Bab IV

213 33 14
                                    

Info sedikit.

Jadi Jwnodles punya akun IG dengan username yang sama, di situ aku akan berinteraksi dengan kalian dan diskusi tentang cerita-cerita on going di Wattpad aku.

So, kalian jika mau, bisa follow IG aku ya.

Id: @Jwnodles

Tmi, akun Wattpad ini adalah yg kedua. Yang pertama tidak bisa login, karena lupa sandi. Jadi, bisa kalian follow juga, ada beberapa cerita yang sudah tamat di sana. Silahkan dikepoin.

Jwnodles

~Selamat membaca~

Ini adalah hari terakhir ujian untuk para murid, pukul dua siang itu Jieun dan beberapa guru lainnya juga ikut pulang bersamaan dengan anak-anak. Lingkungan sekolah sangat ramai, karena semuanya berangsur-angsur pulang. Membuat halaman sekolah menjadi sesak oleh para murid.

Ada yang menunggu di halte bus, ada yang pulang dengan berjalan kaki ataupun bersepeda, ada pula yang bahkan dijemput oleh keluarganya.

Langkah kaki Jieun terhenti tatkala melihat sebuah mobil terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Seorang pria dengan jas putihnya berdiri di samping mobil tersebut, lantas seorang murid laki-laki yang Jieun kenal menghampiri sang pria.

Jieun juga mengenali laki-laki itu, dia adalah seorang gentleman yang Jieun idolakan. Hatinya berdebar tak karuan ketika melihat senyuman pria itu yang ditujukan untuk anak laki-laki di depannya. Jieun hanya menatap beberapa saat, kemudian ia teringat akan payung di tempo hari, membuat langkah kakinya mendekati ke dua laki-laki tersebut.

"Permisi," sapa Jieun yang menarik atensi dua pria yang sedang berbincang.

Laki-laki dengan seragam sekolahnya berbalik ketika mendengar suara yang sangat familiar. "Oh, Miss. Ada yang perlu saya bantu?" tanyanya sopan.

Jieun tersenyum, lantas menggeleng pelan pada anak kelasnya--Jieun wali kelasnya--. "Tidak, Min Johyuk. Aku hanya ingin berbicara dengan ...." Jieun tidak tahu hubungan keduanya.

"Ah, dia pamanku, Miss." Johyuk memberitahu.

Jieun mengangguk, "iya, aku ingin berbicara dengannya." Jieun tersenyum canggung menatap kepada sang pria yang sedari tadi diam.

"Masuk ke mobil, Johyuk," perintah pamannya itu.

"Maaf jika aku mengganggu, tapi aku ingin memberitahumu sesuatu. Kau ingat, aku wanita yang kau berikan payung waktu itu? Aku belum mengembalikannya, tapi sekarang aku belum membawa payung itu. Bisakah kita bertemu besok, bukan untuk hal lain, hanya ingin mengembalikan payungmu saja," jelas Jieun sesaat setelah Johyuk masuk ke mobil. Dengan nada yang sedikit ragu. Dalam hati ia mengumpat, 'mengajak bertemu pada pria asing? Astaga, Jieun, mulutmu sungguh tidak bisa dikontrol!'

Laki-laki itu diam, tak merespon, melainkan ia malah membuka dompetnya. Sebuah kartu tanda pengenal ia berikan pada Jieun.

Jieun menerimanya dengan menahan malu. Sepertinya, tawaran Jieun baru saja ditolak. Rasanya ingin menghilang saat itu juga.

"Aku sibuk. Jika mau, kau bisa datang di alamat yang tertera di sana," ucapnya, lantas menunduk sedikit, tanda pamit. Laki-laki itu kemudian masuk ke mobilnya.

My Sweet ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang