CHAPTER 18 : Duo Assassin

55 10 0
                                    

Setelah kami berbincang lama, aku memperhatikan Syira yang terdiam dan tampak sangat lemah. Aku khawatir padanya dan menanyakan kondisinya.

"Syira, ada apa? Kamu mual?" tanyaku dengan khawatir.

Namun, Syira hanya memegang perutnya dengan lesu dan tak menjawab. Tiba-tiba, suara Tuan Leonard menyela dengan senyum di wajahnya, "Sepertinya dia mengalami mabuk kendaraan,"

Aku sudah menduganya. "Ya ampun, Syira. Mungkin kamu belum terbiasa, kan?" ucapku dengan simpati.

Hanya dengan menganggukkan kepala, Syira mengakui perkataanku. Sebelumnya, aku telah memprediksi bahwa hal ini mungkin terjadi. Untuk berjaga-jaga, aku telah mempersiapkan beberapa helai daun tumbuhan dengan aroma khas yang mungkin dapat meredakan rasa mualnya.

Aku tidak pernah mempelajari hal ini dari pelatihan manapun, hanya sebatas pengalaman pribadi ketika mengalami mabuk kendaraan dulu. Ketika dulu aku pergi ke sekolah, tanpa sengaja menemukan sebatang pohon jambu biji dengan aroma daun yang khas di sebuah halte. Aku yakin aroma khas itu mampu meredakan mabuk kendaraan, dan ternyata benar, tips ini sangat efektif saat di coba.

Aku juga mencoba menggunakan jenis dedaunan dari tanaman lain seperti serai dan kemangi. Dan ternyata, keduanya memberikan efek serupa. Sejak saat itu, aku mulai menerapkan tips ini untuk menghindari mabuk kendaraan saat bepergian.

Tentu saja, menggunakan aromaterapi atau minyak kayu putih akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk meredakan mabuk kendaraan. Namun, tips ini bisa digunakan untuk alternatif lain.

Harap diperhatikan bahwa tips di atas hanya didasarkan pada pengalaman pribadi dan hasil pengujian berdasarkan kondisi diriku sendiri. Tidak ada penelitian ilmiah yang valid yang mendasari cara ini benar-benar efektif dalam meredakan mabuk kendaraan. Setiap individu mungkin memiliki respons yang berbeda terhadap metode ini.

Jika mabuk kendaraan merupakan masalah yang serius, aku sarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu. Tanpa ragu, aku segera menyuruh Syira untuk menggosokkan daun itu di telapak tangannya dan menghirup aroma daun tersebut untuk meredakan rasa mualnya.

Syira kemudian tertarik untuk mencium aroma dari daun tersebut dan berusaha menebak tumbuhan apa yang aku petik.

"Ini daun mint kan, Tuan Yudha?" tanyanya.

"Ya, kamu benar!" jawabku.

Sebelumnya, saat tidak sengaja, aku menemukan sebuah tumbuhan yang sangat mirip dengan mint, dan ternyata memang benar itu adalah tumbuhan mint. Aku kembali terkejut karena beberapa tumbuhan di dunia ini memiliki kesamaan dengan tumbuhan di Bumi.

Raut wajah Syira terpancar lebih cerah daripada sebelumnya. Rasa mual yang menderanya perlahan-lahan menghilang. Terkejut mengetahui bahwa cara sederhana yang sering kupraktikkan saat merasa mabuk kendaraan ternyata juga begitu efektif padanya.

"Gimana, udah mendingan?" kataku dengan rasa ingin tahu yang begitu besar.

"Iya, saya sudah agak mendingan, tapi kepala saya masih agak pusing," jawab Syira sambil dengan tekun mencoba menghirup aroma daun mint.

"Syukurlah kalau gitu, di tahan dulu, ya! Nanti kita istirahat kok," ucapku mencoba memberikan dukungan yang kuat pada Syira.

Tuan Leonard menjadi bagian penting dalam percakapan ini. Dengan penuh perhatian, ia berkata, "Tenangkan lah diri mu, Nak! Nanti juga kau terbiasa," kata Tuan Leonard yang mencoba memotivasi Syira.

Perjalanan pun melanjutkan langkah kuda menembus jalanan setapak yang berliku-liku di tengah pedalaman hutan Fluoran. Kereta kuda semakin menjauh, dan dengan setiap langkah yang diambil, suasana semakin mendebarkan.

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang