-Happy reading Chagi 🐻-
Dugh
Suara dentuman keras itu membuat orang-orang yang berada di ruang keluarga langsung menoleh. Tak jauh dari sana terlihat Haikal tengah menggerutu, suara itu berasal dari dirinya yang terjatuh.
Lututnya terasa nyeri, padahal kakinya tidak tersandung, tapi kenapa bisa jatuh. Sebentar tadi kakinya terasa mati rasa, namun dia tak peduli.
"Lain kali kalo jalan hati-hati dong, Adek. Sakit gak?" tanya bunda.
"Sedikit, udah hati-hati kok, Buna. Kakinya gak kesandung." Memang benarkan kakinya tidak tersandung.
"Kalau gak kesandung masa bisa jatuh," kata bunda.
"Gak tau." Anak itu membalas singkat.
Haikal mendudukkan dirinya di sofa, tepat di samping Alvero. Pemuda itu terlihat dengan ponsel miliknya. Melihat Alvero seperti nya asik, dia juga ingin ponsel. Tapi Ayah dan Buna nya tak memberi, katanya takut matanya rusak.
Anak itu akhirnya menatap ke arah tv yang menayangkan film kartun. Haikal menonton dengan serius, dia selalu menyukai kartun apa saja.
"Lo jatuhnya gimana sih, sampe kaki lo memar gitu?" Alvero bertanya, tak sengaja dia melihat kaki Haikal yang membiru di sekita lutut. Lumayan lebar.
"Gak tau," balas Haikal.
"Sakit gak?" tanya Alvero, menekan sedikit kaki Haikal membuat sang empu meringis.
"Sakit, jangan di tekan." Haikal menghentikan tangan Alvero.
"Bunda lihat, kakinya biru begitu," ucap Alvero pada Bunda yang tengah menonton juga.
Sontak wanita itu melihat ke arah kaki Haikal. Benar saja, kaki itu membiru cukup lebar. Apa kah jatuh anaknya tadi sekuat itu?
"Bunda ambil salep dulu." Wanita itu berlalu meninggalkan ruang keluarga.
Haikal hanya diam sambil menonton. Tak lama Bunda datang dengan salep di tangannya. Wanita itu berjongkok di depan anak bungsunya, mengolesi salep di area yang memar.
"Pelan Buna, sakit," kata Haikal.
"Iya, ini Buna pelan, kok," balas Bunda.
Matanya meneliti tubuh putranya, dia menemukan beberapa memar di tubuh Haikal. Seperti di paha, dan juga tangan anaknya itu. Haikal yang memakai celana pendek membuat memar di pahanya terlihat.
"Kamu ngapain sih, Dek? Sampe memarnya banyak banget ini. Sampe Paha dan tangan pula." Bunda mengolesi memar itu.
"Gak tau, Buna, Haikal gak ngapain-ngapain kok." Dia berkata jujur.
"Kalau gak ngapain-ngapain, gak mungkin sampai kayak gini. Berapa kali kamu jatuh?"
"Haikal gak ada jatuh, tadi aja," jawab anak itu.
"Terus ini kenapa memar gini, emang gak sakit?. Buna aja ngilu liatnya"
Ketiga laki-laki yang ada di sana hanya diam menatap keduanya. Mereka juga heran dengan hal itu, tadi Haikal terjatuh dan tumpuannya lututnya, berarti yang terluka hanya lutut. Tapi kenapa paha dan tangan juga ikut membiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL [ TERBIT]
General FictionPelkenalkan, nama saya Haikal Lesmana Platama. Anaknya ayah Joldan!