POV Yudha
Ketika menyadari ada hal yang sangat mengejutkan tentang Nona Chinua, aku mulai bertanya pada Chengiz, siapakah sebenarnya mereka berdua.
"Saudara Chen, sebenarnya kalian ini siapa? Mengapa Nona Chinua bisa sekuat itu? Aku ngerti kalau para pendekar bisa sangat kuat, tapi masih banyak yang aku gak tahu dari kalian berdua," tanyaku dengan keraguan.
"Maaf, selama ini kami telah merahasiakannya dari kalian semua. Tapi, tolong dimaklumi. Sebenarnya aku dan kakak adalah sepasang pendekar pelarian," ungkap Chengiz dengan hati-hati.
Mendengar kata-kata yang terlontar, keningku berkerut dalam kebingungan. Dugaanku mengarah pada suatu kebenaran yang gelap, bahwa mereka berdua menjadi pendekar pelarian karena telah melakukan sesuatu yang tak terampuni di mata banyak orang di tanah kelahirannya.
"Pendekar pelarian? Apa yang kalian lakukan hingga harus melarikan diri dari negerimu?" kataku dengan suara bergetar, menusuk ruang di antara kami.
Chengiz menelan ludah, puisi akan kesalahan mereka mengalir dari bibirnya yang gugup. Keterangannya meledakkan keheningan, menyibak tabir kebenaran yang tersembunyi.
Kami yang baru mendengar tanpa terlepas dari keterkejutan, mengangkat alis dalam keheranan. Ternyata mereka adalah pendekar buronan yang memicu kekacauan dalam dunia persilatan, mempertaruhkan segalanya untuk idealisme yang merobek batas kewajaran di negerinya.
Di antara dunia persilatan, terdapat beberapa tingkatan pendekar mulai dari kelas teri peringkat 3, 2, 1, hingga mencapai tingkatan Pendekar Ahli, Pendekar Bergelar, Pendekar Raja, Pendekar Suci, Pendekar Bumi, dan bahkan yang tertinggi adalah tingkatan Pendekar Langit atau Dewa.
Dari penuturan Chengiz, terungkap bahwa Nona Chinua telah mencapai tingkatan Pendekar Suci. Ia juga memegang gelar sebagai Ratu Kebengisan, seorang yang tanpa belas kasihan membunuh lawan-lawannya.
Aura pembunuh yang kami rasakan sebelumnya menjadi jelas. Ternyata, mereka tidak dikejar-kejar tanpa alasan, Nona Chinua sendiri pernah menyerang sekte beladiri dengan kekuatannya yang luar biasa, bahkan menghadapinya seorang diri.
Seketika suasana menjadi tegang ketika Chengiz menjelaskan lebih lanjut tentang Nona Chinua. Ternyata, dia tidak hanya membunuh anggota sekte beladiri yang bertanggung jawab atas pembunuhan suaminya, tetapi juga tidak mengampuni siapa pun kecuali anak-anak.
Kasus itu membawa dendam yang mendorongnya untuk mengejar para pembunuh itu tanpa ampun, menjadikan motivasinya yang tak tergoyahkan. Dalam perjalanan pencarian dendamnya, Nona Chinua telah melintasi negeri-negeri dan menjalani pertempuran sengit dengan anggota sekte beladiri yang berusaha menghentikannya.
Dia mencari keadilan atas pembunuhan yang menimpa suaminya, dan takkan ada yang dapat menghentikannya sampai dia membalas setiap tetes darah yang tumpah.
Aura pembunuh yang kami rasakan sebelumnya menjadi semakin masuk akal. Keputusannya tepat untuk tidak mengampuni siapapun, meskipun kejam, juga mencerminkan betapa dalamnya rasa sakit dan kebencian yang dia bawa dulu.
Sekarang setelah dendamnya terbalaskan, Nona Chinua kembali ke kehampaan. Hatinya telah terisi dengan penyesalan akan perbuatannya di masa lalu, dan ia merasakan beban moral yang berat.
Untuk menebus dosanya, ia mengembara tanpa tujuan yang pasti, mencari jalan untuk melakukan perbuatan baik dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Sementara itu, Chengiz tetap setia sebagai murid dan adik sekaligus satu-satunya keluarga yang terakhir baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)
FantasyJUDUL PENDEK : The Hero Commander BLURB: Energi petir membelah langit dengan gemuruh yang menakutkan, menerbangkan seorang Prajurit Komando ke dimensi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dengan melemahnya segel Raja Iblis akibat perseteruan an...