CHAPTER 2 : Hilang di tempat antah berantah

173 16 4
                                    

Tanpa ragu, aku segera meraih Ponsel tersebut dari dalam tas. Saat aku menggenggam perangkat itu, terasa seperti ada semacam ikatan antara ponsel tersebut. Berbeda dengan perangkat Smartphone biasa. Ponsel ini memang dirancang untuk keperluan militer, dilengkapi dengan fitur khusus didalamnya.

Aku langsung menyalakannya dan membuka Aplikasi GPS tanpa mengetahui status bar sinyal di ponselnya. Awalnya aku berpikiran mungkin karena baru dinyalakan sehingga ponsel belum menangkap jaringan dengan baik. Setelah ku mencoba membuka GPS muncullah sebuah notifikasi.

[PERIKSA KONDISI JARINGAN DISEKITAR ANDA, ATAU NYALAKAN JARINGAN]

"Loh, gak ada sinyal ternyata, mungkin karena di hutan kali yak, tunggu dulu lah!" gumam ku.

Aku menunggu sekitar sepuluh menit dan belum ada jaringan yang berhasil di tangkap oleh ponsel ku. Aku terus reboot ponsel ku agar menangkap sinyal, namun tidak terdeteksi jaringan apapun. Karena kesabaran setipis tisu, aku marah sejadinya.

"J*nc*k.. gak ada sinyal!?"

Dengan marah, aku membanting ponsel itu ke tanah, sambil memalingkan muka dengan kekesalan dan frustrasi. Untungnya, ponsel itu sama sekali tidak rusak karena ketahanannya terhadap benturan.

Aku merasa yakin bahwa bantuan tidak akan datang dan hanya berdiam diri saja tidak akan membantu menemukan solusi. Berdasarkan apa yang terpikirkan sebelumnya, rasanya aku seperti mendarat di suatu tempat tidak dikenal, dan ini semua menunjukkan kemungkinan terlempar ke suatu lokasi tak terjamah.

Dengan menghubungkan semua peristiwa aneh yang telah aku alami, barangkali saat ini mungkin saja berada di dimensi lain. Itu hanyalah opini pribadiku, dan semoga itu tidak benar. Rasa panik mulai merasukiku saat ini, membuat sulit membedakan logika dari ilusi. Sedari tadi aku hanya mondar-mandir tak jelas karena merasa suntuk. Pikiran kacau dan kebingungan semakin menguasai, tak ada yang lebih penting selain mencari medan keluar dari hutan yang gelap ini.

Aku berhenti sejenak, berusaha menarik napas dalam-dalam, berharap bisa mendamaikan pikiran yang semakin terkelam ini. Sementara itu, aku mencoba menyalakan api unggun dan mulai memasak air di gelas stainless tahan panas. Diselubungi oleh suasana hening, air mendidih mulai memancarkan uap yang menenangkan. Aku menyeduh secangkir kopi sebagai perbekalan, berharap bisa meredakan kegelisahan yang melanda.

Dengan kopi yang hangat siap diminum, aku duduk santai dan mulai menyeruputnya.

"Ahh wes-wes, kacau ini, gak bisa ini, pelanggaran ini... dahlah... Ngopi dulu!!" desisku sambil tersenyum kecil.

Setiap tegukan kopi yang nikmat secara perlahan menenangkan pikiranku, membantuku menemukan inspirasi dalam menghadapi situasi. Efek menenangkan dari kopi membuatku mulai merasakan sebuah ide yang muncul dari dalam kepalaku. Mungkin, dengan memilih jalur ke arah barat, aku akan menemukan pemukiman di sana. Aku berencana untuk menyusuri pemukiman tersebut dengan harapan bisa meminta pertolongan. Setelah meneguk seruputan terakhir, aku mulai bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju ke arah barat.

Aku mengumpulkan barang bawaan dan melangkahkan kaki melintasi hutan ke arah barat. Tetap waspada, tak terburu-buru, menginjak di setiap tanah yang kuhampiri, mematahkan ranting, dan rerumputan untuk meninggalkan jejak perjalanan setiap beberapa langkah dibelakang. Hal ini dilakukan, dengan harapan nantinya aku akan mudah ditemukan oleh seseorang. Setidaknya, aku melakukan upaya walaupun tampak mustahil.

Saat menyusuri hutan ini, rasanya setiap langkah kaki semakin lambat, seolah waktu berhenti di tempatku berdiri. Kulihat pepohonan dan ragam tumbuhan yang tak biasa, dengan bentuk yang menarik perhatian. Aku pun memilih untuk berhenti sejenak, mencoba mengamati salah satu pohon di dekat sini.

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang