Our Promise 29 - Liar

8 1 0
                                    

"Lo gila ya?! Maksud lo apaan berdiri di tepian rooftop begitu hah?! Kalau mau bunuh diri, jangan di sekolah juga tau nggak?! Yang ada lo bakal buat semua orang susah nantinya!"

Aku yang masih shock hanya bisa tercenung dengan seluruh tubuh yang bergetar karena takut. Semua hal yang tadi terjadi belum bisa kucerna dengan benar.

"Malah bengong lagi lo?! Lo denger nggak gue ngomong apa?!"

Aku terkejut saat bentakan orang yang menyelamatkanku semakin keras. Dengan suara bergetar aku mengucapkan terima kasih.

Orang itu terkekeh sinis. "Gue nggak perlu makasih lo! Gue juga nggak berniat nyelamatin lo! Gue nggak mau aja nantinya Mega Buana heboh akibat ulah nggak bertanggung jawab lo ini?!" Cowok itu masih mengomel.

"Maaf," lirihku pelan. Aku mencoba memberanikan diri untuk melihat cowok itu. Namun, aku dibuat terkejut saat mataku sudah menangkap wajah cowok itu. "Sa-Saka?"

*

"Nih minum teh angetnya."

Aku yang sedang termenung di atas brankar UKS Mega Buana tersentak kecil. Menatap segelas teh hangat yang Saka sodorkan lalu beralih menatap wajah cowok itu. Dia mengangkat alis, menyuruhku untuk mengambil teh hangat itu.

Aku tersenyum kecil lalu menerima teh itu. "Makasih," ujarku pelan.

Saka berdehem lalu duduk di brankar yang berada di sebelah. Aku melihat cowok itu sebentar lalu menyeruput teh yang Saka berikan.

Tadi, saat berada di rooftop, Saka juga tampak terkejut saat melihatku. Dia yang awalnya marah-marah berubah menjadi khawatir. Dia bertanya apakah ada masalah yang menimpaku. Tapi, saat melihat aku menggigil dia lebih memilih untuk mengajakku turun dan membawaku pergi ke UKS.

Saka membelikanku seragam baru lalu menyuruhku untuk mengganti baju sementara dia izin pergi ke kantin untuk membeli teh hangat.

"Gimana? Udah enakan?" Saka bertanya.

Aku menatap cowok itu lalu mengangguk pelan. "Makasih ya," ujarku.

Saka menghela lalu menggangguk. "Lo ada masalah apa? Cerita sama gue jika itu memang berat. Jangan berbuat kayak tadi." Kata-kata yang Saka lontarkan terdengar tulus. Sorot matanya pun penuh keteduhan. Dia sangat berbeda dengan Saka yang kukenal dulu.

Diam sebentar, aku menampilkan senyum tipis. "Makasih, Sak. Tapi aku belum bisa cerita," kataku pelan.

Saka yang mendengar itu menghela napas panjang. Dia mengangguk tanda mengerti. "Nggak pa-pa. Tapi jika lo memang butuh tempat cerita, gue siap untuk dengerin lo." Saka menampilkan senyum tulus.

Aku merasa tersentuh dengan kata-kata cowok yang dulu pernah aku sukai itu. Dia memang benar-benar berubah.

"Betewe, kok gue baru tau lo sekolah di Mega Buana juga ya? Perasaan nggak pernah liat." Saka membuka topik lain. Dia mengerutkan dahi tanda bingung.

"Aku baru pindah ke sini. Dari seminggu yang lalu sih," balasku yang mendapat anggukan serta kata 'oh' dari cowok itu.

"Masuk kelas mana lo?"

"Dua belas Ipa satu."

"Wow! Tapi gue nggak heran sih. Dari dulu lo kan emang pintar."

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang