CHAPTER 32 : Tumbang Satu

35 7 0
                                    

POV 3

Sementara itu, Chinua terus berlari dan melompati dahan-dahan pohon dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Dengan kekhawatiran yang membebani hatinya, ia terus maju menuju kamp persinggahan.

"Maafkan aku semua, aku terlalu lalai! Seharusnya aku mendengarkan perkataan Chengiz untuk tidak meninggalkan kamp. Andai saja aku bisa menahan diri. Tapi aku juga tidak bisa menerima jika Syira diperlakukan seperti itu. Pokoknya, aku harus mencapai kamp secepatnya!"

Tanpa menghiraukan rasa lelah yang membebaninya, Chinua semakin melaju cepat, meninggalkan belantara pohon-pohon yang ia lewati.

POV Yudha

Masih belum jelas apa motif pria itu menyerang kami, namun dugaanku kuat bahwa dia adalah orang yang dikirim oleh para pemberontak. Dari tindakan yang telah dilakukannya di tempat ini, sudah jelas bahwa dia bukan orang sembarangan. Namun, seharusnya dia bertemu dengan Nona Chinua dan berduel dengannya sebelum dia datang ke sini. Aku yakin sekali bahwa Nona Chinua pasti mampu mengalahkannya, mengingat reputasinya sebagai seorang pendekar kelas atas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kemungkinan skenario terburuk terjadi padanya. Pria tersebut mungkin berhasil mengalahkan Nona Chinua dan melanjutkan pengejarannya terhadap kami. Atau bisa jadi, Nona Chinua sama sekali tidak bertemu dengan orang tersebut. Segala kemungkinan itu bisa terjadi dan inilah sebabnya kami berada dalam situasi seperti sekarang.

Kembali ke pertarungan, Tuan Leonard bergabung dengan Chengiz untuk mengalahkan pria tersebut. Pertarungan dua lawan satu tidak dapat dihindari. Tuan Leonard melakukan penetrasi serangan menggunakan pedangnya. Dengan teknik yang telah diasah selama bertahun-tahun, Tuan Leonard menunjukkan kelincahannya yang luar biasa dalam bermain pedang melawan lawannya.

Tuan Leonard, seorang ahli pedang dan mantan panglima yang berpengalaman, berdiri tegap di tengah area sambil memegang pedangnya yang berkilauan. Di sisi lain, pria bertopeng muncul dengan gerakan gesit dan lincah, melengkung mengikuti tubuhnya.

Tuan Leonard melangkah maju dengan mantap, sedangkan pria bertopeng terus meluncur lurus ke arahnya. Tuan Leonard mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh, tetapi pria bertopeng dengan cepat menghindar dengan gerakan akrobatik yang lincah. Ia menggabungkan serangkaian tendangan dan pukulan cepat untuk mengganggu keseimbangan Tuan Leonard.

Namun, tekad Tuan Leonard tidak tergoyahkan. Dalam serangan balasan yang cepat, ia menggabungkan gerakan pedang dengan sihir yang meluncur dari tangannya. Sihir tersebut berbentuk bola api yang langsung meluncur ke arah pria bertopeng.

"Fire Ball!" teriak Tuan Leonard.

'WOSHH!'

Dengan kelincahannya, pria bertopeng itu menghindari serangan api dan meluncur mendekati Tuan Leonard. Ditariklah pedang yang terpasang di punggungnya, berusaha ia menusuk sisi Tuan Leonard. Beliau dengan cepat menghindari serangan tersebut, memutar tubuhnya dengan lincah sambil menggunakan pedangnya untuk memblokir serangan berikutnya dari pria bertopeng.

'TING'

Kedua senjata berbenturan dan saling bergulat dalam serangkaian gerakan cepat yang meliuk-liuk, sambil saling mencari celah dalam pertahanan lawan.

"Kau hebat juga, pemuda!" puji Tuan Leonard kepada pria tersebut.

Pujian itu sepertinya sengaja di ucapkan untuk mempengaruhi mental lawannya, sebuah taktik umum yang digunakan dalam seni permainan psikologis. Selama pertempuran berlanjut, Tuan Leonard semakin menguasai permainan. Ia menggabungkan gerakan pedang yang cekatan dengan serangan sihir yang mempesona.

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang