Chapter 3

2.1K 83 1
                                    


Bel pulang sekolah telah berbunyi, murid murid berbondong berlari keluar dari kelas, Inilah suara yang mereka rindukan, selain suara dia, suara bel pun di rindukan.

Sedangkan si bungsu bimantara dari tadi melihat kesana kemari menunggu seseorang me jemputnya, tadi dia tidak melihat Abang abangnya, ntahlah mereka kemana, mungkin saja sudah pulang duluan dengan sengaja.

Tiba tiba seseorang mungkin seumuran dengannya atau lebih darinya datang menghampiri alve, dia berdiri di pinggir alve, pengawakannya lumayan tinggi.

"Lu belum pulang?"tanya seseorang itu.

"Belum, lagi nunggu Abang,"

"Ayo gua anterin,"

"Ga usah, makasi,"

"Udah ayo, ntar keburu malem,"

Karena memang langit sudah gelap juga jadi alve memilih untuk ikut saja dengan orang tersebut tanpa pikir panjang, Mereka berjalan menuju kendaraan milik seseorang tersebut.

dor!

Suara tembakan terdengar nyaring, pelurunya menembus jantung orang di sebelah alve, Alve sangat shock dia melihat kebelakang mencari tahu siapa pelakunya.

ternyata itu adalah sekelompok anak buah ayahnya, alve ini phobia darah, saat melihat darah bercucuran dari orang di sebelahnya alve langsung pingsan.

"TUAN MUDA!"teriak pemimpin bawahan.

mereka langsung bergegas menangkap alve agar tidak jatuh ketanah, apa lagi darah yang bercucuran di hidungnya, jika sampai jatuh ketanah pasti mereka sudah mati.

"Sebaiknya kita bawa pulang,"

__

Di mansion 4 Pemuda laki laki dengan penuh luka sayatan di punggung mereka karena kelalaian mereka menjaga si bungsu, kepala keluarga marah besar saat si bungsu tidak pulang bersama mereka.

namun saat pulang dia melihat bungsunya yang pingsan dan penuh darah di hidungnya, siapa yang tidak khawatir keturunan terakhir terluka? dia tidak akan membiarkan darah cucu terakhirnya menetes di tanah, karena alve akan menjadi penguasa tahta Bimantara kelak.

4 pemuda tadi bertelanjang dada duduk sambil menunduk pada kepala keluarga, mereka tidak ada yang berani untuk melawan.

"Jangan biarkan semua orang tau tentang Alve, bunuh semua orang yang mengetahui bahwa alve bagian dari Bimantara, jika sampai kabar alve tersebar luas, kakek tidak akan segan segan menebas leher kalian, mengerti?!"

"Mungkin kelas IPA 1 yang mengetahui siapa itu alve, sebaiknya jangan di bunuh, biarkan mereka tutup mulut dengan uang, jika sampai tersebar luas maka bunuh saja,"saran erolio anak ke 3 dari abim.

"Hei, tidak! sebaiknya bunuh saja,"

"Baiklah baiklah, terserah kau saja kakek tua."

Ke lima pemuda itu hanya tersenyum smirk dalam diam, inilah yang mereka inginkan membunuh seluruh anak kelas IPA, semuanya sudah di rencanakan sejak awal, karena mereka tidak bisa sembarang membunuh orang.

"Pergi ke kamar masing masing, kakek tidak akan membiarkan kalian bertemu alve."

"Maksud kakek apa?! membiarkan kami tidak bertemu alve? hei, sadarlah kakek, kita harus meminta maaf pada alve, kenapa kau mengatakan hal tidak bermanfaat seperti itu? kau akan menjadikan ini hukuman, huh?"ucapan lion si duplikat iblis.

"Dengarlah, ini hanya berlaku satu bulan, dan selama satu bulan kalian tinggal di mansion milik edward, jangan Kembali kesini sebelum di perintah."

"ah kau ini mau apa kakek tua?! Sudah bau tanah kau masih melakukan ini pada kami? tidak, kami tidak mau pergi dari sini, kami akan tetap bersama alve!"Rajash si anak ke 8.

