CHAPTER 23 : Mustika Monster

51 10 0
                                    

Tak berselang lama, Nona Chinua terlihat dengan perlahan memapah Chengiz yang baru saja pulih dari pingsannya. Perban putih yang melingkari bagian dada Chengiz terlihat seperti perisai yang rapat menutupi lukanya yang dalam.

Dengan gerakan yang hampir terhenti, Nona Chinua menggiring tubuh Chengiz ke dalam tenda yang kami pasang dengan susah payah sebelumnya. Sudah terasa seperti detik demi detik berlalu, seperti lambat dalam keheningan tanpa suara.

"Bibi, apa Paman Chengiz gakpapa?" suara Syira penuh dengan keprihatinan mencoba menembus keheningan.

"Iya, sayang. Paman Chengiz pasti bakal sembuh kok. Dia cuma butuh istirahat yang cukup," Nona Chinua menjawab dengan lembut.

"Kasihan, Paman Chengiz sama yang lain harus menderita seperti ini," sapa Syira dengan wajah polos yang penuh empati.

Nona Chinua hanya membalas dengan mengelus ringan kepala Syira, seolah mencoba menghilangkan kekhawatiran yang ada di benak bocah itu. Mata Nona Chinua pun menatap ku dengan tatapan yang penuh arti. Dengan nada serius, dia berkata, "Yudha, ada yang pengen ku omongin sama kamu."

Aku menatap Nona Chinua dengan pandangan bingung, keheranan mengisi pikiran ini. Ada yang tidak biasa dalam seriusnya dia ingin berbicara denganku. "Emang ada apa?" suaraku terdengar serius dan penuh tanda tanya.

Nona Chinua menatap dengan tatapan tajam, matanya seakan mencari jawaban yang tersembunyi di balik kata-kataku. Tanpa sepatah kata pun, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan batu mustika monster yang baru saja diambilnya dari monster mengerikan tadi.

Dia pun melempar batu mustika itu dan dengan sigap aku menangkapnya, menggenggamnya erat di kedua tangan ini. Dengan perasaan penasaran, aku bertanya, "Untuk apa ini?"

"Kamu yang udah membunuh naga itu, jadi kamu berhak memiliki batu itu. Terserah kamu, mau digunain buat apa. Saranku, pake itu buat meningkatkan kemampuan Syira," jelasnya.

"Hmm.. Apa maksudnya?" Aku tidak memahami bagaimana benda ini dapat bekerja sebagaimana yang ia katakan.

Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Nona Chinua kemudian kembali masuk ke dalam tenda. Tuan Leonard, yang sejak tadi memperhatikan, pun ikut menginterupsi pembicaraan kami.

"Ternyata kamu tidak tahu banyak tentang batu mustika monster ya, Nak Yudha? Apakah di negaramu tidak ada monster?" tanya Tuan Leonard dengan penuh rasa ingin tahu.

"Ya, kami jarang sekali bertemu dengan monster. Karena negara kami terdiri dari kepulauan, hampir tidak ada monster yang hidup di sana. Oleh karena itu, saya kurang memiliki pengetahuan tentang hal ini," aku menjelaskan dengan melemparkan sedikit siasat.

"Tidak heran kamu minim informasi. Meskipun negaramu termasuk maju, nyatanya masih banyak hal yang belum kalian ketahui. Lebih baik kalian mulai membuka diri terhadap dunia luar, agar tidak tertinggal dalam hal informasi," saran Tuan Leonard.

"Jadi, mengapa monster bisa memiliki benda berkilau ini?" tanyaku.

Sebetulnya, aku sudah mengetahui jawabannya. Hal ini telah aku asumsikan sebelumnya. Seperti dalam banyak cerita fiksi, dan game monster-monster sering digambarkan memiliki inti kekuatan yang berfungsi menyimpan jiwa, kemampuan, atau bahkan daya sihir mereka.

Aku telah mengantisipasi bahwa monster di dunia ini mungkin memiliki kesamaan dengan monster yang diceritakan dalam buku-buku fiksi atau karya fiksi lainnya. Pertanyaan yang aku lontarkan bertujuan untuk memastikan asumsi ini.

Tuan Leonard pun menjawab, "Sebenarnya, setiap monster di dalam tubuhnya mengandung batu mustika. Seiring evolusi monster, kekuatan batu itu semakin bertambah kuat..."

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang