Bab XXX

228 25 13
                                    

Happy reading

FLASHBACK
[YOONGI'S POV]

Selasa merupakan hari sibuk lainnya yang harus Yoongi jalani. Meskipun pasien tak sepadat di senin, rumah sakit lebih lengang, namun bukan berarti pasien Yoongi berkurang drastis, justru hari ini sudah menunggu delapan pasien.

Siangnya, laki-laki berkulit putih pucat itu sudah berada di kantin rumah sakit. Sepanjang pagi memeriksa pasien, membuatnya kelelahan juga lapar.

Yoongi menyantap makan siangnya dengan rakus, menikmati makanan penuh protein dengan khidmat. Lantas buru-buru menenggak air putih tatkala merasa jika tenggorokannya tercekat oleh makanan.

Ia bersendawa kencang yang menarik banyak atensi, membuatnya nyaris mati karena merasa malu. Hari ini, dokter tampan itu bersikap serampangan.

Pemuda bermarga Min itu meminta maaf dari tempatnya karena sendawa yang memalukan itu. Telinganya memerah, juga wajahnya terasa panas. Sembari menarik senyum tipis, Yoongi pun mengusap wajahnya.

Makan siang sudah habis, dan sekarang perutnya terasa begah, Yoongi ingin sekali berlari dari sana sekarang juga, tapi tidak bisa, sebab ia perlu membiarkan nasinya turun dulu ke lambung, atau jika tidak, Yoongi akan muntah jika langsung berlari dalam kondisi seperti itu. Jadilah ia, berdiam diri dulu di mejanya sembari sok fokus pada ponsel.

Bunyi kursi yang diseret menarik atensi dokter gigi itu, seorang wanita sudah duduk di depannya.

Hera dengan makan siang miliknya tersenyum kepada Yoongi. Pemuda itu sedikit terkejut, ia mengira bahwa Hera tak masuk kerja hari ini sebab tak menghampiri Yoongi dengan secangkir kopi seperti biasa. Ternyata tidak, Hera masuk hari ini.

"Maaf tak mengantarkan kopi hari ini, Dok. Sebab pekerjaan saya banyak sekali, sehingga tak ada waktu luang." Rupanya, Hera langsung menjelaskan pertanyaan yang tak pernah Yoongi ucapkan secara gamblang.

Dokter gigi itu mengangguk kecil, lantas fokus kembali pada ponselnya. Dan Hera pun mulai menyantap makan siang.

Sekilas, Yoongi melihat perawat cantik itu meletakkan ponsel miliknya di atas meja, yang membuat layar ponselnya menyala, menampilkan wallpaper yang bergambarkan dua wanita cantik tengah selfie.

Meskipun dalam kondisi terbalik, Yoongi bisa tau dengan jelas, siapa wanita itu, siapa lagi kalau bukan Jieun? Detik itu juga, Yoongi baru teringat tentang tempo hari, bahwasanya dua wanita cantik itu memang bersahabat.

"Itu sahabatmu yang kemarin? Di wallpapermu itu?" Tak biasanya, Yoongi yang memulai percakapan.

Dari sudut pandang Hera, itu merupakan kemajuan yang signifikan. Yoongi mau memulai percakapan dengannya setelah selama ini, Hera lah yang memulai.

Wanita itu mengangguk antusias, "aku sudah memperkenalkannya pada Dokter, tempo hari, ingat?"

Dalam hati, Yoongi berkata. Bahkan aku sudah mengenalnya sebelum kau memperkenalkan ia.

"Iya."

"Jieun itu seorang guru bahasa Inggris, kami seumuran, dan bersahabat sejak kecil, karena berasal dari kampung yang sama, yaitu Daegu. Kami selalu bersekolah di tempat yang sama sejak SD, yang membuat kami begitu akrab, hubungan kami tak hanya teman, tapi sudah seperti saudara. Bahkan, kami mengadu nasib ke Seoul pun bersama." Wanita bermarga Kim itu mulai menceritakan kisah mereka, dengan senyum yang terpatri sembari mengingat kenangan indah mereka kembali.

Yoongi tersenyum, "kalian benar-benar akrab ternyata."

"Jauh lebih akrab, Dok. Tapi sekarang, sepertinya hubungan kami tak seakrab dulu." Wajah Hera terlihat sedih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang