'18

131 17 2
                                    




•~•~•~•~•~•~•~•

Tiga bulan sisanya Seno hadapi lagi dengan kedua orang di rumahnya yang menurutnya sangat menguras tenaga, seperti sekarang Seno sedang menatap ponselnya dan mengetik.

Bang Jerico.

13.45

Bang, gua butuh uang buat sekolah.|

|Lagi? Baru minggu kemarin
lo terakhir minta Sen.

5 juta aja.|

|Gila ya, sebenernya sekolah lo
bayar terus ada apaan sih?

Ada lah bang, buat buku seragam|
juga.

|Udh gua kirim, ke rek Bunda
biar bunda tau lo minta gua trs.

Gitu? oke thanks bang.|

"Belum tau aja Bang, Bang." monolog Seno melempar ponselnya kembali ke kasur dan menuju meja belajarnya.

Seno sudah berharap Jerico segera pulang karna bulan ini adalah bulan terakhir Jerico berada di Busan. Ia sungguh sudah lelah dan muak dengan apa yang berada di rumah ini. Perut Seno mulai merasa lapar, ia bergegas menuju ke dapur dan melihat Dina sedang duduk di depan tv dengan kekasihnya.

"Jerico udah kirim uang ya, No? Kok dikit kamu mintanya ga bener, ya?" tanya Dina melirik Seno yang sedang melihat isi rak.

"Cuma ada segitu, syukurin aja." ucap Seno menhambil piring serta beberapa snack.

Srak!

Bima dari arah belakang menarik rambut Seno hingga Seno jatuh terduduk di lantai dapur. "Minimal minta yang banyak lah, lima juta buat apaan." ucap Bima menatap Seno sinis.

"Ahk, emang lo ga punya duit huh?" ucap Seno yang diberi tamparan oleh Bima.

"Bacot." ucap Bima sambil menendang kepala Seno dan pergi menuju kamar Jerico.

Bangsat, dia mau ngapain di kamar bang Jer.

Seno yang curiga dengan gerak gerik Bima pun menyusul ke kamar Jerico, ia sangat geram begitu Bima membuka lemari pribadi Jerico yang memiliki beberapa barang peninggalan ayah juga barang berharga milik Jerico lainnya.

"LO, PERGI GA!" ucap Seno berusaha menarik baju Bima, namun tenaga Bima lebih kuat membuat Seno sendiri yang jatuh.

Bima mulai menyentuh barang barang di lemari tersebut, salah satunya adalah jam tangan yang di duga adalah hadiah dari ayah kandung Seno untuk Jerico.

"Mahal nih, kaya ga pernah di pake juga. Gua ambil, ya?" ucap Bima dengan senyum remehnya sambil melihat lihat jam tangan tersebut.

Seno yang melihat itu menggeleng hebat dan mencekal tangan Bima agar dikembalikannya barang itu, Bima berusaha melepaskan cengkraman Seno, namun menghasilkan bahwa jam tangan tersebut terlempat ke arah ujung kasur.

Mata Seno terbelalak melihat jam tangan tersebut terpecah belah karna menumbuk pinggiran kasur, jam khas dengan warna hitam dan gayanya yang sangat formal hancur begitu saja.

VICTIMS OF WEALTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang