Chapter 4

1.7K 79 0
                                    


Malam Hari telah tiba Anak yang duduk di balkon kamar sambil memandang bintang di langit yang berdekatan dengan bulan, dia hanya dapat memandang itu semua dengan perasaan kosong.

dia merindukan sang bunda, dia ingin bertemu dengan bundanya, andai saja saat itu alve yang mati bukan bundanya, mungkin alve Masi bisa melihat bundanya dari langit.

"Bunda.. apa bunda tidak kangen alve? alve kangen Bunda.. terkahir kali kita bertemu 12 tahun lalu, dan senyum terakhir bunda Masih terbayang di kepalaku,"

"Jika bunda sayang alve, kenapa bunda tidak mengajak aku? aku ingin bersama bunda, ingin merasakan pelukan hangat seorang ibu, aku merindukan itu, aku merindukan suara bunda, aku merindukan segalanya tentangmu,"

"Lihatlah anakmu ini, dia sudah remaja namun keluarganya begitu mengekangnya, bahkan anakmu tidak bebas bunda,"

"Temui aku bunda, turunlah ke bumi untuk melihat anak bungsumu ini, bantu lah anakmu bunda, aku seperti bocah berusia 7 tahun, apa apa selalu aku tangisi, aku terlihat lemah di mata semua orang.."

"Apakah aku berhak hidup bunda? apakah aku berhak merasakan bahagia tanpa kekangan? apakah aku akan merasakan itu semua?"

Ucapan yang terdengar lirih dari belah bibir milik alve, seseorang datang dan duduk di sebelah alve mengusap air mata anak itu.

"Ada mama di sini, kamu bisa cerita pada mama sayang, mama akan mendengarkan semuanya, ingatlah bahwa mama adalah bunda mu, kami sama,"ucap kenzura mencoba untuk menangkan si bungsu.

"Mama tidak sama, mama memiliki anak mama sendiri, aku bukan darah daging mama.."

Ucapan alve membuat hati kenzura tersayat, dia hanya bisa tersenyum pada si bungsu, sejujurnya dia juga merindukan kakak iparnya, sebenarnya dia Slalu menangis setiap malam mengingat sang kakak.

"Walau aku bukan ibu kandungmu, alve bisa menganggap mama sebagai ibu kandungmu, karena mama sendiri sudah menganggap alve sebagai anak kandung mama,"

Mata alve yang berkaca kaca menatap manik indah kenzura, bening liquid yang tumpah di bibir matanya, air bening itu terjun bebas di sana.

Kenzura langsung memeluk sang bungsu membiarkan si bungsu tenang dulu, dia juga tidak tega pada anak kakaknya, siapa yang tidak sakit saat melihat anak kakaknya menangis sendirian memanggil manggil bunda.

"Jangan pernah merasa sendirian sayang, jika ada apa apa alve bisa berbicara pada mama, kamu tidak sendirian."

Alve mengangguk di dalam pelukan mamanya, Rasa hangatnya tetap beda jika di peluk sang ibu, alve hanyalah bocah remaja yang memiliki jiwa berusia 7 tahun, karena dia selalu di manja dan juga di turuti kemauannya.

"Alve ayo Ki-"ucap seseorang itu terpotong saat melihat adiknya yang berpelukan dengan mamanya.

"Kenapa Danuel? ada apa?"tanya kenzura.

"Nunu hanya ingin mengajak alve jajan saja, memangnya alve kenapa?"tanya Danuel.

"Alve sedang bersedih, bagus juga kamu membawa nya jalan jalan, pergilah, namun jaga adikmu Baik baik,"ucap kenzura.

"Ayo al, kita pergi jalan."ucap Danuel.

Alve mengangguk lalu dia berjalan menghampiri abangnya, dia menggenggam tangan sang Abang dan pergi dari kamar.

Kenzura mengambil sesuatu di balik lemari milik alve, perlahan dia mengelus Benda itu dan tersenyum.

"Kakak, aku berjanji bahwa alve yang akan memakai ini, karena saat kelahiran alve kau berkata bahwa yang pantas hanya alve, akan aku lakukan perintahmu."

Kembali lagi pada alve yang sedang berada di dalam alfaindonesia, alve di beri kebebasan untuk jajan di sana dia mengambil beberapa chiki dan minuman.

"Abang, sudah sel-"ucapan alve terpotong saat tak melihat abangnya.

dia kalang kabut pergi kesana kemari untuk mencari abangnya, alve langsung bergegas menuju kasir, Pandangannya kosong dan ketakutan saat tak melihat keberadaan abangnya.

Tak lama seseorang datang dan menepuk pundak alve, sontak alve langsung Melihat ke arah orang tersebut, dia tidak mengenal orang itu.

"Kamu adiknya Danu?"tanya orang itu.

"i-iya.."ucap alve gugup.

"Pulang sama Abang aja, kenalin Abang Oliver, atau.. Arsa,"

"Hah?"beo alve.

"Maksudnya nama asli Abang Oliver, tapi sering di panggil Arsa,"

"Oh, terus ngapain ngajak aku pulang?"

"kamu mau nginep di sini sendiri?"

"ya ga mau, ayo deh,"

"Ayo ke motor Abang."

Alve mengangguk keduanya berjalan keluar minimarket tak lupa membayar jajanan alve, yang sangat banyak itu, tenang saja Arsa ini old money, duitnya ga akan pernah habis 7 turunan.

Keduanya langsung meninggalkan supermarket, Arsa menggunakan Motor lumayan ngebut, karena dia sengaja biar ga buang buang waktu.

Saat sampai ini bukan di kediaman alve, tidak tau ini di mana, seperti gedung tua, namun gedung ini hidup, apakah ada penghuninya? itu lah pikir alve.

"Ngapain di sini bang?"

"Ayo masuk aja dulu,"

keduanya masuk kedalam gedung tersebut dan naik ke lantai no 2, terlihat begitu ramai laki laki yang sedang ngopi, dan juga makan gorengan, terutama bakwan yang tersedia di mana mana.

"Halo bro, ini adek ketua gua bawa kesini,"ucap Arsa pada teman temanya.

"Bangsat! lu nyerahin nyawa jangan sama kita kontol!"teriak Vincent.

"yeh apaan, kasian tadi gua Nemu di supermarket lagi celingak celinguk kaya orang ilang, dengan inisiatif gua bawa kesini aja,"

"BAJINGAN! YA PIKIR PAKE OTAK MONYET LU SAMA AJA NYERAHIN NYAWA!! balikin gak?!!"teriak Vincent ketar ketir.

Abangnya saja tidak berani membawa kesini, si Arsa malah gampangnya bawa berlian Bimantara ketempat kumuh.

"y-ya.. hehe, YA LU PIKIR AJA BOCAH LUCU KAYA GINI MASA HARUS GUA TINGGALIN!"balas Arsa.

sedangkan alve pusing dengan teriakan teriakan laki laki di depannya, ingin sekali alve ingin ikut berteriak.

"LAIN KALI -"

"BERISIKKKK!!!!"teriak alve.

suara alve menggema di sana, semuanya langsung kicep dan tunduk karena takut alve marah dan ngadu, bisa bisa mereka tinggal nama.

"Diam! bisa diam?"ucap alve.

"Bisa.."

"Dengerin vender, tadi vender lagi di alfaindonesia, nah terus vender nyari Abang vender ga ketemu ketemu, malah ketemu Abang ini! udah gitu dia ngajak vender pulang terus malah di bawa kesini, NGERTI?!"ucap vender menunjuk Arsa.

"Ngerti paduka.."

"SATU LAGI! kenapa ajak vender kesini hah?! Vender mau pulang! dan tadi? apa? ketua? maksudnya apa? siapa ketua kalian? biar vender hajar!"

Mereka semua melotot terkejut saat alve mengatakan hal itu apa lagi.. seseorang yang di bicarakan alve, ada di belakangnya.

"Hm.. mau Hajar abang ya? boleh, nanti di rumah jangan di sini,"ucap seseorang di belakang.

Alve menoleh ke arah orang di belakangnya ternyata.. sial, itu Danuel, sebenarnya ada apa? Danuel ketua apa?

"ABANG!"

"Danuel ketua black wolf Al, hehe,"ucap Arsa nyengir tanpa perasaan berdosa.

____

Vote.
spam komen

AVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang