Bab XXII

130 23 2
                                    

Selamat membaca

"Kakak!" Sebuah panggilan antusias dari anak perempuan berusia sebelas tahun itu menyapa indera pendengaran wanita yang kerap disapa Miss tersebut.

Jieun menoleh, mendapati Nara yang baru saja pulang dari sekolahnya sembari berjalan kaki, dengan tas yang menggantung di punggung sempitnya itu. Senyuman manis mengembang indah di wajah sang adik, kakinya melangkah dengan girang memasuki pekarangan rumah, sembari memegang selembar kertas yang bercoretkan gambaran Nara sekaligus dengan nilainya.

"Oh! Nara-ya~!" Jieun berlari kecil untuk menyambut adik bungsunya itu, melebarkan kedua tangannya, lantas langsung membawa Nara ke dalam sebuah pelukan hangat. Wanita berusia dua puluh empat tahun itu menggendong tubuh mungil sang adik, lantas dengan raut wajah yang begitu bahagia, Jieun 'menyerang' Nara dengan ciuman pelesas rindu.

"Kakak, kapan pulang? Kenapa tidak memberitahu Nara dulu?" tanya Nara dengan wajah polosnya, kedua tangan mungilnya itu mengapit ke leher jenjang sang kakak.

Jieun tertawa kecil, lantas mempoutkan bibirnya, "surprise!" jawabnya singkat.

Nara lagi-lagi tertawa, kakinya bergoyang-goyang pelan di gendongan Jieun, lalu semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Nara rindu sekali," gumamnya.

"Kakak juga, Sayang. Sangat rindu dengan kalian semua." Jieun mengusap-usap rambut adiknya yang dikepang lucu.

"Ya, Lee Nara! Kakakmu sedang sakit, jangan minta digendong terus!" Teriakan dari dalam rumah langsung menginterupsi aktivitas kakak beradik itu.

Mendengar sang ibu yang marah, Nara langsung meminta diturunkan, tetapi Jieun menolak, membiarkan dirinya menggendong Nara lebih lama.

Wajahnya tiba-tiba berubah khawatir, lantas tangannya bergerak untuk memeriksa suhu sang kakak dengan punggung tangannya.

"Panas," lirihnya. Bibirnya mengerucut sedih, sekaligus pipinya yang bulat, menambah kesan menggemaskan. Jieun rasanya ingin tertawa, dan mencubit pipi saudara kecilnya ini. Akan tetapi, melihat Nara yang benar-benar sangat khawatir akan kondisi Jieun dan nyaris menangis, akhirnya membuat Jieun batal dengan niatnya.

"Ayo masuk, cuaca sedang panas!" Panggil Sohee lagi.

"Aku mau turun, Kak," ujar Nara. Lantas, tanpa menolak lagi, Jieun menurunkannya, mengusap pelan pipi gembul Nara, lantas mengulurkan tangannya untuk Nara genggam.

Namun, Nara tak menggenggam uluran tangan itu. Justru malah memberikan kertas gambar yang ia pegang sejak tadi. Jieun mengambilnya, dan melihat gambaran Nara.

Ternyata, bocah itu menggambar sebuah rumah, lengkap dengan anggota keluarganya. Jieun membaca nama-nama yang tertulis di sana.

Ayah, Kak Eungyol, Lee Nara, Kak Jieun, Ibu.

Lalu, di bawa gambar itu, tertulis sebuah paragraf.

Aku sangat sayang pada keluargaku, aku harap mereka sehat selalu, dan khususnya kak Jieun, aku harap kak Jieun segera pulang dan berkumpul kembali bersama kami, jangan bekerja terlalu keras, dan jangan menyimpan masalah sendiri, ada kami yang setia menunggu kakak pulang.

Jieun tertawa lepas, matanya mulai berair, kalimat yang Nara tuliskan begitu menyentuh hatinya. Tak Jieun sangka, jika Nara begitu dewasa di usianya yang masih kecil.

My Sweet ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang