"Buna Haikal pulang!" teriakan menggema di penjuru rumah mewah itu. Terlihat Haikal baru tiba di rumah dengan di antarkan Jevano.Terlihat seorang wanita paruh baya datang menghampiri anak bungsunya yang baru saja pulang. "Kenapa harus teriak? Bunda lagi di dapur masak," ucap Bunda menatap anak bungsunya yang hanya menyengir.
"Maaf, Buna, Haikal semangat banget soalnya"
"Ya udah sekarang kamu naik ke atas, habis itu ganti baju dan turun biar makan siang."
"Tapi Abang belum pulang," ucap anak itu menatap penjuru rumah.
"Bentar lagi Abang pulang.sekarang kamu ganti baju ya."
"Iya Buna. Haikal naik dulu."
Nayla menatap anaknya yang sudah berjalan menaiki tangga. Anak bungsunya sudah beranjak dewasa, Nayla rasa baru saja dia menggendong anak manis nya itu.
"Bunda, ngapain berdiri di depan pintu?" Pertanyaan tersebut membuat Nayla terkejut.
"Abang, kamu bikin Bunda kaget!" seru Nayla.
"Maaf Bunda. Lagian ngapain berdiri di situ? Nunggu Haikal?" Anak tengah nya itu bertanya lagi. Alvero, anak tengah Nayla dan Jordan yang saat ini menduduki bangku sekolah menengah atas, dan sudah berada di kelas dua belas.
"Enggak. Adek mu udah pulang. Baru aja naik," ujar Bunda.
"Ya, udah kalau gitu. Al keatas dulu Bunda."
"Ya udah, nanti kebawah sekalian panggil adek mu, ya."
"Iya, Bunda."
Setelah kepergian Alvero menuju kamarnya, Nayla juga melanjutkan acara memasaknya di dapur. Dirumah ini memang memiliki ART, tetapi urusan makanan Nayla tetap ikut campur.
"Buna lihat Jojo gak ?" teriakan dari lantai atas mengalihkan pandangan Nayla ke arah lantai dua.
"HAIKAL, JANGAN TERIAK, INI BUKAN HUTAN!" teriak Alvero dari dalam kamar.
"ABANG JUGA TELIAK TUH!"
Nayla hanya bisa menghela napas, sudah menjadi kebiasaan kedua anak nya teriak-teriak seperti di hutan.
Bik jumi hanya bisa terkekeh melihat nyonyanya.
" Yang sabar ya buk, namanya juga Masi anak-anak," kekeh bik Jum."Capek aku Bik, tiap hari teriak-teriak mulu. Alvero juga. Udah gede juga," ucap Nayla.
"Ya udah ibu ke meja makan aja, biar bibi yang lanjutin. Ibu panggil anak-anak aja," suruh bik jum.
"Ga papa Bi?" tanya Bunda.
"Gapapa atuh Buk, udah mau selesai juga," ucap Bik Jum.
"Ya udah, Bi. Aku panggil anak-anak dulu." Setelah itu Nayla beranjak dari dapur berniat untuk memanggil kedua anaknya.
"Bunda!"
Panggilan itu membuat Nayla menoleh ke arah pintu, dilihatnya suaminya baru saja masuk ke ruang keluarga.
"Ayah, tumben udah pulang?"
"Hari ini kerjaan selesai cepat Bun, jadi Ayah pulang sekalian makan siang di rumah," ucap Ayah.
Keduanya berjalan menuju meja makan.
"Buna Jojo mana?" Suara lirih itu mengalihkan pandangan Bunda dan Ayah.
Terlihat di anak tangga terakhir anak bungsu mereka menatap mereka dengan mata berkaca-kaca dan bibir melengkung kebawah. Bersiap akan menangis.
"Anak Ayah sini, kenapa, kok nangis?" tanya Jordan.
"Jojo hilang, Ayah, " pecah sudah tangis nya.
"Jangan nangis, emangnya tadi pagi kamu bikinnya dimana?" tanya Nayla sambil menghapus jejak air mata di pipi berisi anak bungsunya.
"Pagi tadi Haikal bikin di kandang, Buna."
"Adek udah cari di kamar?"
"Udah, tapi gak ada Ayah. Jojo dimana?" Tangisnya kian kencang.
"Ada. Jojo ada, kok. Pasti ada di sekitar sini," ucap ayah menenangkan bungsunya.
Kedua anak dan ayah itu berjalan keluar dari ruang makan. Mencari keberadaan Jojo yang pergi dari kandang dan sekarang ntah kemana.
Jordan menggandeng tangan anak bungsunya sambil menyusuri penjuru rumah, sesekali melayangkan tatapan ke sudut-sudut rumah berharap ada Jojo di sana.
Alvero yang berada di anak tangga memandang ayah dan adik bungsunya dengan tatapan bingung.
"Ayah ngapain?" tanya Alvero.
"Nyari Jojo bang," seru ayah.
"Anak kecil Ayah itu kenapa nangis?" tanya Alvero lagi.
"Jojonya hilang, Abang. Ga tau kemana," jawab ayah.
"Mana ada hilang, ini Jojo," Seru Alvero sambil menunjuk seekor kucing kecil berbulu lebat yang tengah jalan menuruni tangga.
Haikal mendengar itu langsung berlari menuju tangga. "Jojoo!" seru Haikal senang.
Menggendong anak kucing itu dan memeluknya erat, mencium brutal kucing kecil itu.
"Jangan di cium Haikal, nanti bulunya masuk hidung," kata Alvero.
"Diam Abang, Haikal lagi melepas Lindu sama Jojo," ucapnya kesal.
"Udah udah sekarang kita makan siang dulu," Bunda datang menengahi. Menarik lembut tangan anak bungsunya menuju meja makan.
"Jojo di taro bawah dulu, ya? Kamu makan dulu." Bunda mengambil kucing kecil itu dan meletakkannya di bawah meja.
Setelahnya mereka memulai makan siang, dengan sesekali di isi dengan celotehan dari bungsu Jordan itu.
Ga jelas banget, maap ya!
Semoga suka ya sama cerita anak Jordan🧚.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL [ TERBIT]
General FictionPelkenalkan, nama saya Haikal Lesmana Platama. Anaknya ayah Joldan!