Tidak percaya mendengar jawaban Barsha yang rasanya terlalu jujur. Sampai-sampai membuat jantungku berdetak tak karuan.

Aku tertawa kikuk. "O-oh, gitu."

"Ada yang ganteng nggak?"

"Astagfirullah!"

Aku mengelus dada saat Mayla tiba-tiba muncul dari belakangku. "Kamu bisa nggak sih May, kalau datang itu jangan tiba-tiba. Kayak jailangkung tau nggak?" gerutuku kesal.

Tapi Mayla hanya melengos dan menarik kursi untuk bergabung bersama kami. Barsha di sana tampak terkekeh kecil. Entah melihat reaksi-ku, atau pada sikap Mayla.

"Bar, coba liatin temen kamu dong. Mana tau ada yang tipe aku gitu," pinta Mayla.

Barsha mendengus. "Mereka sih pasti tipe lo. Tapi lo bukan tipe mereka," sarkas Barsha.

Kalau Mayla mendelik tidak terima, aku malah memasang wajah menahan tawa. Itu balasan karena muncul tiba-tiba dan menganggu waktu-ku bersama Barsha.

"Sembarangan omongan kamu!" sewot Mayla.

"Lah, gue ngomong fakta."

"Eh, kok kamu jadi nyebelin sih? Awas aja kalau kita ketemu ya, aku tendang leher kamu biar nggak bisa ngomong lagi!" Ancaman Mayla hanya dibalas dengusan geli oleh Barsha.

"Gimana mau nendang leher gue? Tinggi lo aja cuma sebatas dada gue," cibir Barsha membuatku lagi-lagi tersedak tawa.

Lucu sekali melihat raut wajah Mayla yang selalu kalah telak jika berbicara dengan Barsha.

"LO BENER-BENER YA!" Mayla tampaknya sudah semakin emosi. Dia mengambil handphone yang aku sandarkan di tembok lalu memelototi Barsha tajam. "Cari masalah lo?!" desisnya.

Aku mendengar decakan kesal dari Barsha. "Ah, udahlah lo pergi sana! Gue itu mau liat Kak Sea, bukan wajah lo!" ujar Barsha kesal.

Dengan napas menggebu-gebu Mayla menyelorohkan handphone padaku. Lalu dia pergi ke kasurnya dengan misuh-misuh yang tiada henti.

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang