Bab XV

158 27 1
                                    



Happy reading

****

"Kau punya rencana apa minggu nanti?" Jane bertanya pada Jieun.

Yang ditanyai tak lantas menjawab, justru menenggak secangkir es teh dahulu sebab kerongkongannya terasa tercekat oleh makanan yang ia telan.

Mereka memang sedang berada di kantin, waktu jam makan siang. Seperti biasa. Menu kali ini adalah ayam goreng dengan sup sayur, juga goreng tahu dan tempe sebagai pelengkap.

(Buset, menunya lokal amat. Gak papa lah ya, orang Korea juga manusia)--skip--

"Jadwalku kosong sepertinya, kenapa?" Jieun membalas.

Jane tersenyum riang, "nah, bagaimana kalau kita shopping? Sudah lama kita tidak hang out berdua!" Jane antusias sekali.

Tak perlu pikir panjang, Jieun langsung mengiyakan. Jika Minggu lalu ia harus berhemat, maka Minggu ini ia bisa sedikit menghamburkan uangnya. Mereka sudah gajian, dan tentunya itu pertanda baik.

Hidup hanya sekali, maka nikmatilah hasil kerja kerasmu.

"Okeyy, pukul sembilan pagi, dan aku akan ke rumahmu. Berjanjilah agar tepat waktu, Jie. Saat aku sampai kau harus sudah siap, agar tak menghabiskan waktu." Jane berkata dengan serius.

Jieun membalas dengan membuat ekspresi lucu, seraya tangannya membentuk huruf o.

"Gabung, boleh?" Sebuah suara khas menyapa rungu keduanya, sehingga wanita itu menatap ke sumber suara.

Tanpa menunggu jawaban, Jimin sudah lebih dulu menarik kursi untuk duduk di samping Jieun. Keduanya tak terkejut, dan membiarkan guru olahraga itu ikut bergabung.

"Hari ini panas sekali," celetuk Jimin membuka percakapan.

Jane mengangguk setuju, cuaca sekarang sulit ditebak, terkadang hujan lebat, dan tak jarang terik matahari juga menyengat tanpa henti, membuat manusia seperti terbakar jika berada di luar ruangan.

"Jangan lupa pakai sunblock, guys, biar tidak gosong," sahut Jieun.

"Tentu saja. Terutama aku si guru olahraga," balas Jimin dengan kekehan.

"Bagus. Tapi ku lihat, wajahmu tidak terlalu berkeringat, biasanya pelajaranmu selalu di luar lapangan. Apa tadi kau tidak mengajar?" Jane mencomot topik lain. Guru matematika itu sudah beradaptasi, dan sudah tak canggung untuk berbicara ringan dengan pemuda itu. Ini berkat Jieun juga yang selalu menyemangati Jane agar memiliki nyali yang besar.

"Aku mengajar. Cuma bedanya, kami tak berolahraga, dan hanya mengerjakan task di kelas saja. Cuaca seperti ini, aku rasa para murid juga tak akan senang jika aku memaksa untuk tetap berolahraga," jelas Jimin dengan menatap dalam kepada Jane yang duduk dihadapan mereka.

Jane tersenyum, membalas tatapan pemuda itu, "kau benar."

Saat berbicara, Jimin memang cenderung menatap mata lawan bicaranya.

Hanya lima menit saja, sebab Jane sudah tak sanggup, jantungnya mendadak berpacu lebih cepat. Jieun mengulum bibirnya, menahan tawa melihat Jane yang salah tingkah.

"Ah, sial. Kenapa selalu ada kentang di dalam sup? Aku lelah membuangnya terus," kesal Jieun sembari memisahkan kentang itu dari piringnya. Jieun memang tidak suka dengan olahan satu itu, teksturnya yang aneh membuat kentang rebus-sup-tak cocok di lidahnya.

My Sweet ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang