Our Promise 18 - Little Moment

4 1 0
                                    

Setelah mengantar Sea pulang, Barsha langsung pulang saja ke rumahnya lagi. Dia memasukan mobil ke garasi. Setelah selesai Barsha masuk ke dalam rumah.

Rencananya dia mau langsung ke kamar saja untuk mandi. Tapi urung melihat Kakaknya yang masih bekerja di dapur. Cowok berperawakan tinggi itu pergi menghampiri Liam.

"Biar gue aja, Kak." Barsha tanpa aba-aba mengambil piring yang lagi Liam cuci. Membuat kakaknya itu terkejut dan hampir saja menabok kepala adik satu-satunya itu.

"Lo buat kaget aja. Masuk pake salam kek," gerutu Liam. Dia bergerak ingin mengambil lagi piring yang sudah Barsha cuci. Tapi adiknya itu tepis.

"Gue aja. Lo belum ada istirahat kayaknya," ujar Barsha.

"Tapi—"

"Cuci piring nggak akan bikin penyakit gue kambuh. Udah sana lo mandi! Tuh dari pagi baju lo nggak ganti-ganti," omel Barsha.

Liam mencibir. Tapi detik berikutnya dia malah tertawa kecil dan mengacak rambut adiknya itu. Barsha tidak ada perlawanan. Perlakuan kecil yang Kakaknya berikan itu sudah membuat dadanya menghangat.

Bukannya menuruti perintah Barsha untuk mandi, Liam malah menarik kursi makan dan duduk di sana. Dia menatap adiknya. "Sea tau lo sakit?"

Melihat gelengan yang Barsha berikan membuat Liam mendengus. Sudah dia duga adiknya itu tidak akan mengatakan tentang penyakit gagal ginjalnya pada pacarnya sendiri.

"Kenapa lo nggak jujur aja ke dia? Jangan sampai dia kecewa nantinya," nasihat Liam.

Barsha diam saja mendengar perkataan Liam. Sampai kapanpun dia tidak akan memberitahukan pasal penyakitnya pada Sea. Biar saja Sea kecewa padanya nanti. Itu lebih baik dari pada dia harus melihat kekhawatiran di wajah gadis itu. Barsha tidak mau Sea sedih karena penyakitnya.

Liam tersenyum kecut melihat tidak ada tanggapan sama sekali dari Barsha. Cowok itu menghela napas. "Lusa jadwal lo cuci darah. Jangan ajak Sea jalan di hari itu."

Barsha mengangguk. "Iya."

Liam mendesah berat. Dia berdiri dari kursi. "Gue mandi dulu. Nanti setelah selesai cuci piring lo langsung istirahat."

"Iya."

Liam menepuk kepala Barsha pelan lalu dia pergi berlalu. Memang benar dia tidak mandi dari tadi pagi. Akibatnya sekarang ini tubuh Liam terasa sangat lengket.

*

Di malam yang cerah dihiasi bintang-bintang itu, Barsha duduk di sofa yang berada di balkon kamarnya. Dia termenung memandangi bintang-bintang yang berkerlip di angkasa sana. Mungkin suatu hari nanti, dia juga akan menjadi salah satu bintang itu.

Barsha menghela napas berat. Dia mengalihkan pandangnya saat mendengar handphone-nya yang berada di atas meja bergetar.

Barsha meraih benda pipih itu. Senyumnya terbit saat melihat notifikasi pesan balasan dari Sea. Dia memang mengechat gadis itu tadi.

•Kak Sea•
Online

Kakak udh tidur?|

20.23

√√

|belum. Knp?

21.03

Gk ad sih. Cma mau ngecht aj.|

21.05

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang