CHAPTER 31 : Topeng Macan

33 8 0
                                    

'TING!!'

Tak terhindarkan, kapak beradu dengan pedang, menghasilkan dentingan yang melengking di udara. Kedua senjata itu bertemu dalam benturan yang menimbulkan percikan api. Dalam refleks yang tajam, Chengiz berhasil menghentikan serangan pedang yang ditujukan ke lehernya.

"Jangan remehkan aku!!" bentak Chengiz, suaranya memecah keheningan.

Dengan lincahnya, Chengiz segera melancarkan serangan balasan kepada Aran. Kapak raksasanya meluncur dengan kecepatan mematikan menuju bahu Aran. Namun, ukuran senjata yang besar itu sedikit membatasi gerakan dan keuntungan serangan dari Chengiz.

Tanpa kesulitan, Aran dengan cekatan berhasil menghindari serangan tersebut. Serangan Chengiz hanya mengenai ruang hampa dan berakhir dengan menghantam keras ke tanah, meninggalkan tanda retak berantakan di permukaannya.

'BLARR'

"Argh!! Sial, luka ku kembali terbuka. Aku harus lebih berhati-hati. Tapi orang ini tidak bisa dianggap remeh. Aku juga tidak bisa bergantung pada kakak terus. Pokoknya dia harus ku habisi sebelum bertindak lebih jauh!" gumam Chengiz yang merasa terbebani oleh luka sebelumnya.

Chengiz yang masih belum pulih sepenuhnya dari cederanya akibat serangan monster, merintih kesakitan saat menderita nyeri dari luka-lukanya. Luka yang telah mulai sembuh kini terbuka kembali dan mengucurkan darah segar. Perban putih yang melilit dadanya pun mulai basah oleh darah yang tak henti mengalir.

"Sepertinya kondisi mu sangat buruk. Lebih baik menyerah dan biarkan aku mengakhiri hidupmu dengan cara yang tak menyakitkan," sindir Aran dengan nada dingin.

"Menyerah, huh? Jangan seenaknya memutuskan topeng bedebah, belum tentu kau menang!! Meskipun tubuh ku terkoyak-koyak sekalipun, tidak akan kubiarkan kau hidup!!" tegas Chengiz, dengan tekad yang semakin kuat dan membara.

Aran tidak menunjukkan reaksi apa pun, melainkan terus menatap tajam dengan pandangan dinginnya. Setelah kata-kata terucap dari bibir Chengiz, ia segera melangkah maju untuk menyerang Aran. Dengan kaki yang tegap kokoh, ia menempatkan kapak besar di depan dadanya dan bersiap-siap mengambil posisi serangan.

"Jurus tingkat delapan, Terkaman Maut!" Chengiz menyebutkan nama jurusnya dengan tegas.

Terkaman Maut, merupakan sebuah jurus tingkat delapan yang pernah dipelajari Chengiz dari kakaknya. Dengan mengaktifkan jurus ini, kecepatan dan ketangkasannya akan meningkat secara drastis, namun demikian, kekuatan serangan yang dihasilkan akan berkurang.

Jurus ini termasuk dalam aliran yang sama dengan yang dikuasai oleh Chinua, meskipun senjata yang mereka gunakan berbeda. Menguasai jurus ini bukanlah hal yang mudah, bahkan bagi para pendekar tingkat menengah sekalipun.

Diperlukan waktu lama dan latihan yang keras untuk menguasainya sepenuhnya. Namun, saat ini, Chengiz masih belum sepenuhnya menguasai jurus tersebut dengan sempurna. Dengan percaya dirinya, Chengiz yakin bahwa dengan kemapuan yang ia miliki sekarang dapat mengakhiri pertarungan ini dan tetap berdiri sebagai pemenang.

Chengiz dengan semangat membara menyerang Aran. Kapak besarnya berayun dengan kasat mata, melibas ke berbagai arah, namun tidak satupun serangan yang berhasil menyentuh targetnya. Aran dengan kepiawaian yang luar biasa menghindari setiap serangan secara elegan dan tanpa kesulitan.

Sementara itu...

POV Yudha

Terdengar riuh suara gemuruh di luar tenda, mengindikasikan terjadinya serangan. Aku tidak yakin dengan pasti apa yang sedang terjadi. Dengan tekad bulat, aku mencoba memeriksa ke luar dari tenda Tuan Leonard. Namun, Syira menahan lengan kiriku saat aku akan pergi.

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang