O1; first meet

229 38 15
                                    

Hujan turun lumayan deras saat Mara berjalan dengan buru-buru di koridor Fakultas Psikologi. Tangan kirinya menenteng totebag berisi berkas skripsi, sedangkan tangan yang lain sibuk memeriksa ponsel berkali-kali; memastikan bahwa dosen pembimbingnya masih berada di ruangan dan belum pergi untuk agenda lain.

Mara berdecak pelan, pasalnya lift sudah penuh. Tanpa berpikir panjang, Mara memutuskan untuk menaiki tangga menuju lantai tiga. Baru sampai di lantai dua Mara sudah terengah-engah, dadanya seperti terbakar dan lututnya terasa lemas. Mara istirahat sebentar, sekadar tarik napas dengan benar supaya pernapasannya kembali lega. Setelah dirasa mendingan, Mara melanjutkan larinya menuju lantai tiga.

Sampai di lantai tiga, Mara bergegas menuju ruangan dosen pembimbingnya. Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengetuk pintu.

"Permisi, selamat pagi, Bu." Sapa Mara sopan.

Yang disapa menoleh, menjawab sapaan Mara dengan senyum sebelum mempersilahkan Mara duduk.

"Gimana Mara? Sudah selesai pengambilan datanya?" Tanya Bu Rahayu mengawali bimbingan pagi itu.

"Sudah, Bu." Jawab Mara sambil memberikan berkas kuesioner dan tabulasi data.

Memasang kacamata bacanya, Bu Rahayu langsung memeriksa berkas yang diberikan Mara. Kepalanya mengangguk-angguk sambil tangannya menandai entah apa di berkas itu. Mara yang melihat cuma bisa was-was.

"Dilihat sekilas, jawaban yang diberikan responden bervariasi dan ini oke. Habis ini kamu bisa lanjutin olah data dan langsung kerjakan bab empat dan lima." Bu Rahayu menyerahkan berkas itu kepada Mara.

Mara tersenyum, "serius, Bu?"

"Iya dong, masa enggak." Jawab Bu Rahayu, "saya kasih waktu seminggu buat ngerjain semuanya, bisa?"

Mara tertegun, "seminggu doang, Bu?"

"Kamu maunya berapa lama? Lagian Mara, emang kamu gak mau kejar sidang awal bulan depan? Kan lebih cepat lebih baik." Ucap Bu Rahayu sambil sibuk menulis sesuatu.

"Ya mau sih, Bu. Cuma kalau waktunya cuma satu minggu bisa-bisa saya tipes ngerjainnya." Seloroh Mara hiperbola.

"Lebay kamu. Udah sana kamu pulang, kerjain itu dan bawa ke saya minggu depan." Putus Bu Rahayu final.

Mara menghela napas pelan, tak bisa membantah ucapan Bu Rahayu. Dia segera memasukkan berkas skripsinya ke dalam totebag dan pamit pulang kepada Bu Rahayu.

Mara berjalan terseok-seok menuju lift. Dia merasa senang dan bingung di saat bersamaan. Senang karena sudah acc, dan bingung bagaimana menyelesaikan olah data, bab empat sekaligus bab lima dalam waktu satu minggu.

Sampai di koridor, ternyata hujan sudah cukup reda, tinggal rintik gerimis yang tersisa. Mara melanjutkan langkahnya di bawah rintik gerimis menuju halte kampus. Dia memutuskan untuk naik bus sebab ingin tiba lebih lama di kosannya.

Tiba di halte, ponsel Mara bergetar. Mara mengeluarkan ponselnya dari sakunya dan mendapati ada pesan dari ibunya. Dilihatnya si ibu mengirimkan berkas berupa pdf. Mara langsung membuka berkas itu dan dibuat tertegun.

"Ini maksudnya apa, sih?" Tanpa pikir panjang Mara menelepon ibunya. Bukannya diangkat, ibunya malah menolak panggilan itu.

Mara langsung mengirim pesan kepada ibunya, dan tak butuh lama pesannya langsung dijawab.

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang