'8

126 17 0
                                    




•~•~•~•~•~•~•~•

Kini Seno dan Raka tengah duduk di bawah payung kedai eskrim. Menyantap eskrimnya masing-masing.

"Thanks ya, Ka. Mintcho the best!" ucap Seno sambil tersenyum.

"Huek, rasa odol. Mending coklat." jawab Raka.

"Dih. Udah ah pulang yo." Raka segera berdiri dan menyalakan motornya. Seno langsung duduk di tumpangan belakang.














Mereka telah sampai di rumah Seno. "Thanks dah, Ka." ucap Seno.

"Eh, lo nanti minta tanda tangan siapa? Kalo ada apa apa hubungin gua ya." ucap Raka yang diangguki Seno.

Setelah nya Raka menancap gas motornya, dan Seno masuk ke dalam rumah.

"Seno pulang, Bun!" sapa Seno memasuki rumahnya. Kebetulan pintu rumah tidak dikunci.

"Ganti baju, habis ini masakin gua." ucap Jerico keluar dari kamar mandi dapur.

"Loh, bang? Kok udah pulang?" ucap Seno.

"Ya bagus lah. Ringan kerjaan gua." ucap Jerico sembari bermain ponselnya.

"Bunda mana, bang?" tanya Seno.

"Pulang, tapi larut malem."

Huft.

"Yaudah, aku keatas dulu, bang." ucap Seno yang dibalas deheman oleh Jerico.

Seno segera melepas seragamnya, ia mengeluarkan kertas yang harus ditanda tangani tadi.

"Haduh, semoga bunda pulang deh." monolognya.

___________________

Selesai Seno mandi dan bersih bersih lainnya, ia segera turun menuju dapur untuk membuat makanan yang Jerico minta.

"Jangan lama-lama, udah laper gua." ucap Jerico masih fokus pada ponselnya.

"Bentar lagi jadi."

Seno meletakkan nasi goreng di piring bersih dan segelas air, ia membawa nampan makanan tersebut ke meja makan.

"Thanks."

Seno kembali ke atas lalu merebahkan dirinya, menyalurkan rasa lelah pada kasur putih yang empuk dan nyaman.

"Tidur dulu kali ya, sambil nunggu bunda." monolognya, lalu ia memejamkan matanya pergi ke alam mimpi.




























Terasa sudah lama tidur, Seno bangun. Ia mulai mengecek jam dan terlihat jam dinding menunjuk angka satu, yang berarti satu malam.

"Duh, kok ke bablasan si tidurnya. Ck udah ah mau ga mau bangunin bunda." umpatnya sambil mengucek matanya dan mengambil kertas tugasnya.

Ceklek

Seno perlahan berjalan menuju kamar bundanya yang berada di ujung.

Mengetuk pelan pelan pintu tersebut, sekitar lima menit ia berdiri pintu tak kunjung dibuka oleh sang bunda.

Tok tok tok.

Pintu terbuka, tapi bukan pintu kamar yang ia ketuk. Melainkan pintu sebelahnya yang tak lain adalah pintu kamar Jerico.

VICTIMS OF WEALTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang