Setelah berhasil menghabisi semua bandit tanpa ada yang luput, hanya tersisa para ksatria dan dua pendekar handal di medan laga. Dengan teropong bidik, aku dapat melihat ekspresi bingung yang jelas terlihat di wajah mereka saat berusaha mencari sumber tembakan yang telah merenggut nyawa para bandit dengan begitu cepat.
Aku berpikir untuk mendatanginya, berharap mereka akan memberikan respon positif setelah membantu melewati situasi yang sulit. Namun, aku menyadari bahwa membawa seorang gadis kecil yang sedang menyaksikan adegan ini bukanlah pilihan yang bijaksana. Aku tidak ingin mempertaruhkan keselamatan gadis kecil itu dengan membawanya ke medan perang di bawah.
Melihat wajah polosnya, aku bisa melihat kebingungan di matanya. Dia mungkin belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang aku hadapi dan betapa berbahayanya situasi ini.
Dengan hati yang penuh kegelisahan namun dengan keputusan yang sudah bulat, aku memutuskan untuk menghadapi para ksatria itu sendiri. Aku ingin melindungi gadis kecil ini dan tidak ingin mengorbankannya dalam bahaya yang ada di bawah.
"Dek, kamu di sini ya! Aku mau turun, kalau ada apa-apa, pake ini terus tembak ke atas, oke!" Sekali lagi aku menjelaskan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Aku memberikan flaregun kepadanya sebagai tindakan pencegahan, dengan sedikit petunjuk menggunakan bahasa isyarat, aku berharap dia mengerti maksudnya. Gadis itu mengangguk dengan polosnya sebagai tanda dia mengerti, semoga saja dia benar-benar mengerti dan tidak menembakkan flare itu secara sembarangan. Dengan perlengkapan tempur yang cukup, aku segera menuruni bukit dan berlari menuju mereka.
Flaregun, adalah sebuah senjata api yang dirancang untuk meluncurkan sinyal-sinyal atau suar api (flares) ke udara untuk memberikan sinyal darurat atau untuk tujuan lain, seperti navigasi atau komunikasi. Flaregun biasanya digunakan untuk keperluan keselamatan, terutama untuk memberikan tanda keberadaan kepada orang-orang di sekitar dalam situasi darurat di laut atau di darat. Biasa kita menyebutnya kembang api suar.
POV 3
"Darimana datangnya serangan itu?" Chinua bertanya dengan ekspresi serius.
"Mereka mati diserang oleh sesuatu!?" ucap seorang Knight.
Knight lainnya terlihat sedang memeriksa mayat dengan luka tembakan di dada. "Luka ini, tampaknya tertembus sesuatu."
Setelah menyaksikan insiden yang mencurigakan tersebut, Leonard berkesimpulan bahwa tampaknya kelompok Assassin dari ibu kota telah membantu pasukan mereka untuk melarikan diri dari serangan pemberontak.
Dia berpikir dengan logika yang tajam, bahwa segalanya telah disusun dengan hati-hati untuk melindungi rombongannya. Namun, yang tidak disadari Leonard adalah bahwa ada pihak ketiga yang membantu mereka melarikan diri dari pemberontak.
***
Beralih keatas bukit, gadis harimau putih yang diminta untuk tetap diam, merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Yudha di lembah. Tanpa disadari, gadis itu mengikuti Yudha secara diam-diam.
"Tuan tampak aneh dengan benda itu. Sekarang, dia minta aku agar tetap di sini dan memberikan benda aneh ini. Kemana dia pergi, ya? Aku akan mengikutinya!" ujar gadis harimau putih dengan polos.
Tak berapa lama kemudian, Yudha hampir sampai di tujuan yang dituju.
POV Yudha
Dengan percaya diri, aku berjalan masuk ke tengah kerumunan para ksatria. Tanpa rasa takut atau keraguan, aku bergerak maju dengan sikap yang santai. Namun, saat mereka menoleh dan melihatku, suasana seketika berubah. Ekspresi ketakutan dan teror tampak jelas di wajah mereka, seolah-olah aku adalah sosok yang membawa ancaman besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)
FantasyJUDUL PENDEK : The Hero Commander BLURB: Energi petir membelah langit dengan gemuruh yang menakutkan, menerbangkan seorang Prajurit Komando ke dimensi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dengan melemahnya segel Raja Iblis akibat perseteruan an...