"RAJASH! JAGA SIKAP KAMU!"Marah Lucius, papahnya.

"Tidak tidak tidak, aku tidak mau! akan ku bunuh alve jika kalian melarang ku, mengerti?!"ucap lion.

"Bunuh saja, maka kami akan membunuhmu."ucap abim.

"Oh? Hahaha! tidak apa, yang penting alve mati di tanganku, lalu aku mati di tangan kalian, adil bukan?"

Erik menatap tajam pada kakeknya, Tatapan elang yang mampu menusuk bola mata seorang lemah, namun tidak berlaku pada abim.

"Aku akan tetap bertemu dengan alve! alve milikku, hanya milikku, aku yang pantas dengannya! Karena, dia adalah darah ayahku,"ucap Danuel.

Ucapan Danuel tidak bisa di Bantah, jika dia ingin itu maka harus seperti itu, Karena alve dan Danuel adalah 2 raga 1 takdir, salah satu dari mereka yang akan mengambil takdir itu.

"Ya, kau boleh, dan yang lain tetap pergi ke rumah Edward."

Danuel dengan senyumnya mengambil gelas di meja dan memecahkan gelas itu, kemudian pecahannya dia lempar ke arah abim.

"Jangan lakukan itu bodoh."ucap abim.

Danuel dengan mengacuhkan nya dia pergi dari sana tanpa beban, Danuel pergi ke arah kamar adiknya, dia akan bermanja di sana.

"Tunggu apa lagi? silahkan pergi, pintu mansion terbuka untuk kalian."ucap abim.

"Ya, jika kami bertiga keluar, maka kami tidak akan pernah kembali,"ucap rajash.

"Bla bla bla, PERGI!"

ketiga remaja itu pergi dari sana dengan perasaan geram, Apakah ucapan rajash bercanda? seorang rajash? bercanda? itu seperti terdengar lelucon anak kecil.

Di kamar alve, abangnya sedari tadi memeluknya, alve sudah sadar dan melihat abangnya berpelukan.

tak lama datang semua keluarganya tanpa ketiga bocah tadi, di sana ada Abang, mama, dan ayahnya.

"Alve, Abang pamit untuk pergi ke london, Abang akan kembali kuliah di sana"ucap darex.

"Abang juga pamit, akan pergi ke Australia, Abang akan kembali kuliah di sana,"ucap arega.

"Lalu Abang akan pergi bersama arega, jaga diri baik baik,"ucap devano.

Alve hanya dapat mengangguk tersenyum, ketiga abangnya mencium keningnya secara bergantian kemudian pergi dari sana dengan senyum hangat dari mereka.

"Abang akan mengurus perusahan Abang di Thailand, semoga kamu baik baik saja."ucap elio si sulung.

Alve menahan untuk tidak menangis, dia tidak ingin di tinggalkan abangnya, dan lalu kemana ketiga abangnya yang lain? sekarang hanya tersisa Danuel.

"Kami keluar,"ucap abim.

Mata alve menatap langit langit di kamarnya, dengan menahan kepala abangnya yang berada di dadanya, ini sangatlah berat, badan abangnya seperti Titan.

"Di mana Abang rajash? di mana Abang lion? di mana Abang Erik? lalu kenapa mereka meninggalkan ku?"batinnya.

Mungkin kuliah adalah perpisahan paling menyakitkan untuk alve, dia harus berpisah dengan abangnya karena abangnya menempuh pendidikan yang begitu jauh.

"Kau tidak akan sekolah umum, kau akan tetap home school,"ucap Danuel.

"Kenapa? kenapa kalian tidak adil? benar kata seseorang, bahwa aku tidak di beri kebebasan karena hanya kalian yang harus bahagia, aku tidak perlu bahagia."ucap alve membuat Daniel tersulut emosinya.

"siapa yang mengatakan seperti itu? kau masih kecil, kau tidak pantas untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kau hanya perlu nurut padaku, mengerti?"

"Ada seseorang yang mengatakannya, lagi pula umurku sudah menginjak usia 16 tahun, tapi kenapa kalian tetap melarang ku?"

"Diam."

__

Vote
spam komen!

AVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang