HAIKALLL!!"
Teriakan itu terdengar di sepanjang koridor kelas. Terlihat seorang guru perempuan tengah mengejar bocah laki-laki yang tak lain adalah murid nya.
"SINI BU, KEJAL DONG MASA GITU AJA GA BISA" teriak bocah yg di panggil Haikal itu.
Keduanya terus melakukan aksi kejar-kejaran, sampai akhirnya guru perempuan tadi berhenti karena lelah. Dia itu sudah kepala tiga, tapi dengan tidak tau dirinya Haikal malah mengajak nya kejar-kejaran. Bocah Edan.
Di sisi lain bocah laki-laki yang tak lain adalah Haikal, tengah berada di kantin menemui teman-temannya.
"Kalian jahat banget tinggalin gue," ucap Haikal saat sampai di meja tempat ketiga temannya berada.
"Makanya jangan bolos terus kalo lagi upacara" jawab salah seorang temannya.
"Gue itu gak bisa lama-lama di bawah matahali, nanti kulit gue gatal-gatal" kata haechan.
Ketiga teman atau lebih tepatnya ketiga sahabatnya hanya bisa memutar bola matanya malas. Selalu saja itu alasan bocah nakal ini.
Jevano memandang wajah Haikal. "Udah makan belum?" tanya Jevano. Seketika Haikal berbinar dengan pertanyaan Jevano.
"Jevano emang paling pengeltian!" Seru Haikal senang.
Jevano adalah sahabat pertamanya, mereka bertemu saat dia bermain sepeda di taman kompleks. Dan saat itu tidak sengaja bertemu dengan Jevano yang tengah bermain basket.
Haikal sebagai anak yang baik dan ramah tamah, dengan percaya dirinya datang dan mengajak Jevano berkenalan. Saat itu Jevano hampir tertawa saat tau kalau Haikal itu cadel, tapi mungkin karena Masi kecil itu hal biasa. Namun ternyata sampai sekarang pun bocah nakal itu Masi cadel.
Jevano menghela nafas. "Udah pesen sana, nanti magh lo kambuh, pagi tadi juga lo ga sarapan dari rumah." Jevano tau Haikal, kebiasaan yang malas sarapan pagi dengan alasan kesiangan.
Rumah nya dan Haikal bersebelahan, Jevano juga sering menjemput Haikal untuk berangkat sekolah. Karena bocah nakal itu tidak di ijin kan membawa kendaraan sendiri ke sekolah, kata ayah itu bahaya.
"Gak sarapan lagi?" tanya temannya yang lain. Dia Nata, sahabat Haikal yang baru bertemu saat mereka mulai kegiatan MOS.
"Gue tadi bangun telat, jadi ga sempat deh salapan," ucap Haikal.
"Makanya kalau malam jangan suka begadang, Haikal," kata remaja satu lagi yang sedari tadi diam. Dia Renja, sama dengan Nata Haikal bertemu dengan saat kegiatan MOS.
"Haikal ga begadang Lenja!" seru Haikal.
"Nama gue Renja bukan Lenja, siapa itu Lenja," ucap Renja sambil menatap Haikal dengan tatapan mengejek. Sedangkan Jevano dan Nata hanya tertawa saja.
Haikal pundung. Sungguh.
"Kalian, kok, ketawa!" Seru haechan kesal.
"Dihh! emang salah kalo kita ketawa?" tanya Nata.
"Kalian ketawain Haikal 'kan?" Haikal semakin kesal, ingin menangis rasanya. Tapi malu, masa anak ayah Jordan nangis.
"Pede banget anaknya Jordan," ucap Renja.
Haikal menatap Renja dengan tatapan tajam. Menurut Haikal. " Gue aduin ayah, kalau Lenja sebut-sebut nama ayah," kata Haikal mengancam.
Ketiganya semakin tertawa. Haikal sering mengaku kalau dia itu sudah dewasa, sudah bisa bawa motor sendiri, sudah bisa cari pacar. Namun melihat tingkah nya seperti ini mereka jadi ragu.
Haikal Lesmana Pratama. Pemuda dengan wajah manis, memiliki kulit tan eksotis. Remaja yang saat ini sudah menduduki bangku menengah atas, yang katanya sudah dewasa. Tapi tingkah nya seringkali seperti anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Haikal cadel. Tapi Haikal bersyukur, setidaknya dia masih di beri Tuhan untuk bisa berbicara. Karna kata ayah itu adalah anugerah.
Haikal sayang ayah, sayang bunda, Abang dan juga sahabatnya. Mereka baik, mereka sayang Haikal. Apalagi ayah dan bunda, mereka sangat menyayangi Haikal. Mereka tidak malu kalau Haikal itu cadel. Dia anak yang manis, ceria, dan mampu menghidupkan suasana.
Anak bungsu Ayah Jordan dan Bunda Nayla adalah anugerah dari Tuhan.
Suasana baru dan cerita baru!
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL [ TERBIT]
General FictionPelkenalkan, nama saya Haikal Lesmana Platama. Anaknya ayah Joldan!