POV 3
Seorang wanita Elf dengan senyum di wajahnya melanjutkan pencariannya menjelajahi hutan Fluoran. Mata birunya yang tajam memperhatikan setiap goyangan pepohonan dan setiap getaran energi Mana yang mengalir di sekitarnya. Dini hari tadi, dia telah melihat kilauan cahaya sihir yang begitu indah, dan sejak saat itu, hasratnya untuk menemukan sumber cahaya ajaib itu tak terbendung.
"Aku rasa berada di jalur yang tepat. Tapi aku tak merasakan aktivitas Mana yang mencurigakan di arah sana," gumam Elf itu.
Saat dia melayang di atas rimbunnya pepohonan, tiba-tiba matanya tertuju pada sesuatu yang tak lazim.
"Tunggu sebentar! Bukankah itu kuda, ya? Kenapa ada kuda di tempat ini?" ucap Elf itu. Ia lalu menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas dari atas ketinggian. "Kuda itu, berpelana?" lanjutnya sambil mengakat alis.
Pelana yang terpasang di punggung kuda itu menandakan bahwa hewan itu dimiliki oleh seseorang. Untuk seorang Elf yang terbiasa dengan keheningan hutan ini dan kerap menjelajahinya, kehadiran kuda itu memancing kecurigaannya.
Sang Elf memutuskan untuk turun dari langit, hendak menemukan siapa pemilik kuda ini dan apa tujuannya berada di hutan terlarang ini. Dengan langkah lembut, dia mendekati kuda tersebut, siap untuk memahami kondisinya.
"Halo, adakah seseorang di sini?" desis sang Elf, suaranya menggema di tengah kedamaian hutan. Namun, tak kunjung mendapatkan jawaban.
Dengan langkah yang tenang, sang Elf mendekati kuda yang tampak tenang dan ramah. Dengan lembut, dia memegang tali pelana dan mulai mengelus kuda hitam itu dengan penuh perhatian.
"Sepertinya pemiliknya telah meninggalkan kuda ini. Atau mungkin dia mengalami kejadian yang tragis, kasian sekali," gumamnya, sambil terus memperhatikan sikap kuda yang tampaknya tak berkeberatan dengan kehadirannya.
"Mungkin ku pastikan dulu, apakah pemiliknya benar-benar meninggalkan kuda ini," pikir sang Elf seraya memfokuskan perhatiannya pada tongkat sihirnya. Dengan konsentrasi penuh, dia memejamkan mata dan membiarkan energi Mana-nya mengalir, memancar keluar dari tongkatnya. Aliran sihirnya membentuk sebuah jala tak terlihat yang menjalar ke segala arah, merasuki tumbuhan, hewan, bahkan tanah di sekitarnya.
Dalam sekejap, sang Elf dapat merasakan aliran Mana dari segala penjuru, memungkinkannya melacak keberadaan orang lain atau musuh hingga jarak sejauh 100 meter. Dengan penuh kewaspadaan, dia memperhatikan interaksi kekuatan sihirnya dengan lingkungan sekitar.
"Ah, tidak ada siapa pun. Sepertinya memang benar dugaan ku, sebaiknya aku amankan saja kuda ini." Sang Elf pun menaiki pelana kuda dan segera mengendarai kuda tersebut mengikuti jalan setapak yang telah di lalui kuda itu sebelumnya.
***
POV Yudha
Senja melingkupi kami, menghamparkan warna jingga dan ungu di langit. Aku dan Syira memutuskan untuk beristirahat setelah seharian menempuh perjalanan. Dengan langit sebagai atap, kami duduk di samping perapian, merasakan hangatnya nyala api yang menari-nari.
Syira terdiam, matanya terfokus pada kobaran api. Tidak ada sepatah kata yang terucap dari bibirnya. Mungkin dia masih marah karena aku telah menyinggung tentang keluarganya. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaannya, hanya ingin memahami lebih banyak tentang dirinya.
Ketika suasana semakin canggung, aku memutuskan untuk memulai obrolan. "Syira, kalau sampai di kota, apa rencanamu selanjutnya?"
Dia menatapku dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan kesedihan. "Aku gak punya tempat pulang, gak punya siapa-siapa lagi, aku gak tahu harus gimana," ujarnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)
FantasiJUDUL PENDEK : The Hero Commander BLURB: Energi petir membelah langit dengan gemuruh yang menakutkan, menerbangkan seorang Prajurit Komando ke dimensi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dengan melemahnya segel Raja Iblis akibat perseteruan an...