16; a joy

107 30 14
                                    

Dengan napas masih terengah, Mara memutuskan untuk duduk di bawah pohon kelapa. Tawanya kembali muncul saat matanya menangkap Helga berlari menjauhi Ren sebab Ren terus berusaha menceburkan Helga ke dalam air.

Tadi Mara juga bermain bersama Ren dan Helga. Mara—yang tentu saja dihasut oleh Helga, bekerjasama untuk menceburkan Ren ke dalam air. Walau keduanya sudah bekerjasama, mereka tetap gagal membawa Ren ke dalam air karena perbedaan ukuran fisik yang cukup jauh. Ren yang besar dan menjulang tinggi terlalu sulit untuk ditangani oleh Mara dan Helga yang mempunyai porsi badan mungil.

Karena merasakan kakinya tidak bisa diajak berkompromi terlalu lama, Mara akhirnya memutuskan untuk duduk dan meninggalkan mereka berdua. Akibatnya, sekarang Helga yang harus menghadapi Ren seorang diri.

Mara lagi-lagi dibuat terpingkal oleh Helga yang lengannya ditarik oleh Ren. Helga dengan heboh memohon untuk dilepaskan, namun tentu saja, Ren hanya menganggap itu angin lalu.

"Seneng bener liat mereka," muncul suara Atta menginterupsi.

Mara menoleh, menemukan Atta yang duduk di sampingnya. "Mereka lucu!"

"Lucu dari mana sering berantem gitu," ujar Atta heran.

"Lucu tau, trope mereka tuh kayak enemy to lovers."

"Yah, kebanyakan fiksi lo." Nada suara Atta agak mengejek.

"Wah, character development, nih. Lo udah mulai bisa ngejekin gue." Mara membalas bercanda.

Atta yang dikatai begitu oleh Mara cuma bisa terkekeh ringan, merasa lucu mendengar candaan yang dilontarkan Mara.

Mara sendiri kembali mengalihkan pandangannya ke laut di depannya, dan menemukan bahwa Ren dan Helga sedang berlari-larian menjauhi tempat dimana dirinya dan Atta berada.

Memejamkan mata, Mara menarik napasnya dalam-dalam untuk merasakan udara pantai yang sedikit panas. Walau merasakan beberapa bagian tubuhnya lengket karena cipratan air laut dan kotor karena pasir, Mara merasa sangat senang. Dadanya terasa penuh sebab kegembiraan yang dia rasakan begitu membuncah.

Mara sudah pernah bilang, sejak kecil, dia tidak memiliki teman yang bisa dijadikannya teman dekat. Mara baru mempunyai teman dekat ketika dia memasuki bangku kuliah. Itu pun hanya satu orang, lalu bertambah dua sebab Yoana berpacaran dengan Jemian yang membuat Mara lama-kelamaan akrab dengannya.

Mara tidak pernah pergi bermain atau berlibur dengan teman selain Yoana dan Jemian. Lalu sekarang, mendapati dirinya pergi bermain dengan orang selain mereka berdua, Mara merasakan kegembiraan menguar dari dirinya.

Rasanya sedikit bangga pada diri sendiri, sebab akhirnya dia bisa keluar dari zona nyaman yang dia jaga selama ini.

"Mau ikut gak?" Suara Atta memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kemana?"

"Gue tadi jalan kesana dan liat ada kayak sungai kecil gitu, kali aja lo pengen liat."

"Mau!" Mara berseru antusias, "jauh nggak?"

"Enggak, kok. Cuma jalan lima menit juga sampek."

Mara mengangguk, lalu beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah Atta untuk menuju ke sungai yang diceritakannya.

Dan memang tidak butuh waktu lama, hanya jalan beberapa menit mereka sudah sampai di sungai itu. Mara berjalan pelan menuju pinggiran sungai, mencelupkan kakinya ke dalam air dan langsung merasakan kesejukan melingkupinya.

"Sumpah, badan gue langsung adem." Kata Mara sambil sibuk membasuh lengannya.

"Sekalian nyemplung, biar adem sebadan." Atta mengikuti Mara untuk mencelupkan kakinya ke air.

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang