'15

124 17 1
                                    




•~•~•~•~•~•~•~•

"Aku pulang!" suara Jerico yang menggelegar memenuhi ruangan.

Hening seketika kala Jerico melihat kekasih Dina berdiri di depan Seno yang terduduk sambil memegangi lehernya serta air mata yang menetes.

"Bim? Lo ngapain disini? Seno kenapa?" tanya Jerico berturut turut pada mereka yang berada disana.

"Eh anu, gua nyari lo tadi." ucap Bima sambil mendekat ke Jerico.

"Tapi buat apa? Urusan udah kelar dan gua juga udah bilang mau berangkat ke Busan lagi."

"Ya gua cuma pengen ketemu aja, sambil ngobrol." ucap Bima sambil merangkul Jerico.

"Iya Jer, dia nyariin kamu." ucap Dina tersenyum.

BUAGH!

BUAGH!

BUAGH!

Semua orang yang melihat terkejut, tanpa disadari Seno sudah bangun dari duduk nya dan melayangkan tiga pukulan di wajah Bima. Dengan sigap Jerico menarik rambut Seno dan melemparnya ke sofa.

"Lo apa apaan?" emosi Jerico sudah naik, ia baru pulang namun sudah disuguhi keributan di rumahnya sendiri.

"Bang, dia mau jadi-" ucap Seno tertahan ketika Bima kembali meninju wajah Seno.

"Wah Bim, lo?" ucap Jerico.

"Gausah dengerin adek lo, lo tau kan gua paling ga seneng di tonjok? Apalagi tanpa alasan yang jelas?" ucap Bima.

"Tapi, okelah kalo gitu. Lo balik aja mending." suruh Jerico sebelum ia menutup pintunya.

"Seno, gua capek habis pulang kerja. Lo mau bikin gua tambah capek?" ucap Jerico sembari meremat rambut Seno kuat.

Hidung Seno kembali mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Terlebih lagi lebam di dekat bibirnya sangat membiru.

Tidak di duga, Seno menepis tangan Jerico dan kembali ke kamarnya. Jerico yang tidak terima hanya memanggil manggil Seno yang tak akan kembali.

"Udah Jer, adek mu lagi badmood kayanya." ucap Dina mengelus pundak sang anak pertamanya.

"Iya Bun. Aku istirahat dulu." ucap Jerico yang dibalas senyuman serta anggukan dari Dina.

Jerico lantas merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit langit kamarnya serta menghela nafas berat. Ia sungguh lelah dengan keadaannya sekarang. Ditambah ia bingung apa yang harus ia lakukan.

Ditengah ia sedang larut pada pikirannya, ia merasakan ponsel nya bergetar getar seperti ada yang mengirim pesan.

Lalu Jerico membuka ponselnya, benar saja ada seseorang yang mengirim pesan.

"Raka? Eh bukan deng, hapenya kan dibawa sama kang bully ya?" monolognya sambil membaca pesan pesan yang Raka, ah ralat Ethan kirim.

Raka

23.45

|Kirim duit lah jing.

VICTIMS OF WEALTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang