-Tandai Typo Chagi 🐻-
Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester. Akhir nya setelah melewati hari-hari yang begitu membuat kepala pusing, ujian akhirnya berakhir hari ini.
Di kantin terlihat empat anak laki-laki tengah asik memakan makanan mereka sesekali terlihat bercanda. Sekarang waktunya istirahat.
"Akhirnya ujian kelar juga, pusing kepala gue mikirin ujian seminggu ini," kata Renja setelah selesai meminum jus jeruk miliknya.
"Sama, gue juga stres mikirin ujian. Gak peduli gue ujian gue benar apa enggak, yang penting udah ke isi," balas Nata.
"Lagian nih ya, ngapain sih bikin soal ujian susah-susah banget," kata Renja.
"Namanya juga ujian, kalo ga susah bukan ujian namanya," kata Jevano santai.
"Lo mah enak, pinter. Lah kita?" kata Nata.
"Makanya belajal dong, Nata goblok," celetuk Haikal tiba-tiba.
"Heh! mulut lo, kaya lo pinter aja," kesal Nata.
"Gue emang gak pintel, tapi gue mau belajal. Gak kaya lo, udah goblok gak belajal pula," ejek Haikal.
"Kok lo makin ngeselin sih kal?" tanya Nata.
"Kek baru tau aja, dia kan emang ngeselin. Bikin emosi tiap hari," kata Renja.
"Nah benel, Lenja aja tau."
"Haikal, anjing."
"Lo kali yang anjing, jangan ngatain olang kalo lo lebih anjing," kata Haikal santai, mengejek lebih tepat nya.
"Mulut lo kal," peringat Jevano.
"Maaf Vano, lagian meleka ngeselin."
"Dih! lo yang kek guguk."
"Lo kali yang kek babi." Haikal tak ingin kalah dengan Nata.
"Lanjut aja terus, gue tonjok juga lama-lama!" Sentak Renja.
Keduanya memberenggut kesal, saling melirik dengan tatapan tajam.
•••
"Adek, udah lama nunggu? Maaf ya, Ayah telat, macet banget tadi," kata Jordan saat tiba di depan gerbang sekolah putranya.
"Enggak apa-apa,Ayah. Haikal juga belum lama kelual," balas Haikal.
"Ya udah, ayok naik, panas ini kamu gak pake lotion tadi."
Haikal membuka pintu samping Ayahnya, duduk anteng dan memakai sabuk nya.
"Gimana tadi ujiannya, bisa?" tanya ayah.
" Bisa kok, tadi kejawab semua. Tapi Haikal gak tau jawabannya benal atau salah," ucapnya pelan.
Jordan tersenyum dan mengelus surai coklat milik putranya. " Gak apa, setidaknya Adek udah usaha. Urusan benar dan enggaknya, nanti kita lihat saja pas pembagian raport," kata ayah pada putranya.
"Ayah," panggil Haikal.
"Hemm..kenapa?"
"Maaf ya, kalau nanti nilai Haikal gak bagus, Ayah jangan malah ya, Ayah jangan malu ya, Ayah," ucap Haikal menatap wajah ayahnya.
"Gak papa Sayang, Ayah gak pernah nuntut Adek dan Abang untuk jadi paling nomor satu. Semua orang punya kemampuan masing-masing, kita gak bisa maksain gimana otak orang bekerja. Ayah gak akan marah, Ayah gak akan malu," balas ayah.
Kenapa dia harus marah? Kenapa harus malu? Anaknya sudah berusaha, dan sia harus mengapresiasi usaha anaknya. Dia tak pernah menuntut anak-anak menjadi nomor satu, sesuai kemampuan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIKAL [ TERBIT]
Ficción GeneralPelkenalkan, nama saya Haikal Lesmana Platama. Anaknya ayah Joldan!