Chapter 26

390 23 0
                                    


Malam hari tiba kini zea dan juga rajash sudah mengucap janji suci dan di sah kan sebagai suami istri, alve ikut senang atas pelaksanaan hari ini namun benar dugaannya Daddynya tidak ada.

Dia mendekat pada bundanya kemudian menatap bundanya, alve ragu ingin bertanya namun dia harus bertanya.

"Bunda, kemana Daddy pergi?"tanya alve.

"Ada urusan, mungkin akan pulang 3 hari lagi."

"Urusan mengantar Alva ke pulau terpencil dan meninggalkan dia sendiri di sana, bukan?"ucap alve.

sontak semua orang yang mendengar itu termasuk rajash ikut terkejut, astaga. Dari mana anak ini tau tentang hal yang di sembunyikan itu?

"Maksudmu? bunda tidak mengerti apa yang kamu ucapkan,"ucap alesya pura pura tidak tau.

"Bunda? heh,"ucap alve tersenyum kecut melihat bundanya yang mencoba menutupi kebohongan itu.

"Aku tidak sebodoh itu bunda."ucap alve langsung pergi menjauh dari sana, lebih tepatnya pergi ke taman belakang.
  
"Dari mana dia mengetahui hal itu? apa ada yang memberi tahunya?"ucap alesya menatap seluruh anggota keluarganya.

"Tidak."kompak semuanya.

Sedangkan di sisi lain tepatnya di dalam pesawat seseorang yang duduk bersebelahan dengan pria paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya melihat ke luar jendela, dia mendengar apa yang di ucapkan oleh alve tadi.

"Alva, kenapa kau diam saja?"tanya aleskar.

"Lalu aku harus apa? apa aku harus kayang atau menakuti semua penumpang di sini?"ucap Alva.

"Ya sudah diam, lagi pula jika kau tinggal di pulau terpencil itu kau tidak bisa membunuh seseorang lagi. Sebenarnya kenapa kau selalu  membunuh seseorang tanpa alasan?"tanya aleskar.

"Jika aku bosan kenapa tidak menghabisi nyawa orang saja? lagi pula mereka yang merengek untuk di bunuh."

"Kau seperti iblis yang menyamar sebagai manusia."

Alva diam masa bodo Daddynya ingin berbicara apa, karena memang alasan Alva di bawa ke pulau terpencil itu karena aleskar tidak mau anaknya membunuh orang lagi.

Saat di Canada sudah lebih dari 40 orang yang meninggal gara gara Alva, memang sifat Alva ini kebalikan dari sifat alve, jika alve memiliki sifat lembut maka Alva akan memiliki sifat kejam.

Alasan aleskar memisahkan alve dan Alva karena takut Alva akan melukai alve, jika alva sudah marah dia tidak peduli siapa yang akan dia bunuh.

__

Kembali pada alve dia sedikit terkejut mendengar pembicaraan alva dan juga aleskar, Selama ini kembarannya adalah iblis.

"Aku terkejut Alva, kenapa kau begitu kejam?"ucap alve yang pasti bisa di dengar oleh alva.

"Diam Abang ada Daddy di sampingku."ucap Alva membisikan suaranya hingga nyaris tak terdengar.

"Ya baiklah."

Tiba tiba seseorang masuk kedalam siapa lagi kalau bukan Lucius, melihat anak kesayangannya ada Lucius langsung memeluk alve.

"Akhh ayah! kau ini kenapa? seperti kerasukan setan!!"ucap alve yang badannya di timpa oleh Lucius.

"Hanya merindukan mu, iblis kecil."

"YANG IBLIS ITU ALVAA BUKAN AKUU!!"teriak alve.

"Ya sudah kau malaikat saja, biar alva yang menjadi iblis."

"Tidak mau, aku mau jadi manusia saja."

"Bagaimana kalo menjadi iron man? Spiderman? betmen? atau.."

"DIAAMMM AYAHH AKU INI SEDANG NGAMBEK!"ucap alve.

"Ngambek ko bilang, emang ngambek kenapa?"tanya Lucius.

"Masa Daddy mau bawa Alva pergi jauh dari aku, padahal aku ini sebagai kembarannya tentu ga setuju!!"

Lucius menggeleng gelengkan kepalanya mendengarnya, ya memang sebenarnya apa yang di lakukan oleh aleskar ini sangat tidak berperikemanusiaan, tapi demi keamanan bersama harus melakukan hal ini.

"Itu sebuah hukuman karena kesalahan alva, Sudah jangan ngambek nanti kamu juga pasti ketemu dia lagi."

"Dalam waktu 10 tahun?"tanya alve.

"Tidak, jika Alva sudah berada di alam baka."

Alve menarik sudut bibirnya ke kiri melihat ayahnya yang ingin sekali rasanya alve hantam, tapi tidak nanti jika di hantam bisa mati alve.

"Ayah, aku punya tebak tebakan."ucap alve.

"Apa itu?"

"Darah manis segar dan darah pahit dari bangkai."

Lucius nampak berpikir dan kemudian, "Darah manis adalah keluarga dan darah pahit adalah musuhmu, bangkai itu artinya.. seseorang yang telah mati. Jika di singkat keluarga dan musuh kemudian seseorang yang meninggal."ucap Lucius.

"Dirgantara, Bimantara, untuk keluarga, dan zea untuk musuh, kemudian seseorang yang meninggal itu Abang Danuel?"

Lucius mengerti apa yang di ucapkan oleh alve sepertinya ini adalah sebuah teka teki, Lucius menatap alve kemudian dia mengangguk.

"Teka teki ini akhirnya.. Alve tau jawabannya!"

"Ayah juga tau!"

keduanya berlari keluar dari kamar alve mereka berdiri di tangga yang langsung bisa melihat ke arah zea dan rajash yang sedang duduk bersama.

dor!

Tembakan di lesatkan dan berhasil mengenai kepala zea, semuanya langsung menatap ke asal tembakan itu di lesatkan ternyata alve dan lucius.

"Permainannya belum selesai..,"ucap Lucius.

"Benar. Belum selesai,"lanjut alve.

keduanya berlari ke arah zea dan mendekat, ekspresi yang lainnya biasa saja karena sudah tau semuanya adalah permainan bahkan pernikahan ini adalah bagian permainannya.

Sebuah Batu kristal keluar dari kepala zea dan bersinar terang di atasnya, dengan pelan alve mengambil berlian itu kemudian menggenggamnya.

"Semuanya belum berakhir, jawaban sudah aku dapatkan sebelum mendapatkan 5 pita itu."ucap alve.

"Simpan berlian itu alve, pasti masih ada sesuatu yang belum terpecahkan."

"Permainan masih berlanjut, Siapkan posisi kalian semua. Kami bertiga yang akan bergerak!"instruksi dari Lucius, bertiga yang di maksud adalah alve, Lion dan dirinya.

Semuanya mengambil posisi masing masing yaitu tidur di kamar masing masing hingga esok pagi, menunggu instruksi kembali dari Lucius.

"Lion, kita harus membuat 'mereka' masuk ke dalam permainan."

"Baik ayah."

Jasad zea di biarkan begitu saja, sekarang mansion Bimantara Sudah mulai di penuhi kabut, permainan ini adalah permainan yang di buat untuk alve namun Lucius dan Lion andil untuk membantu alve.

Mereka hanya perlu menemukan dalang di balik permainan ini dan membawanya masuk kedalam permainan, setelah itu kalahkan lalu permainan akan menang.

"DI SINI!!"teriak seorang wanita dari arah pojok alve langsung berlari namun di tahan.

"Sebentar alve, Bukan dari sana asal suaranya. Itu hanya ilusi,"

"Ayah, aku tidak mengerti!"ucap alve.

"Diam jangan gegabah, ikut saja."ucap lion memperingati.

"Hihihihi!! aku di sini!! alve ayo kesini!"lagi lagi suara dari arah belakang alve dan alve langsung membalikan badannya.

"Bukan alve.. tenang,"

Astaga alve semakin di buat bingung, Dia sudah panas dingin berada di sana, Lion dan Lucius masih tetap seimbang, mereka berdua belum merasakan apa apa.

"ayah apa itu!!"teriak alve menunjuk 3 wanita di atas dengan pakaiannya yang sama.

"Bukan itu yang asli alve, yang asli masih bersembunyi."

__

Gatau aneh banget, anjir sorry.

btw vote, author benci orang yang ga vote cuma baca baca aja wkwk.

AVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang