Our Promise 4 - Hukuman Dan Hujan

7 3 0
                                    

Hari ini kelasku ada pelajaran olahraga. Tapi karena hari mendung, terpaksa deh kami harus full belajar materi. Pak Dewa, guru olahraga di GHS melarang kami untuk bermain di luar. Pokoknya nyebelin parah nih hari!

Tidak lama kemudian, hujan turun dengan lebat. Kelas ku yang biasanya cerah dan terang kini rasanya horor banget. Gelap-gelap gimana gitu. Tapi nenangin juga sih. Apalagi pas aku ngeliat ke jendela dan liat tetesan air hujan di sana. Hah... Segar banget. Sayangnya aku duduk nggak di dekat jendela, jadi kurang seru deh.

Beruntung banget sama Kara yang duduknya dipojokan dekat jendela. Ngomong-ngomong tentang Kara, sekarang sahabatku itu kayak ngelirik-ngelirik kuatir padaku.

Aku mengernyit bingung saat dia menunjuk ke arah jendela dengan gerakan mulut yang sayangnya tidak aku mengerti. Merasa frustrasi, dia beralih menulis sesuatu di kertas melipatnya dan menyuruh teman-teman untuk membagikan kertas itu padaku secara berantai.

Kertas itu langsung aku buka saat telah sampai ditanganku. Aku mengernyit melihat isi suratnya.

Aku liat Barsha hujan-hujanan sambil hormat di lapangan. Kayaknya dia kena hukum deh

Aku melotot lalu menatap Kara. Aku berkata 'serius' tanpa bersuara. Kara yang mengerti mengangguk dua kali.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dari bangku ku.

"Kenapa, Sea?" tanya Pak Dewa bingung.

"Boleh ke toilet nggak Pak? Kebelet nih," bohongku.

Pak Dewa ber-oh lalu mengangguk mempersilakan. Tanpa menunggu apa-apa lagi aku berlari keluar kelas. Aku melihat ke lapangan dari pembatas koridor lantai dua. Ternyata benar! Barsha berdiri dengan tangan yang hormat ke bendera di dalam guyuran hujan.

Tanpa berpikir apa-apa, aku berlari cepat turun ke bawah. Aku khawatir banget. Soalnya fisik Barsha itu lumayan lemah. Dia gampang sakit kalau kena hujan begini.

Saat sampai di bawah, aku langsung saja menerobos hujan dan berlari mendekati Barsha. "Barsha, ayo neduh! Hujannya lebat banget ini!" Aku berteriak untuk mengalahkan suara hujan.

Barsha menunduk menatapku yang hanya setinggi bahunya. Ia berhenti hormat lalu membawaku berlari untuk meneduh. Aku tertegun saat merasakan tangannya yang menggenggam erat tanganku. Saat kami sampai di koridor, Barsha menatapku.

"Kakak kenapa nyamperin gue? Kan jadinya basah gini? Kalau sakit gimana?" tanya Barsha melihat keadaanku.

Ya ampun nih cowok, orang lagi mengkhawatirkan dia. Lah, dia malah nanya aku balik.

Tapi, tunggu! Itu tadi dia khawatirin aku? Beneran? Ah, Sea... Jangan berharap terlalu jauh lagi. Nanti pas nggak sesuai harapan jadinya malah nyesek lagi.

"Kamu yang kenapa? Kok bisa dihukum sampe ujan-ujanan gini?" tanyaku. Mencoba untuk mengabaikan debaran pada jantungku yang menggila. Gugup banget ya Tuhan!

Barsha diam. Kayaknya dia nggak niat jawab pertanyaan aku. Ya iyalah! Emangnya aku siapa sampe harus dijawab segala pertanyaannya?

Hatchi!

Eh? Aku mendongak. Melihat Barsha yang menutup hidungya. Lalu cowok itu kembali bersin beberapa kali. Nah kan, sakit deh jadinya. Awas ya, sama orang yang udah hukum Barsha. Berani-beraninya buat crush aku sakit!!

"Kamu sakit. Ayo ke UKS dulu," ajakku.

Cowok itu menurut. Dia mengikuti langkahku yang berjalan menuju UKS. Bodoh amat dah sama pelajaran Pak Dewa. Lagian nggak mungkin juga kan aku balik ke kelas dengan baju basah begini?

Sesampai di UKS, aku disambut oleh Dokter Vina. Dia adalah dokter yang ditugaskan khusus untuk GHS. Memang keren deh nih sekolah. Dokter aja ada.

"Dia biar saya aja yang urus. Kamu ganti baju sana. Nanti sakit juga lagi," ucap Dokter Vina padaku.

Aku ingin menolak. Tapi Barsha malah menyetujui apa yang Dokter Vina katakan. Kalau Barsha yang nyuruh mah, aku nggak bisa nolaaak. Mau tidak mau, aku keluar dari UKS dan berjalan menuju loker untuk mengambil baju. Untung saja baju olahraga yang disediakan GHS memang harus ada dua. Ya gunanya seperti sekarang ini, untuk jadi cadangan kalau yang satunya basah atau apalah.

***

Karena Barsha tidurnya lama, pada akhirnya bubur yang aku beli tidak bisa dimakan karena sudah dingin. Begitu juga dengan teh-nya. Sedih sih, tapi ini lebih baik daripada saat Barsha makan malah jadi sakit lagi.

Aku berjalan ke luar untuk membuangnya, tapi panggilan dari Barsha membuatku berhenti.

"Lo mau ke mana, Kak?"

Aku berbalik saat mendengar suaranya yang serak. Dapat kulihat matanya mengarah pada nampan yang kupegang.

"Itu apa?" tanyanya.

Aku mengerjap. Lalu melihat bubur yang kubawa. "Ah, ini bubur ayam. Tadi aku mau bawain untuk kamu, tapi sekarang udah dingin. Jadi mau aku buang," jawabku tersenyum kaku. Pleasee, tatapannya itu tepat ke aku loh! Mleyot nih!

Barsha tampak ber-oh. "Sorry ya, Kak. Jadinya mubazir gitu," katanya. Dari yang aku liat sih, dari perkataannya nggak ada nunjukin emosi gitu. Kayak bilang sorry-nya nggak atas rasa bersalah.

Kesel sih, tapi tetep suka. Hehe.

Aku menggeleng. "Nggak pa-pa, kok. Aku pergi dulu, ya," pamitku. Tanpa melihat bagaimana tanggapan Barsha aku langsung pergi. Lututku udah lemah gara-gara diliatin terus.

To be continue ....


Ditulis : 05 Maret 2023
Dipublis : 23 Mei 2024

Ditulis : 05 Maret 2023Dipublis : 23 Mei 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kim Jennie as Seanna Raneysha

Hwang In Yeob as Barsha Alsava Bathara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hwang In Yeob as Barsha Alsava Bathara

Our PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang