POV Yudha
"Di mana lagi sekarang?" bisikku pelan.
Aku perlahan membuka mata, cahaya merambat ke wajah ini, seakan membawa ke tempat yang terang. Pandanganku masih kabur, tapi siluet seorang gadis muda mulai terlihat.
Ketika penglihatan ini jelas, aku terkejut melihat wanita cantik yang keindahannya sulit dijelaskan dengan kata-kata. Aku berbaring dengan kepala bertumpu di pangkuannya. Benar-benar sesuatu yang tak terduga.
Wajahnya mempesona, mengalahkan para model papan atas yang pernah kulihat. Kulitnya sehalus sutra, putih bagaikan mutiara, rambut emas, dan mata birunya berkilauan. Kecantikannya tak tergambarkan.
Tak ada wanita lain yang bisa menandingi keindahannya. Dia mengenakan gaun sutra putih, perhiasan gelang dan aksesoris rambut menambah kesan anggun surgawinya. Ketika sadar, dia menatap dan tersenyum manis sambil mengelus kepalaku.
"Pagi!" ucapnya. Suaranya merdu bagaikan alunan musik.
"Pa..pa..pagi!!" balasku gugup.
Aku segera bangkit dari pangkuannya. Melihatku gugup, dia tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi gerahamnya yang seakan membuatku hampir pingsan.
Pandanganku melayang ke sekeliling. Pohon besar seperti bonsai memberikan naungan, dikelilingi batu-batu berkilau bagaikan berlian.
Langit cerah dengan warna-warni indah, bahkan terlihat Aurora Borealis. Tempat ini begitu indah, sulit digambarkan. Semilir harum angin kasturi terasa menyejukkan.
"Aku ada di mana?" tanyaku.
Gadis itu tersenyum lembut, "Engkau berada di antara alam perbatasan Bumi dan Astren, alam Hudud, alam gaib."
"Alam Hudud, alam perbatasan?" ucapku bingung. "Kenapa aku ada di sini?"
(Alam Hudud hanyalah tempat fiktif belaka.)
"Karena engkau telah meninggal. Aku turut berdukacita atas kematianmu," jawabnya.
Benar, aku mati oleh tangan pria bertopeng itu. Aku kembali menatapnya, benar-benar seorang gadis dengan kecantik surgawi.
"Ya, aku mati konyol. Kesalahan fatal," ucapku.
"Tidak ada yang salah dengan keputusanmu. Semuanya sudah ditakdirkan-Nya untukmu. Jangan menyalahkan dirimu," imbuhnya lembut.
(Disini Author tidak ingin menyebutkan nama tuhan dari agama manapun. Mengingat isu agama adalah hal yang sensitif dan Author mencoba menghindari isu agama terlalu dalam. Cerita ini hanya karangan fiksi belaka, bukan sesuatu yang perlu ditanggapi serius.)
"Jadi, siapa Anda sebenarnya? Mengapa wanita seindah ini berada di sini? Apakah Anda Dewi penjaga dunia ini?" tanyaku.
Gadis itu anggun, ekspresi malu-malu kucing terpancar jelas ketika aku memuji kecantikannya.
"Ahh... Uhum. Namaku Nur Ainun Az-Zahra'fa, engkau bisa memanggilku Zahra. Aku bukan Dewi, Malaikat, atau entitas Maha Agung. Aku personifikasi kecantikan, keanggunan, keistimewaan, dan kesetiaan. Diciptakan untuk melayani kaum Adam penghuni surga dan kehadiranku didambakan oleh para kaum Adam di dunia," jelasnya.
Aku terpaku. "Berarti ka... kamu-"
"Ya, seperti yang engkau pikirkan, aku adalah bidadari surga yang kelak akan engkau temui di istana surga kita. Aku adalah milikmu dan merindukanmu sejak lama," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Jantungku seakan berhenti mendengar pernyataan itu. Wanita secantik ini kelak akan bersamaku di surga. Spoiler macam apa ini!?
"Bidadari surga milikku? Gak mungkin!" kataku tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)
FantasyJUDUL PENDEK : The Hero Commander BLURB: Energi petir membelah langit dengan gemuruh yang menakutkan, menerbangkan seorang Prajurit Komando ke dimensi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dengan melemahnya segel Raja Iblis akibat perseteruan an...