CHAPTER 40 : Setelah Kemelut

52 7 4
                                    

POV 3

Aran, yang terlihat terluka parah, akhirnya tiba di sebuah istana yang lokasinya sangat tersembunyi. Urara, yang menyaksikan juniornya itu terluka, malah menertawakannya.

"Ahahaha… Ternyata kau bisa terluka parah seperti itu ya!?" pekik Urara.

“Setidaknya aku berhasil menjalankan misi. Tidak seperti mu yang langsung kabur sebelum misi ini selesai!” sindir Aran sambil memegangi topengnya yang retak.

"Apa kau bilang? Kau tidak tahu seberapa mengerikannya perempuan itu. Terlambat sedikit saja aku bisa saja mati tau!"

"Itu karena kau lemah! Sebaiknya kau mulai berlatih lebih keras lagi!"

"Latihan saja tidak cukup!! Aku perlu menaikkan level lagi!!" balas Urara dengan tekad.

Urara memperhatikan Aran yang terus memegangi topengnya. Dalam pikirannya, ia merasa aneh dengan juniornya yang selalu menggunakan topeng di wajahnya.

"Kenapa kau memegangi topeng yang retak itu. Apa kau takut jika wajah jelek mu itu terungkap, huh?"

"Bukan urusanmu!" balas Aran dengan dingin.

Urara pun berjalan dan mendekati Aran, ia terlihat mengelilingi Aran sambil berkata.

"Aku penasaran dengan wajah mu. Semenjak kita bertemu, kau tidak pernah sekalipun menunjukkannya pada ku. Padahal kita ini rekan!"

"Sudah kubilang itu bukan urusanmu! Aku punya alasan sendiri mengapa harus menyembunyikan wajahku!"

Urara adalah sosok yang sangat hiperaktif, dia akan menghalalkan segala cara agar dapat melihat langsung wajah Aran.

"Kalau begitu tinggal ku paksa kau untuk melepasnya!" tiba-tiba, Urara dengan kecepatannya mencoba meraih topeng Aran.

Namun percuma, dengan refleks tajam Aran menghilang bagai bayangan dan muncul kembali di belakang Urara sambil menasehati senioritanya itu.

"Sudah kubilang, jangan melakukan hal yang tidak perlu. Itu hanya membuang-buang waktu saja. Sebaiknya, persiapkan dirimu bertemu dengan Tuan Besar!" Aran pun berjalan meninggalkan Urara.

Perkataan Aran barusan hanya membuat Urara berdecak kesal. "Tch…"

***

Sudah tiga hari lamanya semenjak peristiwa kelam itu, Chinua tak kunjung bangun dari tidurnya. Meskipun wanita itu tidak terluka separah Chengiz, akibat penggunaan tenaga dalam dan Mana yang berlebihan, membuatnya kehabisan energi hingga tak mampu bangkit lagi. Sementara Chengiz dengan setia duduk manis menunggu kakaknya itu bangun dari peristirahatannya, meskipun kondisinya sendiri belum sepenuhnya pulih.

Dalam hati Chengiz berkata… "Andai aku bisa lebih kuat lagi, semua ini tak mungkin terjadi. Aku terlalu lemah!!" gumamnya dengan penuh penyesalan.

Namun di balik penyesalan yang ia rasakan, munculah sebuah kelegaan. Chengiz memperhatikan wajah Chinua yang mulai membuka matanya.

"Chin’gege!!" ucap Aran sambil memegang erat tangan kakaknya itu.

Chinua pun membuka matanya dan dengan perlahan melirik wajah adiknya itu.

"Chen’er!" ucap Chinua perlahan. “Bagaimana kondisi mu?” Meskipun Chinua belum sepenuhnya pulih, ia masih mengkhawatirkan kondisi adiknya itu.

"Aku sudah tidak apa-apa, kau tidak perlu risau-"

PLAK!!’

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Chengiz. Secara mengejutkan, Chinua tiba-tiba bangkit dan seketika menampar adiknya itu. "Bukankah aku sudah bilang, agar kau berhati-hati. Tapi kenapa kau malah memaksakan diri, huh!?" kata Chinua dengan suara tertahan.

The Destiny of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang