CHAPTER 19 : Sindikat

51 9 0
                                    

POV 3

"Bukankah kalian, pendekar yang dibicarakan oleh Tuan Albert?" ujar petinggi itu dengan keringat dingin bercucuran.

"Kami tidak mengenal siapa itu Albert, yang kami tahu kami diundang kemari. Sebelum menyerang kami, coba didik anak buahmu dulu agar tidak asal menyerang orang," ucap Urara dengan kesal.

Pria tersebut menyesali kesalahan yang dilakukan oleh anak buahnya. "Maaf atas kelakuan anak buahku. Sejujurnya, kami tidak menyangka kalian akan tiba begitu cepat. Kami pikir kalian akan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke sini. Itulah sebabnya kami belum sempat mempersiapkan diri," ujarnya membela anak buahnya.

"Cih, apakah kalian mengira kami seperti Kumara yang berjalan lambat? Jangan meremehkan kami. Kami tidak membutuhkan waktu lama untuk datang ke tempat ini," ucap Urara dengan angkuh, meskipun sebenarnya dia merasa sangat lelah.

Semua energi dan tenaga telah mereka korbankan untuk mencapai tempat itu. Namun, Urara menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

Kumara : Nama hewan yang menggambarkan reptil raksasa dengan ukuran yang jauh lebih besar daripada kura-kura, sering digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut barang di dunia fantasi ini.

"Maafkan kami!! Prajurit-prajuritku hanya menjalankan tugas yang diberikan. Mohon, pahamilah bahwa kami melakukan ini untuk menjaga tempat ini agar tetap tersembunyi," ucap pria itu dengan memohon.

Mendengar hal tersebut membuat Aran menarik kembali aura pembunuhnya dan kemudian memberikan isyarat agar Urara juga melakukan hal yang sama.

"Lupakan apa yang terjadi, biarkan kami menemui pimpinan kalian," balas Aran dengan dingin.

Namun nampaknya Urara kurang menyetujui apa yang dikatakan juniornya itu. "Huh? Melupakan kata mu? Perlakuan mereka kepada kita tidak bisa di maafkan! Kau terlalu lembek Aran!" ucap Urara dengan nada meledek.

"Sudahlah, Nona Urara! Jangan membuang waktu kita hanya untuk mengotori tangan. Kita harus fokus ke rencana, kau tidak ingin dia marah kan?" ucap Aran mengingatkan Urara kepada seorang yang sangat ditakutinya.

"Cih, baiklah! Aku tidak mau membuat dia menghukum ku hanya karena lalai dalam misi," Urara pun terdiam dan merasa ada yang janggal dalam pikirannya "Tunggu, hei... Bukankah aku ini senior mu? Kenapa kau malah sok ngatur?"

"Meskipun kau senior ku atau bukan, kita hanya sekedar rekan dalam misi, tidak lebih dari itu," balas Aran dengan dingin.

Mendengar kalimat itu cukup membuat hati Urara tersakiti, selama ini dia hanya dianggap sebagai rekan tim oleh Aran, bukan seniornya.

"Mohon maaf sebelumnya Kisanak sekalian, kalian ingin menemui Tuan Albert bukan? Biarkan aku mengantar kalian untuk bertemu dengannya," Petinggi fraksi itu mencoba mengalihkan perhatian mereka dengan gugup.

"Pimpin jalannya!" pungkas Aran.

***

Petinggi itu kemudian mengawal kedua sosok kuat itu mendekati Albert dengan langkah mantap. Wajah mereka serius, tampaknya siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Albert tahu bahwa saat ini dia berada dalam situasi yang kritis, dihadapkan pada orang-orang yang memiliki kekuatan besar dan mungkin tengah berada dalam amarah.

Ketika Albert melihat kedua orang itu mendekatinya, gelombang ketegangan dan perasaan cemas melintas dalam dirinya. Dia berusaha untuk mempertahankan sikap tenang, tetapi kekhawatirannya sama sekali tidak terelakkan. Mereka berdiri di hadapannya dengan kekuatan yang dapat membuyarkan hidupnya.

"Selamat datang," sambut Albert dalam suara bergetar, mencoba untuk menyembunyikan kecemasannya. "Akhirnya kalian berdua telah sampai di markas kecil ini,"

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang