-Happy reading Chagi 🐻-
Setelah kejadian Haikal mimisan dan tak ingin di bawa ke dokter. Dan benar saja, malam nya waktu itu, anak itu kembali demam tinggi dan mimisan. Ayah memutuskan membawa anak itu kerumah sakit.
Dokter menyarankan untuk di rawat inap dan melakukan serangkai pemeriksaan pada Haikal. Pemeriksaan darah dan melakukan CT scan Haikal jalani.
Hasil pemeriksaan akan keluar beberapa hari kedepan, begitu kata dokter. Haikal sempat di rawat selama empat hari di rumah sakit, anak itu juga kekurangan cairan. Namun saat ini dia sudah berada dirumah, dirinya sudah merasa membaik, tubuhnya juga sudah tak selemas kemarin.
Hari ini ayah datang kerumah sakit, tadi saat di kantor pria itu di hubungi oleh dokter Deka-- dokter yang memeriksa Haikal, untuk datang rumah sakit, karena hasil sudah keluar.
Saat ini keduanya berada di ruangan milik dokter Deka. "Apa pun hasilnya, gue harap lo kuat dan menerimanya," ucap dokter Deka membuka pembicaraan.
Ayah hanya diam, jantung nya berdetak tak karuan. Pikiran-pikiran negatif mulai menjalar di otaknya, tapi dengan cepat dia tepis pikiran itu.
"Kenapa lo bilang gitu, hasil nya gak buruk kan?" tanya Ayah.
"Mending lo baca ini." Deka menyerahkan sebuah map coklat ke hadapan ayah.
Dengan gugup dan tangan bergetar, ayah menerima map itu. Matanya memejam sebentar, perasaan semakin tak enak, namun dia harus membuka map itu. Dengan tangan gemetar di mengeluarkan surat dari map.
Tubuhnya mematung, jantungnya semakin berdekat kencang, air mata menggenang di pelupuk matanya. Tolong katakan kepadanya bahwa ini hanya mimpi, anaknya sehat dan surat ini pasti tidak benar.
"Ini gak benar," gumam pria itu.
Dokter Deka membuang nafas gusar, dia juga tak menyangka hal ini akan terjadi. Namun ini adalah takdir, kenyataan yang harus Mereka terima, kenyataan yang harus Jordan dan keluarganya terima.
"Lo pasti salah, Deka. Suratnya pasti tertukar." ayah menatap dokter dekat.
"Itu udah benar surat hasil pemeriksaan Haikal kemarin, Dan," ucap nya.
"Atau pemeriksaan nya yang salah, lo bisa periksa ulang kan, jangan buat kesalahan. Kita coba sekali lagi," ucap ayah memohon.
Dokter Deka mengalihkan pandangannya ke arah lain tak sanggup melihat tatapan itu.
"Ini udah hasil akhir, gue udah coba beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama. Gue juga gak percaya, tapi ini emang nyata." Dia juga tidak yakin kemarin sampai dia mengulang beberapa kali, namun hasilnya tetap sama.
"Anak gue gak mungkin sakit, Ka. Dia sehat, lo tau kan kalo dia sering main sama anak lo. Dia sering datang kerumah lo, beberapa Minggu yang lalu juga dia buat ulah dirumah lo. Lo liat gimana aktifnya anak gue." ayah masih tak terima dengan kenyataan pahit ini.
"Gue tau, tapi apa lo gak liat tubuh Haikal yang banyak lebam, dan juga mimisannya beberapa hari terakhir ini. Dia juga bilang, kalau setiap bangun tidur badannya nyeri semua, padahal dia cuma tidur."
"Tapi kenapa harus anak gue, Deka," rancau ayah.
"Lo harus kuat, jangan lemah. Kalau lo lemah gimana dengan Haikal, kasih dia semangat, jangan bikin dia stress. Lo jangan khawatir, gue bakal bantu lo, kita rawat Haikal sama-sama, kita sembuhin dia, Jordan"
"Gimana cara gue ngasih tau ke Haikal," kata ayah pelan. Dia bingung sekarang.
"Lo kasih tau pelan-pelan, kasih tau Nayla dulu. Setelah itu baru kasi tau Haikal,"
"Gue gak sanggup." ayah menangis.
Dokter Deka bangkit dari duduknya, di pelukannya tubuh sahabat nya itu memberi kekuatan. Ini hal yang mengejutkan, Haikal yang sudah dia anggap anak itu mengalami hal semenyakitkan ini. Padahal anak itu sering sekali datang kerumahnya untuk merecoki, atau datang dengan alasan mencari Jevano, namun nyatanya hanya untuk makan perkedel buatan istrinya.
Deka-- dia adalah ayah Jevano. Pria itu berprofesi sebagai dokter. Dia juga pemilik rumah sakit yang dia tempati.
"Jangan lemah, Jordan, lo masih punya gue dan yang lain. Gue gak mungkin biarin lo gitu aja, gue ga akan biarin Haikal berjuang sendiri. Lo sahabat gue, udah gue anggap kaya saudara. Kita lewati sama-sama, kita sembuhin Haikal sama-sama." Dia juga akan berjuang untuk kesembuhan anak itu.
"Bantu gue, Dek."
"Pasti, gue pasti bantu lo. Sekarang Gue antar lo pulang, gak mungkin lo nyetir dengan keadaan kacau kaya gini. Bisa-bisa lo kecelakaan di jalan." Pria itu tak ingin sahabatnya mengalami hal yang tak di inginkan.
Keduanya berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di parkiran keduanya menaiki mobil milik Jordan, dengan Deka yang menyetir. Sedangkan Jordan dia hanya diam dengan pandangan kosong, memikirkan bagaimana reaksi anak dan istri ketika dia memberi tahu kenyataan ini. Apa lagi putra bungsunya, memikirkan itu membuat hatinya kembali sakit.
Sesampainya keduanya di kediaman milik Jordan, mereka masuk menuju ruang keluarga yang di isi oleh keluarga kecil Jordan. Di sana anak bungsunya tengah tertawa dengan abangnya, dan istrinya tengah menonton apa yang anaknya lakukan.
Jordan semakin bimbang, melihat tawa putra bungsu nya dia menjadi merasa bersalah jika harus menghilangkan tawa itu dalam sejekap nantinya.
Tepukan di bahunya membuatnya tersadar, menoleh ke arah samping melihat Deka mengangguk meyakinkan nya. Keduanya mendekat ke arah tempat istri dan anaknya berada.
"Haikal!" Panggil Jordan. Haikal menghentikan tawanya dan menatap ayahnya senang.
"Ayah pulang! Kenapa cepat banget, Ayah udah pulang dali kantol?" tanya Haikal.
Ayah hanya tersenyum dan duduk di sofa samping istrinya, sedangkan Deka duduk di sofa single. Pria itu mengusap pelan Surai Haikal membuat anak itu menyengir lebar.
"Mas, tumben udah pulang," ucap bunda.
Ayah masih diam, tangannya meremat amplop di genggaman nya dengan erat. Matanya berulang kali melihat ke arah Deka.
"Ekhem, Nay, hasil pemeriksaan Haikal udah keluar. Alasan Jordan pulang karena dia tadi kerumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaan itu." Deka akhirnya berbicara ketika melihat Jordan hanya diam.
"Udah keluar? Hasilnya bagus kan, mas?" tanya bunda pada Deka.
Deka hanya tersenyum tipis. "Mas harap, apa pun hasil yang kamu lihat, kamu harus terima. Kamu harus kuat," ucap Dokter Deka.
Perasaan bunda jadi tak enak, begitu juga Alvero dan Arka. Sedangkan Haikal hanya diam menatap mereka, dia hanya bisa menunggu hasil saja.
Ayah menyerahkan amplop kepada Bunda, dan dengan gugup bunda menerimanya. Membuka amplop dan membaca surat itu. Tubuhnya menegang, jantung nya berdetak dua kali lebih cepat, pikirannya seketika kacau.
"i-ini, gak mungkin kan mas?" tanyanya tak yakin.
"Ini sudah hasil akhir, dan hasil Akurat, berat hati kalau Haikal di nyatakan mengidap penyakit-"
Udah segitu aja dulu, jangan banyak-banyak, capek aku tuh。◕‿◕。
Maaf kalau banyak kesalahan di penulisan nya, tandai saja typo nya dimana.
See you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL [ TERBIT]
General FictionPelkenalkan, nama saya Haikal Lesmana Platama. Anaknya ayah Joldan!