18; guardian angel

76 27 7
                                    

Memasuki gedung, Mara dibuat ternganga sebab ternyata ruangan itu sudah dipenuhi oleh banyak orang. Mara pikir, dia tidak akan menemukan pengunjung sebanyak ini sebab sekarang adalah weekday dan jam masih menunjukkan pukul dua siang.

"Rame banget, gue kira masih sepi." Mara mensejajarkan langkahnya dengan langkah Atta.

"Karena pameran kali ini nampilin banyak karya seni, gak cuma sebatas fotografi aja." Atta menjelaskan singkat.

Mara mengangguk paham, kembali mengedarkan pandangannya pada tiap sudut ruangan. Matanya dapat menangkap berbagai karya seni yang terpanjang, seperti lukisan, patung, keramik, dan masih banyak lagi.

"Halo, Mas Auriga, ya?" Langkah Mara dan Atta terhenti sebab ada beberapa orang yang menghampiri mereka.

"Iya?" Atta menjawab dengan nada sedikit bingung, namun tetap terselip senyum tipis di bibirnya.

Salah seorang perempuan di gerombolan itu memperkenalkan diri sebagai wartawan dan meminta waktu Atta untuk wawancara. Mara memahami itu, lalu dengan gerakan tak kentara, Mara sedikit menarik ujung baju Atta dan memberinya kode bahwa dia akan melipir untuk memberi Atta waktu untuk melakukan wawancara.

Mara berjalan perlahan menuju sebuah patung berbentuk sebuah pulau, dan ketika berhasil mendekat, Mara menyadari bahwa itu adalah Pulau Kalimantan. Patung yang menempel di dinding itu dibuat dari rotan yang dianyam dengan apik, sehingga menghasilkan sebuah karya seni yang menurut Mara sangat indah.

"The Lowland Origins, 2014," eja Mara pada tulisan di bawah patung itu.

"Ini salah satu karya seniman Indonesia, namanya Joko Avianto." Muncul suara di samping Mara.

Mara menolehkan kepalanya, dan mendapati Galuh sedang berdiri di sana. "Galuh!" Mara tersenyum menyapa.

"Halo, Mara." Galuh maju sedikit, memeluk Mara sekilas.

"Lo yang handle acara ini?" Tanya Mara.

"Nope, kali ini gue cuma jadi pengunjung, sama kayak lo."

"Oh... I see." Mara mengangguk paham, "kalau gitu, tolong jelasin tiap karya seni yang ada di sini, dong?"

"Ya nggak tiap karya seni juga dong, Ra. Bisa-bisa berbusa mulut gue."

Mara terkekeh mendengar jawaban Galuh, "ya udah, yang ini aja!" Tunjuk Mara pada anyaman rotan di hadapannya.

Galuh mengangguk singkat, "seperti yang gue bilang tadi, ini karya Joko Avianto, salah satu seniman di Indonesia. Karya beliau kebanyakan media utamanya adalah bambu. Kalau yang ini, judulnya adalah The Lowland Origins, sesuai sama tulisan di bawahnya."

"Anyaman rotan itu dibuat menyerupai Pulau Kalimantan, dengan mengangkat isu nasionalisme. Karena Pulau Kalimantan tuh berperan besar dalam perdagangan di Indonesia, tapi sayangnya terlalu berlebihan dalam mengeksploitasi alamnya."

"Wow, maknanya bisa sedalam itu, ya." Mara berdecak kagum.

"Itulah indahnya seni, selalu ada makna mendalam dari tiap karya seni yang dihasilkan sama setiap seniman."

"Keren!" Seru Mara.

Galuh terkekeh melihat keantusiasan Mara dalam menanggapinya, gemas sebab ekspresi yang dikeluarkan sangat lucu.

"Lo kesini sama siapa, Ra?" Galuh mengalihkan topik pembicaraan.

"Sama Atta, tapi dia tadi lagi wawancara."

Galuh mengernyit, "wawancara apaan?"

"Itu, sama wartawan," Mara menunjuk sekumpulan orang yang mengelilingi Atta.

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang