O3; bus stop

137 31 15
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak terakhir kali bimbingan Mara dengan Bu Rahayu, dan sekarang Mara sudah berada di depan ruangan Bu Rahayu lagi untuk mengantre bimbingan. Mara terus memainkan jari-jarinya karena merasa gugup dan tidak yakin dengan apa yang dia tulis pada skripsinya. Seminggu mengerjakan olah data dan menulis bab empat serta bab lima dengan masalah orang tuanya, Mara merasa sangat tertekan. Kebanyakan ia menjadi tidak fokus yang berujung pada ketidakjelasannya dalam menulis dan menyusun kata.

Mara menghela napas berkali-kali, mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Toh kalau salah, hanya tinggal revisi saja.

Mara menegakkan punggungnya ketika pintu terbuka dan orang yang baru keluar mempersilahkan Mara untuk masuk.

"Oke, lo pasti bisa, Ra." Gumam Mara mencoba menyemangati diri sendiri.

"Selamat siang, Bu Rahayu." Sapa Mara begitu memasuki ruangan.

"Siang. Duduk dulu, Mara. Saya mau terima telfon sebentar." Jawab Bu Rahayu, lalu begitu saja beliau melenggang pergi.

Mara cuma bisa tersenyum menanggapi. Lagi-lagi dia harus menunggu. "Jantung gue kayak mau meledak, padahal cuma bimbingan doang." Gerutu Mara sambil memukul dada kirinya.

"Kalem, Asmara. You've done this dozens of times."

Tak lama, pintu kembali terbuka dan menampilkan Bu Rahayu. Beliau langsung duduk dan mengambil berkas skripsi Mara.

"Bisa kan selesai seminggu?" Tanya Bu Rahayu sambil membaca berkas skripsi Mara, tak lupa tangan kanannya memegang pena sambil menandai entah apa.

"Bisa tapi tipes, Bu." Canda Mara.

"Heh, beneran?" Bu Rahayu mendongakkan kepalanya, menatap Mara.

"Enggak, Bu. Becanda saya." Mara nyengir, "saya kuat, mana ada tipes."

Bu Rahayu mendengus pelan, "bisa aja becanda segala."

"Jadi kesimpulan skripsimu, variabel bebas satu dan dua mempengaruhi variabel terikat?" Tanya Bu Rahayu.

"Iya, Bu."

Bu Rahayu menganggukkan kepalanya, "ini sub-bab pembahasan, tapi pembahasanmu masih kurang mendalam. Kamu harusnya cantumkan jurnal pendukung lebih banyak, lalu kamu bandingkan dengan hasil penelitianmu. Kamu juga bisa kaitkan dengan teori-teori tokoh untuk membahas lebih lanjut mengenai hasil, atau bisa juga kamu bahas kendalamu selama melakukan penelitian."

"Untuk jurnal, harus sesuai dengan jurnal pendukung di bab satu, Bu?"

"Wajibnya sesuai dengan jurnal pendukung di bab satu. Tapi kalau kamu mau tambah jurnal lain, boleh juga. Jadi pembahasanmu semakin kaya."

Mara mengangguk, "baik, Bu. Nanti akan saya tambahkan.

"Dan Mara, ada kalimat-kalimat yang menurut saya kurang pas; rancu. Saya juga nemu banyak typo. Padahal selama ini, saya gak pernah nemu typo di tulisanmu lebih dari lima. Ini bisa banyak banget, saya sampek kehilangan hitungan saking banyaknya." Lanjut Bu Rahayu.

"Maaf, Bu. Saya agak kurang fokus ngerjainnya." Mara meringis.

"Kurang fokus kenapa? Putus cinta?" Gurau Bu Rahayu.

Mara membantah halus, dan mencoba mengalihkan pembicaraan. "Untuk olah data, gimana Bu? Sudah sesuai belum, ya?"

"Loh, kalau untuk olah data, tanyakan ke dirimu sendiri dong. Kan kamu yang mengolah dari data mentah sampai datanya matang dan kamu ubah jadi kalimat-kalimat panjang di pembahasan. Sudah bener belum kamu mengerjakannya?"

"Saya sih yakin bener, Bu." Jawab Mara.

"Bener yakin? Berapa persen keyakinanmu?"

"Sembilan puluh sembilan koma sembilan sembilan persen." Gurau Mara.

IndestructibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang